Hatiku perih, aku cemburu. Walau bagaimanapun aku tak rela bila orang yang aku cintai bersama orang lain, namun kucoba untuk tetap melanjutkan membaca buku itu. Kutemukan bekas sobekan pada halaman selanjutnya. Mungkin memang ada beberapa tulisan yang tak ia inginkan untuk kubaca. Dan lagi kutemukan foto Elios dan Ica. Mereka terlihat sangat bahagia kala itu. Namun kata-kata di bawahnya menyiratkan kesedihan Elios.

 Namun kata-kata di bawahnya menyiratkan kesedihan Elios

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kita berawal dari dua orang yang tak saling mengenal.
Diam tak menyapa, namun ada rasa, ya rasa ingin tahu.
Ingin rasanya untuk berkenalan, mengucap nama namun apa daya, mental terasa belum terlalu kuat mengambil resiko. Aku terlalu biasa untuk kau yang punya segalanya.

Hingga pada akhirnya, hari semakin berlalu.

Waktu telah berganti.

Melalui proses yang panjang akhirnya kita bisa bersama.
Bersama dalam duka dan juga dalam canda tawa.

Kuberanikan diriku untuk ungkapkan rasa.
Entah lah saat itu aku merasakan jatuh, namun aku jatuh dengan bahagia bukan jatuh lalu menangis seperti saat aku belajar naik sepeda sewaktu SD.

Aku jatuh namun bukan tersungkur ke tanah, justru aku malah melayang.

Iya inilah aku, pemuda yang tengah merasakan jatuh cinta dan kau menerima cintaku juga.

Sejak saat itu, kita telah lewati beribu kisah yang terlukis indah dalam ingatan, mengumbar senyum dalam setiap percakapan, menuai tangis saat kita berada dalam keterpurukan.

Kita telah bersama dalam satu ikatan, satu rasa dalam jiwa.
Iya cinta masih indah melekat disana.

Hingga pada akhirnya kumengerti, tak ada yang abadi.
Nyatanya cinta itu meningalkanku.
Aku dan dirimu yang semula menyatu menjadi kita kini telah musnah, yang ada hanya aku.

Aku dan bayanganmu.
Kau pergi dengan mudahnya, membuatku lembali terjatuh namun sayang kali ini aku jatuhku bukan dengan bahagia, bahkan kini kumerasakan jatuh sejatuh jatuhnya.

Aku terhempas ke dasar kepedihan.

Kau pergi mengejar mimpimu dan aku mencoba bertahan menantimu.

Namun apa, hari demi hari kau makin menjauh.
Lelah terasa dalam batinku untuk menunggu kabar darimu.

Perlahan aku mencoba melupakan tentang kita, begitupun juga denganmu.

Kita memulai kisah yang baru.
Kau menulis kisah tentang hidupmu dan aku menulis kisah hidupku.

Kita berawal dari dua orang yang tak saling kenal hingga menjadi orang yang saling kenal namun saling melupakan.

Percayalah ini menyakitkan.

Kau terasa menjadi orang asing dalam hidupku dan aku terasa menjadi orang asing dalam hidupmu.

Praeteritum aut Futurum?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang