I am Unpredictable

607 43 0
                                    

            Aku turun dari taksi dan berlari ke dalam rumah. Kathleen yang sedang memantau restoran terlihat sangat terkejut.

"Sarah? Ada apa?"

"Oh, Hai Kathleen. Tidak ada apa-apa kok." Aku bingung, haruskah aku memberitahunya?

"Tapi mengapa kau berlari seperti dikejar hantu?"

"Aku hanya... tidak."

"Sarah? Kau sudah sarapan?"

"Aku, aku belum sarapan. Mana Jason?"

"Entahlah, dia belum pulang."

Tiba-tiba pintu dibuka. Ternyata Jason. Wajahnya terlihat merona dan cerah. Uh, aku muak melihatnya. Ingin rasanya aku menendang-nendang wajahnya yang penuh kepalsuan itu. Namun, sekali lagi, tidak sekarang.

Dia tersenyum pada Kathleen dan padaku. Aku tersenyum lebar padanya dan menarik tangannya.

"Oh, Jason, kau sudah pulang?"

"Y,,,ya. Aku sudah pulang."

"Kau pasti lelah! Sarapanlah bersamaku!" Aku tak membiarkannya berbicara dan menarik tangannya. Aku membawanya ke kamarku.

Sampai di kamarku, aku membanting pintu, melempar jaketku ke atas kasur. Aku mendorong Jason hingga dia terlempar ke atas kasur. Wajahnya yang ketakutan terlihat lucu sekali. Aku melepas sendalku lalu meletakkannya di samping meja.

Dan hanya berdiri di depan pintu sementara dia duduk di atas tempat tidurku.

"Ada apa?" tanyanya. Aku hanya menatapnya dalam. Dia melakukan hal yang sama.

"Jason?"

"Iya?"

Aku berjalan kearahnya dan terdiam saat tepat didepannya.

"Ada apa, Sarah?" tanyanya lagi sambil berdiri. Aku masih berpikir. Sepertinya tak mungkin sekarang aku mengancamnya.

"Ayo, kita minum teh." Aku menarik tangannya dan mengajaknya keluar teras. Tak ada kecurigaan di matanya sama sekali. Jujur aku sangat emosi padanya, namun aku harus menggunakan logika. Salah langkah, maka semuanya akan berantakan. Harus bersabar.

"Jason, tunggu sebentar ya. Aku akan membuat teh."

Aku pun ke dapur dan mempersiapkan semuanya. Tiba-tiba handphoneku berdering. Ternyata James. Sambil membuat teh, aku mengangkat teleponnya.

"Hello?"

"Aku berhasil meyakinkannya. Sekarang dia akan ke London sejam lagi."

"Syukurlah. Semoga tak terjadi apapun padanya. Terima kasih James."

"Terima kasih juga atas kesetiaanmu pada Raiders."

"Iya." Telepon kututup. Selesai membuat teh, aku pun membawanya dan sarapan bersama Jason.

"Hmm, lezat sekali." Pujinya setelah menyeruput teh.

"Kau suka?" tanyaku semanis mungkin.

"Iya." Dia mengangguk dan tersenyum manis. Sungguh, senyumannya adalah salah satu senyuman yang paling memabukkan yang pernah kulihat. Apalagi saat tersenyum bola matanya selalu berbinar dan menatap lawan bicaranya, membuatnya semakin mempesona saja. Teringat lagi kata-kata Justin tentang Jason. Dia memang benar tentang Jason.

"Ngomong-ngomong, ingatkan aku saat jam 5 sore nanti."

"Ada apa?"

"Aku ada janji dengan kawanku. Kau mau kan?" janji untuk membunuh Victor. Aku tahu. Namun kau takkan berhasil kali ini.

"Baiklah." Aku mengangguk.

***

"Jason? Bangunlah. Sudah jam 5."

"Oh, benarkah? Baiklah." Dia langsung bangkit dan mengganti pakaiannya di balik sekat. Aku membersihkan tempat tidurnya. Aku bisa melihat, sesekali dia memandangku dengan tatapan heran.

Kau tak bisa menghentikanku, Jason.

Saat aku sudah selesai, diam-diam aku mengambil handphonenya dan mencari kontak Amy. Aku menemukannya dan memeriksa pesannya. Tak ada yang spesial, hanya saja ada beberapa pesan yang menggunakan bahasa rahasia yang sedikit bisa kupahami. Aku menghubunginya lalu mematikannya saat sudah tersambung.

"Kau sudah siap?" Tanyaku dengan senyuman manis sambil merapikan pakaiannya dengan tanganku.

"Ya. Aku berangkat dulu." Pamit Jason, "Dah!"

"Dah!"

Jason segera berangkat dan kuikuti dia dari belakang. Sampai di ruang tamu, aku melihat Kathleen yang sedang menelepon seseorang. Berita baik.

"Oh, begitu ya. Baiklah, terserah paman." Dia mematikan teleponnya dan menatap kami.

"Ada apa Kathleen?" Tanya Jason dengan penuh penasaran.

"Paman Victor tak jadi pulang hari ini."

"Apa?" Jason terlihat sangat terkejut mengetahui kabar itu. Dia bahkan berkeringat dan berbicaranya terbata-bata. "Tapi, kenapa? Katanya dia akan tiba malam ini."

"Katanya dia bertemu sahabat lamanya yang dari London. Paman Victor lalu ikut berlibur ke rumahnya di London untuk melepas rasa rindu. Aku pun heran mengapa dia baru memberitahuku, sebab katanya dia sudah di London sejak pagi tadi."

"Oh, ka-kapan dia akan pulang?" Suaranya makin gugup.

"Aku belum tahu. Paman belum memutuskannya."

"Oh. Bagus 'kan, jika dia bertemu sahabat lamanya." Ujarku tenang.

"Ya. Biarkan paman bersenang-senang dahulu. Sudah berbulan-bulan dia tidak pernah berlibur." Sambung Kathleen.

Jason masih terdiam. Wajahnya makin terlihat kusut, namun sebisa mungkin dia menyembunyikannya.

Haha, sekali lagi, kau takkan bisa menebakku.

tu_5ώ

Insane Death Angel (Pendosa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang