30 Agust || Talk

8.6K 966 58
                                    

19.47

Kaki jenjang Zee berlari menyusuri koridor rumah sakit. Setelah diberi tahu oleh Rinai jika Zach dipindahkan ke kamar Lavender 105, Zee langsung mencari keberadaan kamar tersebut. Napas Zee sekarang tersengal karena dari berangkat sampai sekarang, ia terus-terusan jalan cepat. Bahkan Zee hanya memakai baby doll dan jaket biasa.

Ketika mata Zee menemukan kamar dengan pintu yang bertuliskan "Lavender 105", Zee langsung menuju kamar tersebut. Ia menarik napas panjang, lalu menghembuskannya pelan. Pokoknya, malam ini Zee tidak boleh gengsi dan ia harus meminta maaf kepada Zach karena telah membuat cowok itu masuk rumah sakit.

Zee membuka pintu perlahan. Decitan pintu yang ditimbulkan sukses membuat semua pasang mata melihat ke arah sana. Zee tersenyum kikuk yang dibalas dengan senyuman hangat. Berbeda dengan cowok yang sedang berbaring di bangkar dengan infus di tangannya, ia justru kaget melihat Zee.

Pelan-pelan Zee menghampiri Zach. Mata cewek itu menatap Zach dengan pandangan meminta maaf.

"Zach?" panggil Zee. "Gue minta maaf."

Namun, Zach justru merentangkan tangannya sembari tersenyum lebar. "Hai, Zee. Sini peluk gue dulu."

Detik selanjutnya, Zee menghambur ke pelukan Zach. Tidak peduli dengan orang tua Zach ataupun Rinai yang masih disini. Zach mengelus punggung Zee. Masih dengan senyumannya.

"Zee, gue kangen," ucap Zach masih memeluk Zee. "Lo mau maafin gue, kan?"

Zee mengangguk di dada Zach. "Iya. Gue maafin lo. Lo juga harus maafin gue."

"Nggak masalah. Gue seneng lo maafin."

Zee mengurai pelukannya. "Kenapa lo ngikutin gue, sih, tadi? Padahal, kan gue udah bilang kalo gue ke rumah nenek. Lo nggak percaya?"

Zach menggeleng. "Enggak. Gue kira lo mau pergi jauh pake busway."

Mendengar jawaban Zach, Zee memutar bola matanya. "Sejauh-jauhnya, gue juga masih di Jakarta, kali."

"Kan gue takut, Zee. Mana itu lo nggak piket lagi. Gue malah kepikiran kalo lo kabur, mau pergi, ketemu orang yang penting. Bahkan gue curiga lo itu pengedar narkoba. Kan pengedar kalo pergi diem-diem."

Ingin rasanya Zee mencabut infus Zach tiba-tiba. Punya pikiran kok dangkal banget!

Suara dehaman dari seseorang membuat Zee maupun Zach menoleh. Mamanya Zach terkekeh, Rinai tersenyum. Papanya Zach menatap keduanya dengan datar.

"Sejak kapan Zach berani pelukan dengan perempuan yang bukan mukhrimnya?" tanya Papa Zach dingin.

Zach justru tertawa menanggapi. "Sejak barusan, Pa."

Baru pelukan ini, Om, nggak ada apa-apanya. Tuh, cewek yang di sebelah Om malah pernah dicium sama anak Om. Huh, untung calon mertua! Amin.

-----

a.n

zee = jeka. kalo ngomong selalu ngelantur.

kemarin jeka liat doi lagi apalan naskah drama, jeka liatin dia serius amat. yha, baca naskah aja serius amat, apalagi nanti pas ijab kabul. amin.

p.s: biarkan covernya jadi kang chul selama seminggu :"

Chat and TalkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang