Chapter 4

1.8K 119 37
                                    

"Ba-baby...?" Lirih Jisoo terbangun dari pingsannya.

Seungcheol kaget, ia berdiri tegak dan membelai surai halus Jisoo. "Soo, syukurlah kau sudah sadar. Akan kupanggilkan Dokter."

Saat hendak melangkah tangan Seungcheol dicekal oleh Jisoo. "Apa yang kaumaksud dengan Baby?" Tanya Jisoo datar.

Seungcheol berbalik menatap mata Jisoo dalam, terlihat rasa penasaran di dalam sepasang manik mata caramel Jisoo. "Kau... sedang mengandung Uri Baby, Soo." Jawab Seungcheol sambil tersenyum bahagia.

Tentu saja perkataan Seungcheol membuat Jisoo merasakan kesedihan. Ia mengandung anak dari orang yang di bencinya. Lagi.

Jisoo menggeleng kuat, ia benar-benar tidak menginginkan bayi yang sedang di kandungnya ini. Tapi ia juga tidak mau menggugurkan anaknya untuk yang kedua kalinya. Cukup sudah Jisoo di lingkupi rasa penyesalan setelah kejadian 3 tahun lalu sampai sekarang atau bahkan selamanya.

Terlarut dalam pikirannya hingga tak sadar tangan pemuda manis itu mengusap perut datarnya lembut, memejamkan mata yang mengeluarkan cairan bening di kedua sudutnya. Mata Jisoo terbelalak kala ia mengingat sesuatu. Mingyu-nya. Kekasihnya itu sedang sekarat. Ia bangkit tapi ditahan oleh Seungcheol,

"Soo, kau masih belum boleh banyak bergerak. Biar aku yang melihat keadaan Mingyu."

"Seungcheol-ssi. Siapa kau melarang ku?"

Degh! Jantung Seungcheol terasa berhenti beberapa detik setelah mendengar pertanyaan menyakitkan dari Jisoo. Segitu buruknya kah Seungcheol? Hingga tak di akui sebagai suaminya Jisoo.

Jisoo turun dari ranjang rumah sakit dan berjalan melewati Seungcheol yang terdiam membeku. Saat sampai di depan ruang ICU, Jisoo menatap kekasihnya yang dipenuhi alat-alat yang ia tak tahu apa saja namanya. Jisoo memejamkan matanya lalu menyandarkan dahinya ke kaca pembatas dihadapannya, ia harus yakin bahwa Mingyu-nya lelaki yang kuat. Mingyu-nya tak akan mengingkari janji yang akan menjaganya sampai kapanpun. Jisoo mengangkat wajahnya lalu tersenyum mengingat janji-janji Mingyu yang selalu di percayainya.

"Permisi." Sapa seseorang yang berhasil membuyarkan lamunan Jisoo. Jisoo menolehkan kepalanya lalu mendapati seorang Dokter yang menangani Mingyu.

"Ah! Euisa-nim, bagaimana keadaan Mingyu?" Tanya Jisoo dengan cepat.

"Ada baiknya saya jelaskan di ruangan saya."

Sampainya diruang Dokter yang diketahui bernama Wen Junhui itu, Jisoo mendudukan dirinya di kursi yang berhadapan dengan Wen Euisa. "Jadi begini, pasien berhasil melewati masa kritis nya," Jisoo menghela nafas lega mendengarnya, "Namun, pasien mengalami kelumpuhan pada sebelah tangannya dan kedua kakinya karena benturan yang cukup keras." Lanjut sang Dokter. Nafas Jisoo tercekat, ia tak menyangka akan jadi seperti ini. Wen Euisa yang melihat perubahan raut wajah Jisoo segera melanjutkan penjelasannya. "Tenang saja, kelumpuhan itu hanya sementara."

"Berapa lama ia akan mengalami kelumpuhan itu, Euisa?"

"Sekitar 2 sampai 3 tahun."

"Kenapa sangat lama? Apa ada cara untuk mempercepat kelumpuhan itu, Euisa?"

Wen Euisa menghela napas pelan. Rasanya ia tidak tega ingin mengatakan informasi selanjutnya. Wen Euisa tersenyum lalu menganggukan kepalanya "Terapi bisa mempercepat kesembuhannya." Jelas nya.

Jisoo menganggukan kepalanya tanda mengerti "Begitu.. baiklah. Terimakasih banyak Euisa-nim." Jisoo bangkit lalu membungkukkan badannya dan keluar dari ruangan Dokter menuju ruangan kekasihnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Marriage [CheolSoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang