Satu

146K 9.9K 118
                                    

Rintik hujan yang turun membasahi bumi pada pagi hari itu tidak memupuskan kegiatan berbagai macam orang yang lalu lalang di sekitaran jalan menuju pusat perkantoran sepanjang jalan Sudirman, yang menjadi salah satu jalanan tempat pusat segitiga bisnis perkantoran di Jakarta, selain Thamrin, Gatot Subroto, Rasuna Said dan Mas Mansyur. Bahkan di beberapa halte bus, segerombolan orang tetap bertahan, sambil menunggu kedatangan bus atau angkot yang akan mengantar mereka ke tempat kerja masing-masing.

Di antara gedung-gedung bertingkat tinggi yang berjejalan di sepanjang jalan utama itu, sebuah toko bunga dua lantai bernuansa modern berdiri dengan percaya diri tanpa malu dengan keperkasaan lawan-lawannya yang seolah menantang bumi, merengkuh langit dengan segala kedigdayaannya. Toko bunga tersebut bahkan menjadi oase, karena ia tidak hanya menyediakan bunga sebagai produk utama, tapi juga beragam turunannya mulai dari sabun, pengharum, aroma terapi bahkan layanan ucapan rangkaian bunga mulai untuk perayaan sampai kematian bisa di pesan di toko itu.

Toko bunga Rose, itulah yang tertera pada papan nama yang tertulis di depan kaca toko, hingga bisa dilihat oleh siapa saja. Pemiliknya, Rosalie Santoso sedang memasukkan beberapa bunga segar yang berharga mahal kedalam pendingin khusus untuk koleksi bunganya, agar kesegaran mereka tetap terjaga, saat sebuah lonceng penanda seseorang memasuki tokonya berdenting, menyebabkan ia berhenti sejenak dari kegiatannya, lalu menemui sang tamu.

 Pemiliknya, Rosalie Santoso sedang memasukkan beberapa bunga segar yang berharga mahal kedalam pendingin khusus untuk koleksi bunganya, agar kesegaran mereka tetap terjaga, saat sebuah lonceng penanda seseorang memasuki tokonya berdenting, menyeb...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ren? Kukira kamu nggak datang. Hari hujan, lho? Kamu masih mau kesana?" Katanya pada satu sosok wanita bertubuh semampai, berwajah sedikit kaukasian dengan rambut gelap dan beriris sedikit cokelat. Bibirnya yang tipis menyunggingkan sedikit senyum, yang tidak selalu ia perlihatkan kepada semua orang, kecuali sahabatnya. Rosalie beruntung menjadi orang yang bisa mendapatkan senyuman itu.

"Iya." Jawabnya pendek. Rosalie memutuskan tidak menjawab. Ia langsung menuju ke deretan bunga segar, yang memang sudah ia persiapkan sebelumnya untuk Irena. Setiap pagi gadis itu akan selalu mampir ke tokonya, memesan tiga jenis bunga yang berbeda, lily, mawar putih dan aster, tanpa peduli hari libur ataupun sedang hujan seperti saat ini.

"Sudah lima tahun orang tuamu meninggal, dan kamu masih rajin kesana. Andai aku mereka, aku akan senang karena dikunjungi setiap hari olehmu." Kata Rosalie ketika ia kembali ke konter dan menyerahkan pesanan Irena, gadis itu hanya mengangguk, tidak lagi menyunggingkan senyum seperti sebelumnya.

"Ren, manusia berubah. Kamu tidak perlu menangisi mereka. Lanjutkan hidupmu, jalani dengan baik, jangan seperti ini."

"I did, once. Tidak berjalan baik. Setidaknya mereka alasan aku tetap waras hingga sekarang."

Rose menghela napasnya.

"Kamu berhak bahagia, Ren."

"I am. Thanks Rose,  I gotta go."

Selalu begitu, pikir Rose pilu sambil menatap punggung sahabatnya yang mulai menjauh, keluar dari toko lalu masuk ke dalam mercy nya yang berwarna gelap.

DIGNITY (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang