"Kalian ... Kenapa tak memiliki bayi saja?" Celetuk si pria cantik berstatus sebagai menantu keluarga Jung disertai senyum tipis dengan sorot masih memandang dua pria di depannya.

Kegiatan memakaikan pakaian yang dilakukan oleh Kim Junsu terhenti, begitu pula si pria tinggi bermarga Shim yang merupakan sepupu dari Jaejoong yang awalnya merengut--mereka berdua serentak memandang si pria cantik dengan tatapan bingung. Pertanyaan apa-maksudmu-hyung? Tercetak jelas di wajah mereka, membuat senyumdi bibir Jaejoong kian merekah dibarengi kekehan kecil.

"Menikah dan punya anak. Sepertinya kalian cocok," ia berkata. Cocok maksudnya; mereka sama-sama menyukai anak kecil. Junsu, ia tahu lelaki bersuara melengking itu sudah terbiasa mengurusi bayi, apalagi sewaktu ia menumpang tinggal bersamanya. Sedang si sepupu, memang senang bermain bersama anak kecil. Meski kadang jahil, tetapi Changmin bisa diandalkan. Mereka bisa saja cocok, kan untuk hidup bersama?

Butuh beberapa Junsu dan Changmin mencerna ucapan si pria Kim hingga akhirnya keduanya menggeleng bebarengan, menunjukkan penolakan atas pemikiran Jaejoong barusan. Kompak sekali.

"Ah, tidak-tidak. Aku sudah memiliki kekasih hyung," Changmin terlebih dahulu berbicara.

Junsu melanjutkan kegiatannya memaikan Kyuhyun baju--dimana bayi itu dengan anteng bermain dengan mainan karet di tangan yang entah dia dapat dari mana--mungkin terselip diantara tumpukan-tumpukan di arena bermainnya--berkata, "Meski aku tak punya pasangan, aku tak mau menikah dengannya. Tidak akan! Tidak mau!" Ia menekan kalimat penolakannya.

Changmin langsung menatap sebal ke arah Junsu, "Aku juga tidak mau seandainya aku single!"

Junsu berdecih, membalas kalimat si pria Shim. Dia malas berdebat, apalagi untuk urusan ini. Bisa-bisa dia yang malu nanti.

"Baik-baik, jangan bertengkar," Jaejoong menghela seusai menggeleng melihat adu mulut dua lelaki di hadapannya. Dia bangkit berdiri, "Aku akan menyiapkan makan siang Kyunie," katanya dan berlalu dari ruang keluarga.

Junsu maupun Changmin sering bertandang ke kediaman Jung--tak hanya mereka, kedua orang tua Jaejoong kadang berkunjung--untuk bertemu si pria cantik dan bermain bersama Kyuhyun yang tumbuh semakin manis. Pun Jaejoong merasa sangat bahagia dikunjungi oleh teman dan sepupunya--dan orang tuanya. Hubungan mereka menjadi semakin erat. Juga hubungan keluarga dan keluarga Jung.

Kehidupan mereka lebih baik sekarang. Tak ada ancaman dari luar yang membahayakan. Mereka mulai meniti hidup baru dengan tenang.

**

"Kami pulang!"

Suara yang baru terdengar dari pintu depan membuat sang Nyonya Jung serta suaminya buru-buru bangkit dari sofa ruang keluarga. Mereka menemui pasangan Jung muda yang baru sampai di rumah--setelah pergi entah kemana, mereka tak berpamitan. Membuat Nyonya Jung sangat khawatir. Terlebih mereka membawa Kyuhyun. Meski ia mengerti jika pasangan muda ini tentu ingin menghabiskan waktu bersama dengan keluarga kecilnya, tetapi tetap saja kekhawatiran menghampiri sang Nyonya karena mereka tidak mengatakan apapun jika ingin keluar. Tiba-tiba saja sudah menghilang dari rumah. Ia kelabakan tadi! Mana mereka pulangnya cukup larut.

Mrs Jung menatap dua pria--satu tampan dan yang satunya cantik--serta si bayi yang terlelap dalam gendongan si pria cantik dengan tatapan tajam, menyelidik. Keningnya pun mengerut. Menunjukkan pada putra serta menantunya bila ia sedang kesal.

Jaejoong mengukir senyum kikuk. Ini pertama kali ia melihat Ibu mertuanya kesal. Gugup? Tentu saja. Di merasa bersalah. Sedang Yunho hanya menyengir.

Mr Jung menghela, "Kalian darimana?" Ia melontar pertanyaan yang juga ada di kepala istrinya.

"Mian, appa-eomma, setelah check up kami pergi berbelanja kebutuhan dan tak terasa sudah larut. Mianhae ...," Yunho sungguh meminta maaf.

HEARTDonde viven las historias. Descúbrelo ahora