part 10 : Kesakitan Jogya

3.5K 183 4
                                    

Wanita memakai gamis coklat dengan khimar senada tengah duduk disalah satu kursi tunggu, Senyum khas lesung pipinya itu menyambut manis kedatangan kami.

"Hey.. kangen banget" Ira seraya memeluk erat sahabatnya.

Keduanya saling berpelukan melepas rasa rindu, mereka sudah seperti kaka beradik.

"Kalian menginap dimana?
Ira biar menginap dirumah ku saja" ucap Aisyah karena rumah Hafiz yang jauh dari bandara memerlukan waktu 3-4 jam untuk sampai dirumah Hafiz, Ira sedari tadi juga pusing, badannya sedikit panas.

"Aku akan menginap dirumah Haliq yang tak jauh dari bandara"

Mobil sedan hitam sudah menunggu.. Mobil yang akan menjemput Haliq dan Hafiz sedangkan Ira dan Aisyah naik taksi.

"Siap-siap besok ya calon istri" Hafiz dengan tertawa kecil seraya membuka pintu taksi.

"Idih emang besok kita mau perang ngelawan para cebong ya jadi harus siap-siap?" ucap Ira tergigih geli.

Hampir satu jam akhirnya kami sampai di sebuah rumah yang sangat besar, salah seorang satpam membukakan pintu.

"Terima kasih kang Ujang" ucap Aisyah tersenyum ramah.

"Sama-sama non"

Pekarangannya sangat luas hampir sama besarnya dengan rumah Ira.

Mereka masuk kedalam rumah, rumah terlihat nampak sepi mungkin orang-orang sudah tidur, hanya ada seorang asisten rumah tangga yang membantu membawakan koper Ira.

"Kamu tau gak Ra, Hafiz itu anak lelaki satu-satunya, ayahnya seorang Dosen di universitas Gajah mada dan ibunya seorang dokter dan keluarganya juga memiliki klinik terbesar di jogya"

"Oh gitu ya Syah, dulu waktu Hafiz di Banjarmasin aku gak pernah ketemu keluarganya, aku hanya berteman baik dengan Hafiz, mungkin karena orang tuanya dulu super sibuk jadi aku gak pernah ketemu"

'Ternyata aku tidak tau apa-apa tentang keluarga calon suami ku, pantas kah aku bersamanya Ya Rabb?' Batin Ira..

☆☆☆☆☆☆

Suara azan membangunkan ku.  udara yang dingin terasa mengigit tulang-tulang, segera ku penuhi panggilan Rabb ku.

"Ra ayo turun sarapan dulu.!"

"Iya Syah, aku segera turun"

Terlihat wanita paruh baya menatap tajam ke arah Ira, sungguh Ira merasa tidak enak hati dengan keluarga Aisyah

"Ayo duduk disini dek" ucap seorang wanita yang tengah sibuk mengurus anaknya.

"Iya mba, makasih"

"Panggil saja mba Dira, aku kaka Aisyah" sambil tersenyum manis ia nampak sangat ramah.

Ibu Aisyah tidak bicara apa-apa hanya menatap tajam ke arah Ira.

"Non.. Mas Hafiz sudah menunggu diluar" ucap kang ujang satpam dirumah Aisyah.

Kami berpamitan dan bergegas keluar..

"Maaf ya Ra, ibu memang seperti itu, tolong maklumi aja ya Ra"

"Iya santai aja kali Syah, wajar aja kok kan ibu kamu baru ketemu aku"

Terlihat Hafiz dengan wajah lesu seperti tidak tidur semalaman.
Hafiz menatap ke arah Haliq, Haliq malah menepuk punggung Hafiz seakan Haliq mengerti maksud Hafiz.

Perjalanan panjang kami tempuh hingga akhirnya mobil yang kami tumpangi berhenti di sebuah rumah yang tak kalah besar dengan rumah Aisyah.

Terlihat wanita dan lelaki paruh baya duduk di ruang tamu seakan menunggu kedatangan kami

"Assalamu'alaikum" ucap Hafiz seraya mencium tangan umi dan abinya.

"Wa'alaikumsallam" ucap abi Hafiz.

Umi Hafiz hanya diam, Ira mencium punggung tangan abi, namun umi Hafiz menolak ketika Ira ingin mencium punggung tangan beliau, tepisan dan tatapan kebencian yang di berikan umi.

"Nak Aisyah bawa teman mu ke atas ya.. kasian pasti dia cape" ucap Abi Hafiz lirih

"Iya Abi.. Ayo Ra kita ke atas"

Ira mengiringi langkah Aisyah dengan tertatih-tatih kepalanya terasa semakin sakit.

☆☆☆☆☆

Azan berkumandang, Ira bangun dari tempat tidur, turun kebawah mengambil air wudhu, terdengar suara perdebatan Hafiz dan Uminya, langkah Ira terhenti mencoba mendengarkan apa yang sedang mereka bicarakan.

"Umi malu Fiz, Malu sama keluarga nak Aisyah.
Umi sudah mengkhitbah Aisyah untuk kamu tapi liat kelakuan mu, tiba-tiba kamu pulang membawa calon istri tanpa memberitahu umi terlebih dahulu, mau ditaruh dimana muka umi fiz?"

'Pantas saja waktu di cafe dulu Aisyah jadi aneh tiba-tiba mau pulang ke Jogya' batin Hafiz mencoba mengingat kejadian itu

"Hafiz minta maaf umi, Hafiz benar-benar tidak tau kalau umi sudah mengkhitbah Aisyah, Jika saja Hafiz tau tidak mungkin Hafiz mengkhitbah Ira.
Ini sudah takdir dari Allah, Hafiz mohon mi terima Ira sebagai calon istri Hafiz"

"Terserah kamu saja Fiz, umi kecewa sama kamu"

Degg dada Ira langsung nyeri, sesak medengar kebenaran yang tidak pernah ingin ia dengar,

'aku telah menyakiti kak Aisyah, Aisyah merelakan Hafiz untuk ku, teman macam apa aku ini' batin Ira, tetesan bening terus keluar dari mata Ira.

Hanya sujud panjang yang mampu menenangkan Ira, ku titipkan namanya disetiap do.a ku.

Sekarang Ira benar-benar berada diposisi yang sangat sulit.
Apa Ira harus maju dan menyakiti Aisyah atau mundur dan merelakan cintanya untuk yang kedua kali, dan rasa sakit bersama Ali dulu akan terulang lagi.
T

unggu aja di part selanjutnya yaa 😊

Maaf update agak lama, ana lagi sibuk kerja sama kuliah.
Bagi teman-teman yang mau curhat bisa hub aku di MS,
Fb : herlina wati
Follow ig ku juga ya : @herlinawati

Salam ukhuwah islamiyah 😊

MENCINTAI DALAM DO'AWhere stories live. Discover now