Bab 31

53.5K 2.1K 30
                                    

Tengku Rasyid melihat Aisya yang sedang duduk melamun seorang diri diluar rumah. Bunyi bising para tamu yang hadir diacara 7 bulanan Aisya seperti tidak menganggu lamunan istrinya. Entah apa yang menganggu hati istrinya sekarang, Rasyid tidak tahu. Timbul niat hatinya untuk mengusik istri kesayangannya itu. Dengan perlahan kakinya melangkah mendekati istrinya. Ketika sampai, dengan cepat Rasyid memeluk istrinya dari belakang. "Mas! Ih buat orang terkejut saja." Aisya bersuara sedikit keras. Rasyid hanya tertawa kecil. Dia mencium pipi Aisya sebelum melepaskan pelukannya. Dan beranjak untuk duduk disamping Aisya.

"Kenapa duduk sendirian disini? Didalam sedang ramai! Aisya tidak ingin makan?." Tanya Rasyid lembut. Aisya membalas senyuman suaminya tak kalah manis. "Aisya belum lapar. Mas sudah makan?" "Belum. Kita makan sama-sama ya?" Rasyid meminta. Aisya mengangguk menyetujui. "Anak laki-laki kita hari ini rewel tidak?" Tanya Rasyid sambil mengelus lembut perut Aisya yang sudah membuncit. Pertanyaan itu  membuat Aisya memandang Rsyid dengan dahi berkerut. "Dari mana mas tahu kalau anak kita ini, laki-laki?" Aisya bertanya. Rasyid tersenyum pongah. "Felling aja," ringkas jawaban Rasyid. "Kok gitu sich? Kalau yang lahir perempuan ya perempuan. Kalau yang lahir mau laki-laki...laki-lakilah," kata Aisya santai. Aisya ingin tertawa ketika mendengar jawaban Rasyid tadi. "Kalau Aisya melahirkan kembar, laki-laki sama perempuan sekaligus, mas pasti tambah senang." Rasyid bergumam dengan penuh harap. Aisya yang mendengar gumaman suaminya hanya tersenyum kecil. Dalam hati meng-Amini harapan suaminya.

"Tapi yang penting entah yang lahir itu laki-laki atau perempuan yang penting sehat, tak kekurangan satupun. Dan istri mas pun juga sehat sampai melahirkan nanti." Rasyid tersenyum kecil meluahkan doa dan harapannya pada istrinya. Kembali suami istri itu berpelukan mesra. Rasyid merasakan kebahagian tak terkira. Tidak ada lagi rasa kesepian yang mengelayuti hatinya. Keberadaan Aisya sudah mengisi hatinya sekarang apalagi sebentar lagi akan ada tambahan dalam keluarga kecilnya. Rasyid mengucapkan syukur yang tak terkira kepada Tuhan. Setelah badai dalam hidupnya teratasi, sekarang yang dia jalani adalah buah dari kerja keras Rasyid dan kesabaran Aisya. Satu ciuman kecil dia daratkan dipipi istrinya. Aisya terkejut. "Mas ih...tidak malu ya? Ini dirumah sedang ada kenduri. Banyak orang lagi." Aisya menjauhkan kepalanya dari Rasyid. Menahan malu ketika dilihatnya dari jauh Raina sedang memperhatikan mereka berdua.

Rasyid yang tahu kalau Aisya malu hanya tersenyum kecil. Bahagia melihat rona bahagia diwajah istrinya. Selama beberapa bulan ini, semenjak bulan kehamilan istrinya bertambah banyak hal terjadi padanya. Kalau kebanyakan ibu hamil yang mengidam, istrinya itu tidak sama sekali. Yang waktu itu dia pulang dari kantor polisi, bukan istrinya yang minta rujak dari tangannya, tapi Raina yang segaja mengerjainya. Dibulan 3 istrinya hamil  awal penderitaanya dimulai, setiap pagi dia harus bolak-balik kekamar mandi untuk muntah. Morning sickes. Katanya, tapi yang mengalami bukan Aisya tapi dirinya. Dan selama sebulan dia harus tersiksa karena itu. Bahkan selama itu dia akan telat masuk kerja. Setelah acara muntah-muntah dipagi hari selesai. Giliran selera makannya yang berubah. Dari awalnya dia yang tidak suka makanan pinggir jalan. Rasyid yang entah karena apa tiba-tiba bisa berhenti ditepi jalan untuk jajan. Jajan apa saja pokoknya dipinggir jalan dia akan beli dan makan ditempat. Rasyid yang selalu berpakaian necis ala eksekutif pasti menjadi sorotan, apalagi sosoknya yang sudah dikenal sebagai pengusaha. Setiap dia berhenti untuk jajan dipinggir jalan pasti menjadi viral dimedia sosial.

Raina yang tahu berita itu langsung tertawa terpingkal-pingkal dan langsung berkata pada Aisya. "Anakmu ini pasti mengikuti selera kamu. Ayahnya yang anti makanan pinggir jalan saja bisa begitu. Anak kalian hebat sekali." Aisya yang mendengarnya pun ikut tertawa. Dan seperti biasa Rasyid hanya diam saja, padahal dalam hati dia malu setengah mati. Dan satu lagi yang membuat Rasyid heran, sejak bulan kehamilan Aisya bertambah, ketika Rasyid makan kalau dia makan harus satu piring dengan istrinya baru dia selera makan. Kalau tidak bahkan seharian dia bisa tidak makan kalau tidak begitu. Ah satu lagi sekarang dia juga suka dengan melihat drama yang menye-menye, kata Rasyid dulu ketika melihat istrinya nonton drama sambil menangis. Bahkan dia bisa ikut ingin menangis kalau akhir dramanya sedih, yang paling membuat dia heran lagi, Rasyid bahkan menyediakan 1 jam kosong dijadwal kantornya hanya untuk melihat kelanjutan drama dilaptop kantornya. Dan yang dibuat repot dengan tingkah laku Rasyid lagi-lagi adalah asistennya Raka. Karena harus mengatur jadwal kerja Rasyid yang terganggu hanya karena Rasyid ingin melihat drama menye-menye.

ISTRI BERASA SIMPANANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang