Bab 19

46.8K 2.3K 32
                                    

Mereka berdua berjalan bersisian memasuki pusat perbelanjaan. Diantara mereka berdua,Rainalah yang terlihat ceria. Selalu tersenyum. Seperti tidak ada duka. Aisya lebih banyak diam. Mencoba menyembunyikan lukanya. Dia keluarpun karena ajakan Raina,siapa menjadi pemandu wisata dan sopir lagi. Dengan berat hati Aisya menurut. Hitung-hitung mengalihkan pikirannya sebentar dari masalah dirinya dengan Rasyid.

"Bagimana,kamu suka?". "Hah?". Aisya terkejut. Apa yang dia suka? Dia tidak mendengar sepatah katapun dari Raina sejak tadi. Raina melirik ganas Aisya. "Kurang ajar kamu ini! Jadi dari tadi aku bicara sendiri....kamu tidak dengar apa yang aku bicarakan tadi? Aish!". Aisya tertawa. Alah hendak marah pulak. Biarlah dia merajuk. Tidak ada niat buat Aisya untuk membujuk. Raina jadi salah tingkah ketika Aisya pura-pura tidak tahu kalau dia merajuk. "Aisya, kamu ini isyyy...dongkolnya aku". Dicubitnya lengan Aisya sedikit kuat. Biar tahu rasa. "Aku bilang,kita pergi main bolling dulu,setelah itu baru kita makan,bisa?". Aisya mengaduh. Sakit tangannya. Digosok-gosoknya perlahan. "Tapi aku tidak bisa main boling. Kamu saja sendiri yang main. Aku duduk diam melihat kamu main. Bolehkan? Lagipula aku pakai gamis ini. Isyyy...repotlah!". Raina mengeluh. "Baiklah kita jalan-jalan saja. Lain kali pakailah pakai celana panjang". Selanya. "Aku tidak biasa pakai celana". "Tak biasa,cobalah dulu. Toh banyak celana yang bisa dipakai meski kamu pakai hijab. sudah banyak kali model baju buat yang berhijab meski pakai celana masih tetap syar'i". Raina mencoba memberi pengertian pada Aisya.

Aisya hanya mengangguk paham maksud sahabatnya. Aisya bukanya tidak mau memakai celana,tapi keadaan yang tidak memungkinkan ia untuk memakai celana lagi.Aisya tahu Raina mencoba menghiburnya dengan mengalihkan pikirannya pada hal lain selain Rasyid. Raina tahu Aisya mencoba bersikap ceria tapi Raina memperhatikan sikap Aisya dari tadi. Sebentar ceria,sebentar lagi melamun. Emosinya silih berganti. Andai Raina tahu kalau emosi Aisya yang silih berganti karena hormon kehamilan pasti temannya itu akan menjerit bahagia,tidak mengomel padanya.

Ya Aisya hamil. 2bulan usia kehamilannya. Aisya baru mengetahuinya 3 hari lalu. Aisya bingung antara bahagia dan sedih karena tidak tahu harus bagaimana. Ingin memberi kabar kepada Rasyid,Aisya takut menganggu dan tidak tahu apakah Rasyid akan bahagia tentang kabar kehamilannya apalagi Aisya masih tidak tahu status dia apakah nanti menjadi istri sebenar atau hanya sekedar simpanan kalau Rasyid jadi menikah dengan Sofia. Itu sebabnya dia mematikan hpnya. Dia takut keceplosan ketika dia berbicara pada Rasyid. Untuk sekarang dia hanya mencoba menerima apa yang terjadi padanya dan mencari cara bagaimana memberitahu kabar kehamilannya pada Rasyid.

Mungkin kelihatannya Aisya bahagia dan gembira. Namun Raina yakin temannya tidak sedang bahagia apalagi Raina tahu masalah apa yang ditimpa oleh Aisya dengan suaminya. Raina yang tidak tahu masalah sebenarnya terjadi mencoba sekali lagi mempengaruhi temannya untuk meninggalkan Rasyid. "Sya,kamu tahukan Rasyid sudah mempunyai perempuan lain,bahkan sekarang sudah bertunangan,dan lagi siapa tahu Rasyid menyuruhmu pergi yang katanya untuk berlibur,sebenarnya Rasyid tengah mempersiapkan pernikahannya dengan model itu! Apa kamu rela dimadu?!". Raina yang melihat temannya tercenung mendengar dia bicara sebenarnya tidak tega,tapi dia lebih tidak tega melihat temannya itu terus dipermainkan oleh suaminya. Raina menganggap Rasyid adalah seorang lelaki pengecut,berani berbuat tidak berani bertanggung jawab. Menikahi seorang gadis tapi disembunyikan dari orang banyak. Itu yang ada dipikiran Raina tanpa tahu cerita yang sebenarnya,karena Aisya tidak mau aib rumah tangganya diketahui meski itu sahabatnya sekalipun.

Aisya tersenyum kecil mendapatkan pertanyaan Raina. "Tidak ada wanita manapun yang mau dimadu ,Rain. Kecuali para istri nabi. Tapi mau bagaimana lagi aku sudah berjanji untuk setia kepada mas Rasyid bagaimanapun keadaannya. Tidak mengapa aku dimadu. Setidaknya dari awal mas Rasyid sudah bilang dari awal kalau mas Rasyid bukan hak aku,jadi aku hanya bisa pasrah dan ikhlas menjalaninya". Aisya berujar lirih tersenyum meski matanya berkaca-kaca menahan tangis. Sedangkan Raina tidak bisa berkata apa-apa ketika mendengar meski lirih suara Aisya terkadung tekad bahwa temannya itu mampu menjalani semua cobaan yang dia terima. Sebagai sahabat Raina hanya bisa mendukung dan akan merangkul bila temannya nanti jatuh.

ISTRI BERASA SIMPANANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang