Mine

4.2K 341 68
                                    


God duduk dikursi restoran dengan gelisah, sudah 10 menit ia menunggu kedatangan kekasih imutnya. Sebenarnya ia ingin menjemput Bass langsung di fakultas MIPA, namun Bass melarangnya. Langsung bertemu di restoran biasanya saja katanya. Restoran ini memang berada dipertengahan antara fakultas kedokeran dan fakultas MIPA. God sudah memesan makanan dan minuman kesukaan Bass, tapi bocah imut itu belum datang juga bahkan panggilan dan pesan God tidak dibalas, membuat pria tampan itu berpikiran negatif.

Bass kau dimana? Apa dia diculik saat dalam perjalanan?? Atau dia diganggu oleh pria-pria genit diluar sana?! Sial! Sial! Sial! Tau begini aku harusnya menjemputnya saja!

God sudah hampir berdiri untuk segera menjemput Bass, namun suara dentingan pintu restoran mengalihkan perhatiannya. Bernafas lega saat menemukan senyuman kekasih manisnya, hah Bass untunglah kau datang tepat waktu, sebelum si tampan ini kehilangan kesabarannya.

"Phi, sudah lama ya?" tanya Bass setelah duduk dihadapan God, merasa bersalah harus membuat God menunggu.

God tentu saja menggeleng, 10 menit sebenarnya bukan waktu yang lama namun karena yang ditunggu adalah sosok yang membuatnya tergila-gila seperti ini tentu 10 menit bagaikan 10 jam. Well, kau akan tau kalau kau benar-benar sudah jatuh cinta.

"Tidak sayang, Phi juga baru sampai. Tapi kenapa Bass telat?" tanya God penasaran. Mengambil tisu dan membersihkan keringat didahi Bass. Sepertinya Bass terburu-buru datang kerestoran, hingga membuatnya berkeringat seperti ini.

Bass tersenyum melihat perhatian pacar tampannya ini, diperlakukan lembut adalah hal yang Bass sukai. "Tadi ada pemilihan Moon fakultas Phi" jawab Bass.

"Oh sudah mulai dipilih ya?" God tidak tau mengenai hal ini, seharusnya dia tau karena dia adalah Moon Universitas tahun lalu. Yah mungkin dia juga yang tidak terlalu perduli, karena setiap ada waktu luang sebisa mungkin ia habiskan bersama Bass, tidak memikiran masalah lain. Hanya kuliah dan Bass.

Bass mengangguk semangat membuat rambut tebalnya bergoyang-goyang lucu. God menggigit bibir bawahnya, Ya Tuhan bantu hambamu menahan godaan malaikat imut dihadapanku ini.

"Phi tau tidak?!" tanya Bass, nadanya terlalu gembira membuat God menaikkan kedua alisnya. Ketika God ingin bertanya, pelayan datang untuk mengantar pesanannya. Untuk sesaat pelayanan itu terdiam, God melihat pelayan yang ternyata pria itu tangah menatap kagum pada Bass. Bibir atas God berkedut kesal, menahan amarahnya agar tidak meldak.

"EHEM!" tentu saja itu suara God, sengaja. Pelayan pria itu seakan tersadar dari lamunannya, segera menghidangkan makanan. Namun pergerakannya lambat, God tau itu dilakukan agar bisa lebih lama menatap kekasihnya lebih lama. "Tolong dipercepat. Kami lapar" suara berat God membuat si pelayan menoleh kaget, seakan-akan sedari tadi tidak menyadari eksistensi God. Aura gelap God membuat pelayan itu menelan ludah kasar.

"Ba-baik Tuan" ujarnya takut, meletakkan makanan dan minuman dengan cepat lalu menunduk sopan meninggalkan God dan Bass.

Sementara Bass hanya menatap God bingung "Phi benar-benar sudah lapar? Kenapa sampai memarahi pelayannya?"

God menatap Bass, mengganti tatapan tajamnya dengan tatapan lembut "Ya, Phi sudah lapar" lihatkan, Bass itu memang tidak pernah peka dengan orang-orang yang memandangnya nafsu. God sudah memblacklist restoran ini dari daftar restoran yang akan dia kunjungi bersama Bass.

"Kalau begitu kita langsung makan saja Phi, Bass juga lapar hehehe" jawab Bass menampilkan gigi putih rapinya, mereka makan dengan tenang.

"Oh Bass, apa yang mau Bass sampaikan. Apa yang tidak Phi tau?" tanya God setelah ingat percakapan mereka yang terpotong karena si pelayan brengsek tadi.

My Innocent BassWhere stories live. Discover now