Chapter 21 - Leviathan pt.3

7.3K 805 21
                                    

Pertarungan antara Leviathan dan Lasigna masih berlangsung, sedangkan Derdayen sedang ditengah proses bertapa-nya. Aku khawatir dengan Lasigna yang mulai melemah, ia sudah kehilangan banyak energi untuk mengalahkan seekor makhluk yang besarnya berkali lipat dari tubuhnya. Kuharap Derdayen segera menyelesaikan urusannya dalam meminta bantuan.

Beberapa saat kemudian, akhirnya Derdayen berhenti bertapa dan langsung berbicara pada kami "kalian sabarlah, karena bantuan sebentar lagi akan datang. Kalian tenang saja, ketika Lasigna melemah sebenarnya ia sedang mengumpulkan kekuatan. Mungkin aku tidak akan menjinakkan Leviathan bukan karena aku tidak bisa, tapi ia terlalu besar bagiku dan ia juga sudah terlalu tua, jadi sulit untuk melatihnya. Sementara bantuan yang aku panggil, itu hanya untuk jaga-jaga saja. Jadi kalian tenang saja karena semua ini pasti akan berakhir."

Kata-kata dari Derdayen cukup untuk membuat kami lebih tenang. Terlebih lagi dengan nada bicaranya yang lembut menenangkan.

Tak lama kemudian, bercak-bercak merah dikulit Lasigna menyala terang, sehingga Leviathan terkejut dan konsentrasi nya mulai terganggu. Yang Lasigna lakukan mengejutkan sekali, kami serempak bertanya pada Derdayen "Derdayen, ada apa dengan kulit Lasigna? Mengapa kulitnya menyala? Beri tahu kami!"

"Tenang saja, itu yang tadi kumaksud dengan mengumpulkan kekuatan. Kekuatan Lasigna sudah mencapai puncaknya, sebentar lagi akan dikeluarkan. Aku memilih dia untuk melawan Leviathan karena ia yang paling mempunyai kekuatan dan energi yang cukup. Hmm mungkin sedikit lagi ia akan mengeluarkan kekuatan utamanya." Jawab Derdayen.

"Tidak apa-apa kah jika kami menyaksikan mungkin ledakan yang akan keluar nanti?" Tanya Naliu pada Derdayen.

"Tidak apa-apa karena aku yakin pasti kalian akan penasaran." Jawabnya.

Cahaya pada tubuh Lasigna semakin lama semakin terang sehingga membuat gerakan Leviathan terganggu. Kemudian tibalah saatnya Lasigna mencapai puncaknya dalam mengumpulkan kekuatan. Setelah mencapai titik terangnya, segera ia tembakkan bola cahaya merah yang sangat terang seperti bola sihir yang sangat besar ke arah bola mata sebelah kanan Leviathan. Leviathan yang tertembak langsung melemas dan terjatuh dasar lautan menimbulkan suara gemuruh yang mengguncangkan seisi lautan.

Kami bersorak-sorak gembira melihat Leviathan yang tergeletak ditanah. Akhirnya si raksasa berhasil ditaklukan oleh seekor makhluk yang hanya sebesar ekornya saja.

Setelah memasukkan Lasigna kembali dalam kristalnya, Derdayen mulai melemas lagi, ia terlihat lebih lemas dari sebelumnya karena mengeluarkan Lasigna lebih berat daripada mengeluarkan Enkreya. "Inilah buruknya jika mengeluarkan makhluk yang kuat. Aku akan sangat lemah dari sebelumnya. Jangan khawatir, aku akan berbaring disini untuk beberapa saat. Sekarang terserah kalian bagaimana caranya agar bisa mencari mahkota Adrelean dalam tubuh besar Leviathan." Jelas Derdayen dengan lemas.

Kami bersama-sama mendekati tubuh Leviathan yang sudah tergeletak. Meskipun sudah tak bernapas tetap saja masih ada perasaan takut untuk mendekatinya. Jika dilihat, ukuran badanya bisa mencapai sebuah pulau, aku bisa saja membangun perkotaan di tubuh Leviathan.

"Hey, mau kita apakan raksasa ini?" tanya Naliu.

"Apa kita harus masuk ke tubuhnya lewat mulutnya? Itu ide bagus bukan? Hihihi." Sahut Lim sambil bergurau.

"Apanya yang ide bagus? Itu ide yang menjijikan, aku yakin didalam tubuhnya banyak hal mengerikan. Jika kamu rasa itu ide yang bagus, kamu saja yang melakukannya." Jawab Naliu.

"Sudah.. sudah.. bagaimana jika kita potong saja perutnya dengan pedang? Pedang milik Naliu dan Zurof memiliki kualitas yang tinggi." Sahut Zuri.

"Hmm... mungkin membutuhkan waktu yang lama, tetapi tak ada salahnya untuk mencoba kan?" Ucapku.

Akhirnya kami setuju untuk memotong perutnya dengan pedang. Naliu dan Zurof memulai untuk merobek bagian perut Leviathan yang sekeras baja, aku rasa ini akan memakan waktu yang sangat lama karena kulitnya yang kasar dan keras juga sangat besar.

Disaat Naliu dan Zurof sedang menyayat tubuh Leviathan, tiba-tiba saja terjadi gemuruh yang sangat besar dan tubuh Leviathan mulai bergerak. Yang benar saja, Leviathan benar-benar bergerak dan bagun dari tempatnya. Jelas-jelas aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kalau ia sudah benar-benar mati, apa ia hanya pura-pura tak sadarkan diri saja? Ia tampak sehat kembali dengan energi maksimal, dengan matanya yang buta sebelah karena Lasigna. Namun, sepertinya ia tidak menghiraukan mata kanannya yang telah ditembak itu, malahan ia berubah menjadi lebih mengerikan dari sebelumnya.

Mata kirinya menyala merah terang, wajahnya terlihat marah sekali dan sangat menyeramkan. Ia mengamuk berlarian kesana kemari sambil mengeluarkan suara yang mengganggu telinga kami semua. Aku yakin inilah puncak dari kemarahannya.

Kami semua saling bergandengan tangan dengan gemetar. Kami sungguh tak percaya ini akan terjadi, kami sudah tak kuasa lagi untuk melawan makhluk sebesar itu dalam keadaan marah. Harapan kami, hanyalah bantuan yang telah dipanggil Derdayen. Kuharap bantuan itu sangat berguna.

"Teman-teman, apa yang harus kita lakukan? Apa kita akan diam saja? Dia  menyeramkan sekali, melihatnya mengamuk saja aku ingin menangis." Ujar Lim sambil memeluk tubuhku lalu menangis ketakutan.

"Aku juga tidak tahu teman-teman, mari kita berdo'a saja." Sahut Naliu.

Tampaknya kami sudah sangat putus asa dalam situasi ini.

Setelah ia mengamuk kesana kemari, akhirnya tatapannya tertuju pada kami yang sudah tidak tahu harus bagaimana. Matanya yang merah terang tertuju pada kami bertujuh. Lalu ia membuka mulutnya dan berlari dengan cepat kearah kami. Kami hanya bisa memejamkan mata sambil berpegangan tangan satu sama lain dan berharap kalau semua ini hanyalah mimpi dan khayalan.

Disaat detik-detik terakhir hidupku aku mendengar suara merdu seorang Dewi Amora, ia mengatakan hal yang tidak seharusnya dikatakan oleh seorang dewi "Simpanlah taringmu yang tua dan rapuh, Br*ngsek!" Aku yakin suara itu hanya angan-anganku saja. Lalu muncullah suara baru yang mengatakan hal serupa "enyahlah kau, bajing*n!" Kata-kata itu mustahil keluar dari mulut dewa dewi yang suci, bukan?

"Mer, bukalah matamu! Lihat! Semua Dewa dan Dewi laut membantu kita. Inilah bantuan yang dipanggil Derdayen! Tak kusangka para dewa dan dewi berkata hal-hal yang kasar demi membantu kita." Teriak Naliu bersemangat.

Ketika aku membuka kedua mataku. Alangkah terkejutnya diriku melihat para Dewa dan Dewi laut berbaris mengitari kami untuk melindungi kami. Kukira semua tadi hanyalah ilusinasi-ku menjelang kematian. "Iya, Naliu. Aku juga tak percaya mereka berkata hal yang tidak seharusnya." Jawabku menanggapi perkataan Naliu.

Saat ini tiga dewa dan tiga dewi berbaris dihadapan kami untuk melindungi kami. Jadi inilah bantuan yang dipanggil Derdayen. Ia memanggil teman-temannya untuk membantu kami. Aku sangat senang dapat melihat mereka secara langsung, ternyata mereka terlihat sangat indah, berwibawa, dan mempunyai ciri khas masing-masing.

Saat melawan Leviathan yang sedang mengamuk, seluruh dewa dan dewi mengeluarkan kekuatan yang sesuai dengan keahlian mereka. Ada yang menggunakan sihir adapula yang menggunakan senjata yang sangat besar hingga Naliu dan Zurof terperangah melihat senjata milik Balderon dan Ballzar, karena mereka menggunakan senjata yang sangat besar dan dapat menembakan bola sihir.

Pertarungan ini bagaikan ronde kedua bagi Leviathan, dengan tenaga Leviathan sudah sangat terkuras karena pertarungan melawan Lasigna, ia mungkin dapat segera dirobohkan.

Perlawanan dewa dan dewi dengan Leviathan sedang berlangsung dan mengakibatkan laut bergetar hebat, seperti terjadi gempa dalam laut yang dikarenakan sebuah pertarungan hebat. Sesekali Leviathan menghindar serangan mereka, rupanya Leviathan yang sudah terluka pun masih sanggup bertarung dan bertahan sejauh ini.

Kemarahan Leviathan semakin menjadi-jadi, ia menyerang semua yang ada di hadapannya. Dewi Naneva Pazura adalah dewi yang pertama jatuh karena tertampar oleh ekor Leviathan. Ia mendapat luka di bagian lengannya yang lumayan dalam. Kini aku mulai khawatir, bahkan para dewa dan dewi belum bisa menyetarakan kekuatannya dengan Leviathan.

Bersambung...

Mercury [COMPLETED]Where stories live. Discover now