2 : Nasty

215 28 6
                                    

Sejak kejadian malam kemarin, Jungkook memang diberi sang pemilik rumah mengizinkan-menginap dirumahnya. Miyeon memilih bertiduran dikamar miliknya, jangan ditanya pemuda itu hanya dipersilahkan Miyeon tidur di sofa bermodalkan bantal dan selimutnya. Meskipun demikian, Jeon Jungkook sangat berterima kasih atas perlakuan gadis mungil itu memberikan penginapan hanya satu malam saja.

Terlintas dibenaknya, jika memang pria itu seorang buronan ataupun sejenis psychopat-entahlah. Menurut Miyeon yang terpenting hingga menjelang pagi kondisinya tetap baik-baik saja-terbangun dengan kondisi yang sangat susah diartikan, rambut berantakan, air liur sedikit meleleh maupun di sudut bibirnya telah mengering. Tidak ada barang kepentingannya berserakan, pintu kamarnya pun tetap terjaga oleh kunci dilubang gagang itu.

Selanjutnya menghampiri bangku rias, mendaratkan bokongnya berhadapan dengan pancaran oval kesayangannya. Menatap wajahnya yang masih penuh kantuk dikantung mata, wajahnya kusut tak terurus. Jangan ditanya lagi keadaan Miyeon seperti apa- makhluk pemulung ataupun pengemis yang tidak mempunyai sepeser apapun. Yang terpenting seorang pemuda diluar kamarnya tidak memperhatikan nasib kebiasaan Miyeon ketika bangun tidur.

Kendati Miyeon hendak keluar kamar, memeriksa keadaan ruang tengahnya mendapatkan seorang pemuda yang masih tertidur disofa. Perlahan kakinya melangkah, menuju presensi yang masih tidur nyenyak. Miyeon tersenyum lega, memperhatikan wajah damai Jungkook yang sedang meringkuk-namun terkesan lucu gaya tidurnya itu. Bibir pria itu kecil, sedikit mengerucut bagian atasnya.

Miyeon mendudukkan dirinya diseberang sofa itu. Berhadapan pria muda yang masih bergelut didunia alam-sebegitu nyenyak hanya terbaring disofa berbahan oscar yang membuat tidurnya sangat nyaman. Wajah tidur damai itu kemudian mengernyit tampak seperti menahan sakit kepala. Kemungkinan kadar alkohol yang diminum Jungkook cukup beresiko dengan kondisi tubuhnya saat ini.

Miyeon segera menghampiri Jungkook-menyangga tubuh itu agar terbangun dengan posisi bersandar. Membuat sang empu mengerjap berkali-kali-sepersekon kemudian ia menangkap rupa gadis cantik seperti didunia mimpi meskipun itu bukan mantan istrinya.

Jungkook bingung, sebenarnya wanita ini siapa? Kenapa wajahnya seperti dialam mimpi-entahlah, Jungkook semakin pusing memikirkannya. Yang terpenting alam mimpinya seperti kenyataan.

"Kau siapa? Kenapa aku disini?"

Gadis itu menatapnya heran. Perlakuan Jungkook semalam seperti mengenal dirinya. Kenyataannya malah justru berbalik, ia tak dikenali pemuda itu.

"Aku Kang Miyeon. Gadis yang menolongmu disandaran tembok rumah, kau tidak mengingatnya,"

Ah, sekarang Jungkook paham. Ternyata kejadian itu bukan mimpi. Melainkan kenyataan-karena mungkin pengaruh alkohol yang ia teguk. Salahkan Minhae, ia jadi begini melampiaskan kesedihan kejadian waktu dua hari yang lalu mereka bertengkar hanya salah satu pihak merebut sertifikat rumahnya. Justru, Jungkook memberikan sebagian hartanya untuk Minhae. Tidak sedikit ataupun banyak. Tetapi Minhae begitu egois ingin memiliki semuanya, berkuasa akan harta kekayaan dimiliki mutlak untuk dirinya.

Aku hanya bersandiwara padamu. Kenapa aku tidak ingin hamil? Sejujurnya aku tidak sungguh mencintaimu. Karena harta kekayaan kau miliki lah agar aku bertahan denganmu. Inilah saat yang tepat, aku berhak berkuasa memiliki semuanya. Mari kita bercerai Jeon Jungkook.

Berusaha menepis bayangan mantan istrinya kelewat keterlaluan. Kepalanya sungguh pusing, menghentikan kenangan buruk yang susah dilupakan.

Jungkook memperbaiki posisi duduknya, bersandar pada punggung sofa. Sedangkan gadis itu menunggu jawaban Jungkook. Masih penasaran apa alasan lelaki itu menangis. Miyeon menanti sebuah jawaban inti pokok pria asing ini.

---

Sudah berjam-jam kedua pemuda itu berkutat pada pemikirannya sendiri. Begitu canggung, meskipun Miyeon telah memberikan Jungkook; camilan keripik cokelat beserta susu hangat. Mereka hanya mengeluarkan seberapa kata. Tak begitu panjang, dan sepentingnya saja. Mengenai hal keduanya berbeda lawan jenis.

Sejenak Miyeon mengusap perutnya dilapisi kaos. Perutnya tetap datar, menunggu akan hasil yang diperkirakan awal kehamilannya. Senyumannya merekah, kelak calon bayinya itu hasil berhubungan Park Jihoon. Sayangnya, gadis itu belum saatnya memberitahu kepada Jihoon dirinya telah mengandung anaknya.

Tanpa sadar dihadapan pelaku ada yang memandang gerakannya. Terpaku kepada gadis itu sedang mengandung. Seakan teringat masa indahnya terhadap sang istri. Melakukan kebiasaan-mengecup perut datar sang tercinta, namun tak ada hasil dari hubungan mereka. Entah, apa yang dilakukan Minhae, hingga berbulan-bulan Jungkook tidak menemukan tanda-tanda istrinya akan hamil. Telah percuma dan terlanjur kecewa, pernah tertangkap basah jika sang istri meminum sebuah pil tak tahu sudah beberapa banyak digunakan Minhae. Ternyata, itulah alasannya Minhae tidak mau mengandung anak oleh seorang Jeon Jungkook.

"Kau mengandung?"

Jungkook menunggu reaksi Miyeon. Sedetik kemudian gadis itu mengangguk lamat, memandang pemuda yang ternyata memperhatikan dirinya. "Baru satu minggu."

Pertanyaan telah terjawab, memilih bangkit dari sofa seraya berdeham-menetralisirkan tenggorokan yang terasa kering. Maniknya menilik sesaat kepada gadis itu, menggerakkan tungkai panjangnya menuju arah celah matahari yang masih tertutup tirai putih.

"Ngomong-ngomong kau tidak ingin pulang? Memangnya tidak ada yang mencarimu?"

Telah berhadapan pada tirai, Jungkook terkesiap mendengar titahan lembut itu. Yang hanya dibalas gelengan oleh Jungkook. Terlukis senyuman miris, tertunduk seakan dunianya telah berakhir hanya kehilangan seorang istri.

"Y-yaa- Lagipula siapa yang mencariku. Aku baru saja diceraikan, dan diusir."

"M-maksudmu,"

Jungkook terkekeh, menghela napas kasar. Meneguk liurnya, akan tandanya ingin menangis. Ya- Jungkook merasakan pandangannya mengembun. Tak sanggup menahan beban hidupnya kentara sangat menyakitkan, tak diartikan sebagai sang suami yang dicintai. Miyeon mendadak kaget, kelakuan Jungkook sama saja seperti semalam. Pria ini sungguh sensitif rupanya.

"Maaf, aku tidak bermaksud ikut campur permasalahan keluargamu. Kau ternyata seorang calon ayah?"

Gadis cantik itu menghampiri Jungkook—menangkup bahu lebar yang tepat didepannya. Berusaha menenangkan apa yang telah dilampiaskan curahan isi hati permasalahan rumah tangganya. Miyeon saja baru kali ini menemukan pria muda yang telah berstatus duda. Kesannya juga sensitif mengenai cerita hal menyedihkan.

"Sebaiknya kau tinggal sementara dirumahku. Ah-maksudku bukan berarti aku baik hati padamu."

Jungkook mengusak matanya-menghirup kembali saluran pernapasannya meskipun tangisannya tidak begitu lama. Ia mengangguk sebuah penawaran Miyeon. Batinnya mengungkap rasanya berterima kasih memberikan tempat tinggal untuk dirinya yang seperti pria malang. Laki-laki bisa juga dikatakan malang-kala kisah hidupnya seakan menyakitkan sebab kehilangan pengartian tulus kepada seorang yang ia sayang ataupun sebuah cinta yang berlebihan namun tak dianggap pembalasan hati.

"Terima kasih. Kang Miyeon."

TBC






ayodong vote coment yg banyak. maksa nih aku hehe 😁. aku juga pengen ada pendukung seperti karya orang lain. insyaallah aku buat ceritanya ngefeel dan masuk dipikiran kalian.

yaudah deh sekian... selamat hari sabtu yang akan melanjutkan malmingnya hehe 😁

by ai

You Are The BestWhere stories live. Discover now