Chapter 22 - Leviathan pt.4

8K 854 43
                                    

Notes: di chapter sebelumnya ada yang request untuk ditambahkan media seperti gambar. Kini Author udah tambahin gambar dan lagu 👆 semoga kalian menikmatinya ketika membaca ya...^.^
Song credit: OST Dark Parables: the red riding hood sister

Satu persatu dewa dan dewi jatuh. Yang tersisa saat ini adalah Balderon, Ballzar, dan Amora. Hal ini sungguh tak disangka-sangka. Seluruh dewa dan dewi lautan sudah turun tangan untuk membunuh satu makhluk raksasa purba. Kukira Leviathan dapat ditaklukan dengan mudah karena ia sudah kekurangan banyak energi setelah bertarung melawan Lasigna, tetapi nyatanya tidak. Ia malah semakin marah dan mengamuk dengan mata kirinya yang menyala terang.

 Ia malah semakin marah dan mengamuk dengan mata kirinya yang menyala terang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lalu aku mulai berpikir bagaimana cara menaklukan Leviathan. Aku dan teman-temanku segera berunding memikirkan bagaimana cara mengalahkannya.

"Hey, kita tak bisa diam saja disini. Kita harus membantu mereka. Ayo kita pikirkan bagaimana caranya." Ucapku kepada Naliu, Lim, Zuri dan Zurof.

"Hmm... kurasa setiap makhluk pasti memiliki kelemahan bukan?" Sahut Zurof.

"Oh! Iya benar! Tetapi dimana kelemahannya itu? Apa kita harus mencarinya?" Sahut Naliu

"Mencarinya? Sepertinya semua yang melawannya sudah menyerang seluruh area di sekujur tubuhnya. Tetapi mustahil bila ia tidak memiliki kelemahan." Jawab Zuri.

"Lalu kita harus bagaimana? Pasrah akan keadaan? Konyol, bukan?" Ucap Naliu.

Setelah Naliu bertanya demikian, kami berdiam sejenak dan berharap ada seseorang yang memiliki ide cemerlang dan tak terduga.

Ditengah kediaman dan serunya pertarungan, Lim langsung menyahut dengan nada bicara yang santai namun mengejek "kalian ini bodoh atau bagaimana? Satu-satunya kelemahannya adalah matanya. Sekarang ia hanya memiliki satu mata, bukan? Tembak saja matanya dengan sesuatu. Hmm.. mungkin panah biasa tak cukup, butuh panah spesial yang dilapisi sihir oleh para dewa dewi."

Perkataan Lim membuat seolah kami yang terlihat dewasa namun mempunyai umur yang muda seakan bodoh. Seakan kami baru saja diejek anak kecil. Tetapi ide nya memang cemerlang dan tak sempat kami pikirkan sebelumnya, mungkin karena kami terlalu panik akan keadaan. "Wahh! Lim benar! Aku tak tahu kalau anjing laut kecil ini memiliki otak yang cerdas. Ayo kita buat panah sihir!" Sahut Naliu bersemangat.

Kami bersama-sama merangkai panah yang panjang dan kuat dengan cara menggabungkan beberapa panahku dan dan panah milik Zuri. Setelah jadi, kami merasa bangga karena panah itu cukup kuat dan besar.

Tahap perangkaian sudah selesai, tinggal diberi sihir dari para dewa dan dewi. Kurasa meminta sedikit sihir kepada dewa dewi yang sedang terluka adalah hal yang mungkin dan tidak mungkin, jadi kami memintanya dengan sopan dan hormat. "Mohon maaf para Dewa dan Dewi yang agung, bisakah kami meminta sedikit kekuatan sihir milik kalian untuk melengkapi panah kami? Kami tidak tahu kalau ini akan berhasil atau tidak, tetapi tidak ada salahnya mencoba, bukan?" Bujuk Naliu dengan lembut.

Mercury [COMPLETED]Where stories live. Discover now