Escape Trial

3.6K 206 4
                                    

17 Mei

09.00 AM

"Aaaaaaaaaaaaarrrgghhhhhhhhh!" Aku histeris. Aku merasa stress. Besok aku dan kelompokku akan menjalani persidangan. Batinku tak kuat. Aku tak mampu dengan hari esok, dan aku tak tahu apa yang akan kukatakan di persidangan besok.

Para polisi ini mengerumuniku. Dua orang polisi berusaha menenangkanku dan membawaku ke sebuah ruangan khusus dengan sebuah kursi dan rantai. Aku terus memberontak. Aku terus berteriak dan menggila. Dua polisi ini tak mampu membawaku, hingga akhirnya dua polisi lagi membantu mereka. Aku tak peduli dan terus memberontak meskipun mereka sudah mencengkram keempat alat gerakku. Sekuat apapun mereka mencengkramnya, aku tetap bisa berlari dan menghancurkan apapun yang ada di hadapanku.

Para polisi ini berusaha menangkapku. Namun aku terus menendang dan memukul pintu jeruji itu. Oh ya, penjepit rambut itu sudah kulilitkan di tanganku hingga hanya butuh 5 kali pukulan dan besi itu runtuh! Entah aksesoris ini terbuat dari apa, saat kugunakan sebagai sarung tangan dia malah tidak terlihat, sehingga tak adapun yang curiga bahwa aku mengenakan sarung tangan.

Aku terus berteriak. Para tahanan lain yang melihat hanya menggeleng-geleng, ada yang tersenyum, ada yang ketakutan, ada pula yang menangis. Rambutku acak-acakan. Tubuhku mandi peluh. Saat aku sedang menendang meja, tiba-tiba polisi-polisi tersebut menangkapku. Aku merasakan sesuatu yang ditusukkan ke arahku. Aku tak sadarkan diri.

***

Aku terbangun di dalam sebuah kerangkeng. Aku tertidur. Kepalaku pusing. Aku berusaha berdiri. Namun kringgg... aku tak bisa bergerak lebih jauh. Kaki tanganku dirantai. Aku terkejut.

"Aaaaaaaarrrghhhhhh.....!!!" Aku berteriak. Aku stress. Polisi-polisi ini jahat! Tiba-tiba tiga orang polisi berdiri di depanku dengan wajah yang penasaran.

"Ah, apakah menurutmu dia sudah sadar?" Kata polisi yang satunya.

"Sadar? Dia sudah terbangun, tapi menurutku dia belum sadar." Sahut polisi yang lain.

"Maksudmu?"

"Dia masih mengamuk dan kehilangan kendali." Polisi tersebut menunjukku yang sedang melotot marah dengan wajah yang memerah. Rantai itu kuhentak-hentakkan dengan kasar, seolah-olah aku sedang kesurupan.

"Hmm, tapi paling tidak sekarang sudah lebih baik. Obat bius itu bisa mengurangi amukannya."

Sunyi sejenak. Ketiga polisi itu hanya menatapku. Tak lama setelah itu mereka pergi meninggalkanku sendiri.

Mataku hanya mengiringi kepergian mereka. Setelah mereka hilang, aku menengok tangan kananku. Untunglah penjepit rambut ini masih terlilit di tangan kananku. Aku pun meremas rantai ini dengan sekuat tenaga.

Lima menit berlalu, rantai ini tak kunjung putus. Tanganku memar. Perih dan sakit sekali. Namun aku tak peduli, aku terus meremasnya. Entah berapa lama kemudian, rantai tersebut putus juga, walaupun tanganku terasa sangat perih. Dengan sekuat tenaga aku memukul-mukul rantai yang membelenggu tangan kiriku, kemudian kedua kakiku. Kemudian aku memukul jeruji besi itu dan akhirnya aku bebas!

Dengan perlahan aku berjalan menuju sel Victor dan Alex. Dengan semangat aku memukul tembok yang tebal tersebut. Hanya sekali pukulan dan tembok itu runtuh. Victor dan Alex menatapku. Aku mengangguk. Mereka berdua lari denganku.

Aku melakukan hal yang sama pada tembok yang mengurung Mia. Saat tembok itu runtuh, Mia hanya menatapku dengan mata berbinar.

"Sarah?"

Insane Death Angel (Pendosa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang