Chapter 11 - Pulau berjalan

10K 1K 65
                                    

Kembali lagi ke samudra lepas yang mengerikan. Kami keluar dari kerajaan Meliotzen sekitar pukul 3 pagi. Karena suasana laut tampak mengerikan dan gelap, jadi kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan di atas permukaan laut. Sebenarnya diatas laut maupun dibawah laut keduanya tidak aman. Ketika diatas laut yang aku takuti adalah para pelaut dan perompak yang ingin memburu putri duyung sepertiku dan jika dibawah laut yang paling aku takuti adalah monster laut yang sering berkeliaran serta kerajaan yang mungkin mempunyai peraturan sama dengan kerajaan Meliotzen, itu yang paling menyebalkan.

Suatu ketika, aku teringat mimpiku semalam yang membuatku terbangun. Dalam mimpi itu aku melihat wanita dengan penampilan aneh. Dia memiliki ekor duyung tetapi sepertinya bukan bangsa putri duyung karena dia seperti mempunyai kekuatan sihir atau semacamnya.

"Hmm.. tadi malam aku bermimpi aneh. Sangat aneh!" Ucapku.

"Memangnya kamu mimpi apa?" Tanya Naliu.

"Aku melihat perempuan aneh dengan kekuatan sihir. Dia mengucapkan kata aneh didepanku secara tiba-tiba. Entah mengapa itu terus terulang-ulang diotakku. Dan aku menulis kata-katanya dalam buku kecilku." Kataku sambil mengeluarkan bukuku lalu memberikannya pada Naliu.

"Iya. Aneh. Sepertinya perempuan ini ingin memberitahumu sesuatu, aku tidak tahu itu apa. Tapi kuharap itu tidak bertanda buruk." Jawab Naliu.

"Hei! Lihat ada pulau kecil disana ayo kita beristirahat sebentar dan memandangi matahari terbit." Sahutku sambil menunjuk ke arah pulau kecil tersebut. Kami menghampiri pulau itu dan beristirahat sejenak untuk sarapan dan rebahan, bagaimanapun pasir tetap lebih nyaman untuk rebahan dibanding batu karang. Dan aku sangat merindukan wujud manusia dan suara bocah imut seorang Selkie, itu membuat rombongan ini tidak terasa sepi.

Sambil istirahat, aku membuka peta dan kompasku. Setelah aku mencari-cari keberadaan pulau ini dipeta, aku tidak menemukan satu pulau kecilpun dalam peta, satu titikpun tidak ada. Apa pulau ini sudah terlupakan? Tidak ada yang tahu apa nama pulau ini dan suku apa lagi yang akan mengganggu perjalanan kami.

"Kamu yakin sudah melihat petanya dengan 'detail'?" Tanya Naliu kepadaku.

"Iya, aku sangat yakin! Dan disekitar kita hanya lautan lepas. Sudahlah... mungkin memang pulau ini sangat terpencil sehingga orang melupakannya." Jawabku dengan tenang, aku tidak ingin membuat semua temanku menjadi panik.

Sepucuk cahaya memanjat langit di ufuk timur. Kami semua menyaksikan matahari terbit dengan seksama, karena raja sejuk dan hangat ini tak ada duanya.

"Teman-teman! Siapa yang lapar? Kali ini aku akan mengeluarkan isi tasku hehe. Tenang saja aku tidak melupakan Listy dan Gullveig." Teriak Lim pada aku dan yang lainnya.

"MAU! MAU! AKU KELAPARAN!" Teriak Naliu sambil merangkak kearah Lim. Ia lah yang paling bersemangat kalau soal makan.

Aku terkejut saat Lim mengeluarkan panci besar berisi sup dari tas kecil Lim, sepertinya tas itu adalah tas ajaib. Dan ketika ia membuka tutup pancinya, asap putih mengebul dari panci itu dan mengeluarkan aroma harum yang menggodaku untuk menyicipinya.

Ia menuang sup itu satu per satu dalam mangkuk kecil dan dibagikan kepada Naliu dan aku. Dia juga sudah menyiapkan makanan khusus untuk para eelnaina yaitu rumput laut, salah satu menu favorit Listy.

Aku menyuap sup itu sedikit demi sedikit karena terasa panas. Sup itu terasa lezat sekali bagaikan surga, semua bumbu nya benar-nenar sesuai takaran, tidak kurang juga tidak lebih, sup ini tidak kalah lezatnya dengan masakan koki terbaik di Seashania. Aku tidak menyangka kalau Selkie dapat memasak makanan selezat ini. Betapa beruntungnya aku memiliki teman seperti Lim.

Mercury [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang