Delapan

1K 72 8
                                    


Helaan nafas panjang,mengiringi langkah hati-hati Yuna.

Yuna,sudah berada di Vila milik Jimin lagi.

Masuk lewat jendela yang sama seperti tadi malam.

Sebenarnya, tak ada yang terjadi di antara Yuna dan Jungkook tadi malam. Mereka terlalu nyaman menikmati waktu santai bersama, mengobrol tentang banyak hal, menonton TV lalu tertidur di sofa dengan saling berpelukan.

Merekapun akhirnya memutuskan untuk menjalani hubungan ini dengan santai, secara rahasia.

Tidak perlu terburu-buru hingga ke tahap yang paling intim.

Yang terpenting, mereka bahagia bisa bersama-sama. Mereka bahagia, bisa memiliki hati masing-masing.

Yuna, membuka kunci pintu kamar nya, sesaat sebelum dia pergi mandi. Dia takut Jimin, datang ke kamar, lalu curiga jika pintu kamar Yuna terkunci.

Bibir Yuna, terus menyunggingkan senyum selama dia mandi. Dia bahagia, atas satu malam santai yang dia lewati bersama Jungkook.

Meski, dia punya rasa bersalah pada Jimin.

Yuna, merasa bersalah karna hanya memanfaatkan kekayaan Jimin. Untuk menuntut permintaan maaf dari pemilik Daehan Grup.

Tapi Yuna tak punya pilihan lain, Yuna rela menerima akibat dari apa yang sudah dia perbuat, tapi nanti, setelah peminpin Daehan Grup meminta maaf pada kedua orangtua nya.

"Kau sudah mandi!" Suara Jimin, yang terdengar agak serak menyambut Yuna, di balik pintu kamar mandi.

Yuna, tersenyum kecil seraya mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Mian, aku tak datang ke kamar mu lagi, aku sedikit mabuk," Ucap Jimin.

"Gweanchana!" Yuna tersenyum canggung.

Sebenarnya Yuna sudah tahu kebiasaan Jimin, Jimin akan lupa segala hal jika sudah larut dalam pesta yang dia buat. Karna itu lah tadi malam, Yuna berani untuk keluar menemui Jungkook.

"Bisakah kita tak masuk sekolah hari ini?" Jimin menatap Yuna, seraya memegang pundak kekasihnya dengan intens.

Yuna, lalu mengerlingkan mata, memutar bola matanya beberapa saat, untuk memikirkan permintaan Jimin.

"Eum..." Yuna, berEum panjang.

Ada dua pertimbangan, yang pertama adalah 'Setuju,' lagi pula Yuna sudah bersama Jungkook semalaman, jadi tak apa jika hari ini Yuna tidak pergi ke sekolah untuk melihat nya, lagi pula masih ada besok.

Yang kedua, 'tidak setuju,' karna Yuna tak ingin ketinggalan pelajaran.

"Baiklah," setelah melewati beberapa pertimbangan yang di olah di benak nya, akhirnya Yuna setuju.

Tak perlu khawatir tentang ketinggalan pelajaran, karna Yuna bisa meminta seorang teman untuk meminjamkan nya buku  catatan kan?

Dan menuruti permintaan Jimin, akan membuat Yuna, mendapatkan kepercayaan Jimin secara penuh. Itu sangat bagus untuk rencana nya.

Jimin, tersenyum lebar dan langsung memeluk Yuna dengan erat.

"Kita harus bersenang-senang hari ini,"

***


Entah apa yang membuat Jungkook menjadi korban penculikan seperti ini?

Motornya di berhentikan di tengah jalan, dan Jungkook langsung di seret dengan paksa ke dalam mobil.

Dan sekarang, di sinilah Jungkook berakhir. Di kediaman keluarga Jung, atau sebut saja, pemilik Daehan Grup.

"Kakek, kumohon aku sangat menyukainya," Terdengar teriakan dari luar pintu.

Jungkook berbalik ke arah pintu yang terus di gedor itu.
Jungkook tahu, Jung Eunha lah orang yang tengah berteriak di balik pintu.

Dan Jungkook, sedang terduduk dengan tangan gemetar di ruangan dengan disain antik ini.
Sekarang, Jungkook baru menyadari sebab dari dirinya di culik.

Pasti kara hubungan nya dengan Cucu dari pria ini.

Pria di hadapan Jungkook, Seorang pria dengan rambut yang mulai memutih namun tetap terlihat gagah, pria dengan setelah jas mahal yang bersiap mengintrogasi Jungkook dengan tatapan maut yang membuat mental Jungkook langsung menciut.

"Supir cucuku bilang, kau kekasih Eunha, darimana asal mu? Siapa orangtua mu? Dan apa prestasi mu?"

Jungkook, menelan ludah susah payah. Jungkook benar-benar kesulitan untuk memberi jawaban. Jungkook tegang, masalahnya pria di hadapan nya ini bisa dengan mudah menghilangkan masa depan Jungkook, jika sampai Jungkook memberikan jawaban yang tidak memuaskan.

Tapi, jika harus memberi jawaban memuaskan, itu artinya Jungkook harus berbohong?

Tidak!

Lagipula, Jungkook tidak sungguh-sungguh ingin menjadi kekasih Eunha.

Meski Eunha cukup manis, tapi Jungkook tidak mencintai nya sama sekali.

Masa bodo dengan masa depan nya, Jungkook akan berbicara jujur saja.

"Ibuku bernama Kim Soyeon dan Ayah ku bernama Jeon Wonwoo. Ibuku hanya seorang ibu yang sangat mencintai ku, dan membiayai hidup ku dengan membuka toko roti, aku bukan seseorang yang tinggal di daerah elit dan tidak memiliki prestasi apapun, sementara tentang Ayah ku, Dulu ayah ku seorang yang sangat berjasa atas nyawa seseorang! Hanya itu yang aku tahu,"

Jungkook, memberi jawaban dengan sigap dan lantang, meski tatapan nya terus dia tujukan ke lantai, tanpa berani menatap pria di hadapan nya.

Jungkook, menghela nafas berulang-ulang, tak bisa di pungkiri, dia masih merasa gugup dan sedikit gusar.

Beberapa menit berlalu, Jungkook merasakan pegal di leher nya, Jungkook merasa dia sudah terlalu lama menekuk kepala sejak dia memberi jawaban jujur nya tadi.

Kenapa? Kenapa pemilik Daehan Grup itu tak bereaksi apapun?

"Aku menyetujui hubungan kalian!"

Jungkook langsung menengadah dengan sigap, matanya membulat penuh. Jungkook tidak salah dengan kan?

"Tuan?... anda pasti salah bicara...," Jungkook berucap dengan Syok.

"Akan aku temui ibumu, untuk meresmikan hubungan kalian!"

Jungkook menganga.

Apa ini? Jungkook bermimpi? Bukan ini yang Jungkook mau.

"Tu...Tuan,"

"Pergilah ke sekolah dengan mobil, aku tak suka calon menantu ku mengendarai roda dua, itu tak baik untuk nama baik ku,"

Calon menantu?

Love secretWhere stories live. Discover now