" kalian tahu maksudnya? "

Via menggelengkan kepalanya. Ia juga pasrah. Mana mungkin ia bisa memecahkan soal itu. Mengerjakan pr atau ulangan saja dia hampir gila. Ify memejamkan matanya, berusaha mencari informasi yang dibutuhkan.

Hening.....

Sunyi.....

Ify merasakan kepalanya berputar. Pening sekali. Ia membuka matanya dan merasa asing dengan tempat dimana ia sekarang berada. Ini bukan tempatnya tadi. Dimana kedua saudaranya??? Kenapa ia sendirian disini???

Ia mencoba melangkah menuju ke arah utara. Dimana dari arah tersebut ia melihat sekelebat bayangan bergerak dengan cepat. Perasaanya ketar-ketir. Ia sendirian disini dan mungkin saja akan ada hal buruk yang bisa saja menimpanya.

" Ada orang disini? " teriak ify sekeras mungkin. Berharap semoga ada orang yang mendengar teriakannya. Namun sayang, sepertinya tempat itu benar-benar sepi tanpa makhluk satupun.

Ify sempat frustasi. Aku harus kemana , tangisnya dalam hati.

" hai "

Ify tersentak dan segera mendongak. Seorang perempuan berbaju ala kerajaan menatapnya dengan senyuman tipis.

Perempuan ity masih memandanginya. Sejujurnya ify merasa risih apalagi perempuan itu tak mengajaknya bicara tapi hanya terus melihatnya.

" siapa kamu ? "

Perempuan itu lagi lagi tersenyum. Namun kali ini senyumannya terlihat menyeramkan.

" Agni ada di tangan dea " jawabnya pelan, nyaris tak terdengar.

" apa ? "

Perempuan itu kembali terdiam dan langsung meninggalkan ify. Ia berjalan mundur perlahan-lahan lalu menghilang ditelan kabut putih tebal yg tiba-tiba menyelubunginya.

Tolongggg.....

Tolong....

Ify kembali berteriak sambil menangis kali ini. Ia benar - benar tak tahu harus bagimana sekarang.

Tiba-tiba ada kabut putih dan tebal menyelubunginya. Sama seperti perempuan tadi. Ia menghilang dibalik gumpalan kabut itu.

-----

" Fy, bangun. Ify bangun ! "

Gadis itu terbangun dari pingsanya. Via dan shilla kompak menghela nafas lega.

" syukurlah lo sadar. Gue takit lo nggak bangun-bangun, Fy " shilla melihat ify dengan tatapan cemas. Ify tersenyum dan berdeham.

" Gue pingsannya lama ? "

Via menerawang lalu kembali menatap ify. " Sekitar satu jam lo pingsan "

Ify mengangguk paham. Ia menghela nafas. Lalu menceritakan apa yang didapatinya tadi pada kedua saudaranya.

Via dan shilla mendengarkan dengan seksama. Sekalipun mendengar cerita, namun menurutnya hal itu sungguh mengerikan.

" kita harus gimana ? "

Shilla mengedikkan bahunya pasrah. Begitupula dengan via. Tapi tak lama kemudian shilla tersenyum gembira. Dia baru saja menemukan solusi dari permasalahannya itu. Bisa dibilang solusinya sedang - sedang saja. Tidak terlalu berat juga tidak terlalu ringan.

" Kita emang gak bisa secara langsung mendekati dea. Tapi kita bisa mendekati cakka terlebih dahulu "

Via mengernyitkan keningnya. Kenapa harus cakka?

Shilla menegakkan duduknya sambil memijit pelipisnya yang sedikit pusing. " Kalian lupa kalau cakka itu sepupu dea ? "

" maksudnya ? "

Rupanya via masih tak mengerti. Ify sejurus tersenyum dengan ide shilla. " kayaknya saudara gue yang satu ini tambah pinter, yah"
Shilla menepuk dadanya bangga. " ya dong, shilla gitu "

Via mendesah pelan. Ya, ya, ya. Mungkin takdirnya hanya mengikuti mereka. Berasa tua tapi nggak dianggap. Konyol memang.

" nanti lo tahu sendiri, vi " ucap ify seolah mengetahui apa yang dipikirkan oleh via. Via hanya mengangguk pasrah lalu bersandar pada rak buku.

Jam istirahat tinggal lima menit. Dan sekarang perutnya tak bisa diajak berkompromi. Rupanya cacing - cacing di perutnya semakin bertambah ganas tiap harinya.

" kenapa, vi " tanya ify yang melihat wajah via sedikit pucat.

Via menoleh lalu menggeleng pelan. Biar dia saja yang tau kalau dirinya lapar. Ia tidak mau jika harus merepotkan kedua saudaranya yang sedang berpikir keras untuk menyelamatkan nyawa agni.

Mereka memutuskan keluar dari perpustakaan. Dari arah kantin ify melihat pemuda bermata sipit berjalan ke arah mereka. Dia alvin. Ify mengenalnya saat mereka tak sengaja bertemu.

" Hai, fy. " sapa pemuda itu. Ify mengangguk lantas menerima roti yang disodorkan oleh alvin.

" thanks, ya " ify tersenyum dan alvin mengangguk. Pemuda itu lantas pergi menuju kelas meninggalkan mereka.

Via dan shilla menatapnya penuh selidik. Ify tertawa kecil lalu menyodorkan masing2 roti kepada mereka.

" makan tuh, makan. Biar pada sehat lo semua "

Via menoyor kepala ify sambil berdecak kesal.

" Lo kira kita anak kecil apa? " sahut via kesal. " Tanpa lo minta gue juga bakal makan. Bodo amat dah, yg penting gue kenyang "

Dari balik pohon akasia yang tumbuh di ujung kelas tak jauh dari perpustakaan, dua orang pemuda menatao mereka dengan sejuta rasa penasaran. 

" lo yakin kalau cewek di mimpi lo itu dia ? "

Pemuda yg ditanya menghela nafas. Sorot matanya memancarkan keyakinan. " gue yakin  tuh cewek ada di mimpi " jawabnya tegas. " kalau lo ? "

" entahlah, gue sedikit bingung "

Pemuda berwajah manis itu tersenyum dan menepuk pundak temannya pelan. Berusaha saling percaya. Mungkin lewat mimpi itulah kebahagiaan mereka akan bermula.

-----

Yeyeye, akhirnya gue update juga. Gue sempet bingung udah berapa lama nggak lanjutin ini cerita. Kemarin pengen sih, tapi gue sibuk uas. Dan terkadang pengen nulis, tapi malas ngetik.
So enjoy ajah ya. Sorry atas keterlambatannya..

21122017

Aya,

1226





Princess Love Story-Rify (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang