8). Sandi X Ridwan (1)

9.8K 350 31
                                    

Sejak pertama kali melihatmu, aku sudah lupa yang namanya dosa--Sandi

___________________________________
1 || Pertemuan yang membuatku gugup.

Sandi pov

Aku segera beringsut bangun dari kehangatan selimut, saat kudengar suara Demi Lovato di alarm hp yang sengaja ku setting tepat jam 06:00 WIB sudah menjerit-jerit berupaya membangunku dari alam mimpi.

Aku meregangkan otot-ototku yang sedikit kaku, selanjutnya tangan ini bergerak men-scroll layar hp untuk menghentikan suara Demi Lovato yang sekarang berubah serak.

Kakiku masih berayun di tepi ranjang, terlalu malas untuk beranjak ke kamar mandi. Sempat berfikir 'tak usah mandi' namun aku urungkan karna hari ini adalah hari pertama ku di awal semester kelas VII, jadi aku harus memberi kesan yang baik.

Aku berjalan kekamar mandi untuk menyegarkan diri dari rasa kantuk yang masih bersarang, selesai mandi aku segera keluar dengan hanya memakai lilitan handuk dipinggang, satu stel seragam putih biru yang masih berlabel sudah terlipat rapih di ranjangku, tak perlu bertanya siapa yang sudah menyiapkannya, karna satu-satunya orang yang memperhatikan hal terkecil sekalipun adalah Mama.

Entah kenapa aku tetiba tersenyum melihat seragam itu, dengan semangat aku mengenakannya, aku tak henti-hentinya memandang sosok di pantulan cermin sambil menyisir rambutku agar rapih. Label anak SD sudah berganti menjadi SMP di seragamku, dan aku bangga.

"Anak Mama udah ganteng kok." Ucap Mama tiba-tiba masuk dan memergoki ku terlalu asyik bercermin, aku tersenyum melihat Mama dari cermin, lalu berbalik menghampirinya.

"Ma, aku gak mau diantar jemput. Aku mau berangkat sendiri naik sepeda." Ucapku membuat Mama tersenyum sambil mengelus pucuk kepalaku sayang, "Anak Mama udah bujangan, pasti deh malu kalo masih dianter Mamanya." Saat mendengar itu aku hanya nyengir. "Hari ini Mama udah buatin makanan kesukaan anak Mama yang paling ganteng ini, nasi goreng+telur mata sapi setengah matang." Tambah Mama membuatku ngiler, mataku berbinar saking senangnya sebab itu adalah makanan favorite ku, tapi Mama jarang masak karna biasa sibuk dengan pekerjaan kantor.

"Asyik, coba deh Mama bikinnya tiap hari." Ucapku malah membuat Mama sedih, "Maafin Mama ya sayang, Mama jarang ada waktu nemenin Sandi."

"Mama belum berangkat ngantor?" Tanyaku sambil berjalan ke meja makan bersisihan dengan Mama yang memegang satu pundakku, "Mama mau lihat anak Mama pakai seragam putih biru, padahal rasanya baru kemaren Mama nganterin sandi pertama masuk sekolah TK." Aku melihat setitik air mata di sudut mata wanita yang telah melahirkanku kedunia, aku menggenggam tangan Mama memberi kekuatan.
"Aku janji bakal membuat Mama bangga, dan melindungi Mama seperti alm. Papa dahulu." Ucapanku membuat Mama mengangguk.

Sudah 6 tahun sejak Papa meninggal dunia karna sebuah penyakit, Mama terpaksa menjadi single parent dan bekerja untuk membesarkanku seorang diri, merangkap menjadi ibu rumah tangga sekaligus Imam keluarga, aku tau itu berat dan Mama telah berjuang mati-matian demi membesarkanku.

Saat di meja makan, aku melahap sarapanku sampai habis tak tersisa, mencium tangan Mama untuk berpamitan sekaligus meminta do'a restu agar hari pertama ku menyenangkan dan Mama dengan senang hati mendo'akan ku. Aku mendorong sepeda ku dari gudang samping tempat Mama menyimpan barang-barang lama, sayang kalau dibuang, begitu katanya.

Aku mengayuh sepeda melewati gang-gang sempit sesekali bertegur sapa dengan para tetangga dan kawan bermain yang juga akan berangkat sekolah.

"Sandi, tungguu!!" Teriakan Hery membuatku berhenti dan refleks menoleh kearahnya, kulihat dia berlari ke arahku dan seragam putih biru dengan logo yang sama juga melekat ditubuhnya yang tambun.

Addicted(Hombreng).Donde viven las historias. Descúbrelo ahora