Chapter 22 - Leviathan pt.4

Start from the beginning
                                    

Mendengar permintaan Naliu, mereka setuju untuk memberi sihir mereka untuk panah ciptaan kami. Mereka satu persatu menggenggam panah kami dan mengalirkan kekuatan sihir mereka kedalamnya. Maka jadilah panah sihir buatan kami!

 Maka jadilah panah sihir buatan kami!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Panah itu terlihat gemilau nan cantik. Tingginya setara dengan ujung kepala hingga ujung ekorku. Ketika aku memegangnya, aku merasakan banyak energi yang mengalir didalamnya dan energi itu terasa begitu kuat. Aku tak percaya kalau kita dapat membuat panah ajaib seperti ini.

"Akhirnya panah ini sudah selesai dan siap untuk ditembakkan ke mata Leviathan. Siapa yang bersedia? Zuri? Mercury? Karena hanya kalian berdua pemanah disini." Tanya Naliu.

"Ah!! Kurasa orang itu tidak lain adalah Zuri. Karena ia sudah sangat handal dalam hal manah-memanah." Sahutku dengan cepat. Yang benar saja, seorang pemula sepertiku melakukan hal berat seperti ini. Menembak ikan kecil saja selalu meleset, apalagi menembak mata dari raksasa yang sedang mengamuk tak jelas arahnya.

Lalu Zuri segera mengelak "Hmm.. maaf bukannya aku tidak ingin, tetapi lengan kananku sedikit cidera saat di goa tadi. Aku tidak bilang pada kalian karena aku tidak ingin kalian khawatir. Jangan terlalu pikirkan aku.. hmm.. Jadi orang itu adalah Mercury, bukan? Aku percaya kepada Mercury, aku melihatnya berlatih dan ia sangat cepat belajar, serta matanya yang cukup jeli. Kurasa ia memiliki potensi yang besar untuk berhasil. Sejauh ini aku melihat pikiranmu hanya dipenuhi hal-hal pesimis, sementara kamu bisa lakukan hal yang lebih besar dari yang kamu kira jika kamu percaya pada dirimu sendiri. Ayo, Mercury! Kamu harus percaya kepada dirimu sendiri. Aku sangat yakin kamu bisa!"

Mendengar kata-kata Zuri aku senang juga sekaligus takut untuk menghadapi Leviathan sendirian. Walaupun begitu, pasti ada rasa ragu untuk melakukan hal yang belum dilakukan sebelumnya. "Hmm.. kalau memang begitu, baiklah aku akan mencoba semampuku. Aku.. hanya ingin kalian membantuku dengan do'a." Ucapku dengan ragu.

"Baiklah! Jadi sekarang kami sangat mengandalkan pemanah kami, Mercury. Kamu harus bergerak sekarang juga, selagi para dewa dewi menyerang Leviathan, kesempatan ini harus dimanfaatkan dengan baik. Ayo, Mercury kamu pasti berhasil aku yakin sekali!" Seru Naliu.

"Terima kasih teman-teman." Jawabku sambil tersernyum bangga karena semua temanku mendukungku dengan antusias.

Setelah berpisah dengan teman-temanku, kini aku sendirian. Aku akan menghadapi Leviathan seorang diri. Yang pertama aku lakukan adalah mencari tempat yang aman untuk menembakkan panah sihirku. Dengan jantung yang berdebar-debar tak karuan, aku menarik busur dan panahku. Melihatnya bergerak kesana kemari membuatku sangat kesulitan untuk mengincar targetku yaitu mata kirinya. Karena badannya yang besar, jadi gerakannya tidak begitu cepat. Namun butuh jarak dan kekuatan yang tepat untuk mencapai target tersebut.

Aku merasakan energi yang kuat pada panah ini tetapi tidak berat. Berbeda sekali saat aku memanah dengan panah biasa.

Setelah menarik busur dan panahku, aku menaruhnya di pelipisku dengan tangan yang gemetaran. Jantungku berdegup kencang dan dari lengan hingga tanganku gemetar. "Aku tidak boleh seperti ini, mereka semua mengandalkanku sekarang." Untuk mengurangi rasa gugupku, aku menghela napas berkali-kali hingga jantungku mereda. Lalu kupasangkan lagi panah dan busurku di ujung pelipisku dengan tangan kiri memegang busur dan tangan kanan menarik tali busur serta panahnya.

Kini aku siap memanah. Tanganku dan mataku mengikuti setiap arah kemana mata Leviathan pergi. Hal yang aku pikirkan hanyalah "semoga ini berhasil", aku tidak ingin memikirkan hal-hal lain kecuali fokus pada tergetku. Setelah mendapat posisi yang tepat, aku melepaskan tangan kananku. Membiarkan panahku melayang menuju targetnya. Teman-temanku pun melihat aksiku dan melihat kemana panahku akan menancap.

Dan "crakkk!!" Terdengar bunyi tusukan panahku yang berhasil menancap di mata kiri Leviathan. Aku lega sekaligus senang terhadap diriku sendiri, ia benar-benar buta seluruhnya sekarang. Aku menghampiri teman-temanku sesegara mungkin tetapi mereka sudah mengahmpiriku lebih dulu. Kami berpelukan sambil bersorak-sorak gembira. "Aku sudah tahu kalau Mercury pasti berhasil! Aku tahu itu!! Kita harus merayakannya di Seashania! Hidup Mercury si pembunuh Leviathan! HIDUP!" Seru Naliu sambil berteriak gembira, Diikuti teman-temanku yang lain "HIDUP!"

Saat kami bersorak gembira terdengar ledakan dari mata Leviathan. Ternyata itulah efek dari sihir pada panah yang telah diberikan. Leviathan telah jatuh! Kini ia benar-benar jatuh dan tidak bernapas sama sekali. Kami semua yakin kalau ia sudah mati. Semua dewa dewi menghampiri mayatnya yang tergeletak didasar laut, lalu mengambil jantungnya dari dalam tubuhnya. Jantungnya sangat besar berwarna ungu tua dan keras seperti batu.

Dewa dewi pun juga mencari mahkota milik Adrelean. Mereka merobek isi perutnya dengan senjata raksasa nan tajam milik Dewa Balderon si penjaga lautan. Menjijikan sekali melihat isi perutnya yang terbuka. Kami semua turun untuk menelusuri isi perutnya yang sangat banyak seperti bukit.

Setelah menelusurinya, aku mendapat mahkotanya! Aku yakin betul itu mahkotanya, karena terlihat seperti terdapat energi sihir didalamnya dan sangat cantik berkilauan. Tetapi apa yang harus aku lakukan dengan mahkota ini?

Bersambung...

Mercury [COMPLETED]Where stories live. Discover now