Prolog

2.5K 122 30
                                    

Repost

Setelah vakum nyaris 1 tahun, akhirnya i'm comeback in wattpad.

Sorry kalau aku melanjutkan cerita 'The Killer' dulu ya, bukan story SENA yang sudah ditunggu-tunggu. Lagi ga ada mood nulis yang romance-romance.

Jangan lupa Vote dan Komen dah.

====

"SIAPA KAU?!!"

Seseorang berdiri di sana, menggunakan pakaian serba hitam. Wajahnya tidak terlihat dengan jelas. Orang itu menggunakan penutup wajah. Hanya sepasang mata yang menyalak nampak tak asing baginya, tapi tetap saja sangat sulit untuk dikenali.

Gadis bermata hitam yakin yang berdiri di hadapannya ini adalah seorang wanita dilihat dari postur tubuhnya yang tidak terlalu tinggi.

"Siapa aku... kau akan segera tahu, Bitch!"

Mata gadis itu membelalak, merasa mengenali suara itu. "Kau—"

"Benar. Ini aku!" selanya menyeringai.

Dari saku celana hitamnya, ia mengeluarkan seutas tali senar yang biasa dipakai untuk gitar.

Gadis bertubuh sintal itu beringsut mundur. Tubuhnya kali ini benar-benar gemetaran. Ia sadar saat ini nyawanya sedang dalam bahaya.

Pelaku bersimpuh di depan si gadis yang tak lain calon korban pertamanya, hingga tubuh mereka sejajar. Lalu dengan cepat ia menarik rambut pirang si gadis, hingga suara teriakan kesakitan terdengar dari mulutnya.

"Sakit? Bukankah kau suka melakukan hal yang sama pada orang lain?" ucapnya pelan.

Mata itu sarat akan kebencian yang begitu dalam. Senyumnya tersungging penuh misteri, ia mengangkat tangan kanannya yang tergenggam dan....

BUGH BUGH.

Dua pukulan menghantam telak wajah mulus si pirang yang langsung jatuh tersungkur. Darah segar mengalir dari hidungnya. Gadis itu berteriak kesakitan.

Kasihan? Tentu saja tidak. Pelaku sama sekali tidak peduli. Ia menulikan telinganya mendengar teriakan dan isak tangis yang keluar dari mulut si pirang.

Gadis pirang beralis tebal itu terbaring sambil memegangi wajahnya yang berdarah dengan luka lebam.

Pelaku berdiri, membiarkan gadis itu bernapas sebentar. Ia menatap sinis gadis yang kini terbaring lemah di bawah kakinya.

Tidak, baginya ini belum seberapa. Dia tidak puas sama sekali. Ini masih jauh dari yang akan ia lakukan selanjutnya.

Mengangkat kaki kanannya dan satu tendangan ia sarangkan ke perut gadis beralis tebal dan tindakanannya itu membuat si korban terbatuk-batuk bersamaan dengan keluarnya darah kental dari dalam mulutnya. Dapat dipastikan kalau pukulan pelaku tidak main-main.

"Ma–maafkan aku. To–tolong... jangan bu–bunuh aku!" melasnya dengan suara terputus-putus. Ia memegangi perutnya yang terasa amat sakit akibat tendangan yang diluncurkan padanya. Apalagi pelaku memakai sepatu boot, rasanya sangat sakit sekali.

"Cuih. Kau pikir aku akan melepaskanmu?" hardiknya.

Pelaku kembali menunduk, menarik kerah baju si gadis untuk duduk. Kemudian ia angkat lagi tangannya dan....

PLAAK PLAAK.

Dua tamparan mendarat dengan mulus di pipi si gadis. Sudut bibirnya robek dan kembali mengeluarkan darah, tapi pelaku nampaknya masih belum puas.

Pelaku kembali berdiri lalu mengambil seutas tali yang tadi ia persiapkan. Kemudian ia melilitkan tali itu ke leher korbannya dengan sekuat tenaga.

Gadis bermata hitam itu meronta-ronta meraih apa saja untuk ia jadikan pertahanan, namun usahanya sia-sia. Tali itu sangat tajam hingga dapat membelah kulit lehernya. Lalu pelaku mendorong tubuh korban ke depan dan melepaskan jeratannya.

Darah segar mengalir membasahi pakaian gadis itu yang sudah terkapar bersimbah darah. Matanya melotot, mulutnya menganga, tubuhnya menggelepar meregang nyawa.

=== Bersambung ===


Palembang, 15 Sept 2017

Repost, 07 Nov 2018

The KillersWhere stories live. Discover now