"Ohh. Kapan Ka Vani kembali dari Chicago?" Tanya Zee.

"Aku baru kembali dari tadi sore dan langsung datang kesini. Aku tidak ingin membiarkan suamiku sendiri, apa lagi ditempat ini banyak daun-daun muda yang mungkin saja akan menggodanya." Canda Vani

Zee dan Mark tertawa kecil mendengarnya.

Sedangkan Verdi tidak peduli mendengarnya.

"Sepertinya kami harus pergi, kami harus memberikan sambutan malam ini dan banyak yang harus kutemui." Vani tersenyum menyesal.

Zee mengangguk mengerti.

"Mereka pasangan yang serasi," Ujar Mark setelah kepergian Vani dan Verdi. "Apa hubunganmu dengan keluarga Rameroz?" Ucap Mark yang sejak tadi ingin bertanya.

"Aku tinggal dirumah mereka."

"Tante yang pernah kau ceritakan waktu itu?"

Zee menggangguk mengiyakan. Mark sepertinya belum mengerti, mengingat umur Vani dan Verdi yang masih muda dan sudah Zee panggil tante.

"Hubungan keluarga yang rumit." Ucap Zee dengan tersenyum mengerti keheranan Mark.

Mark hanya mengangguk.

Saat ini Verdi didampingi Vani sedang memberikan sambutan.

Entah apa yang mereka katakan, Zee tidak fokus mendengarkannya. Dia hanya memandang Verdi mengingat ciuman diantara mereka. Ralat itu hanya kecupan.

Verdi juga tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Zee. Sesungguhnya dia sudah tidak fokus dari tadi.

Dia melihat Mark berbisik ditelinga Zee.

Verdi segera mengakhiri sambutannya dan turun dari panggung disambut tepuk tangan yang meriah oleh para audience.

Zee menuju keluar ballroom, berdiri memandang pinggiran kolam dengan gelas minuman ditangannya. Dia tidak suka berlama-lama dipesta yang resmi seperti ini. Dia lebih suka pesta yang liar, dimana dia bebas bergoyang.

"Kenapa kau disini?" Suara serak itu membuyarkan lamunan Zee.

Dia menyadari sosok yang berdiri disampingnya saat ini.

"Aku bosan didalam. Kau sendiri kenapa disini? Bukankah banyak yang harus kau temui saat ini?"

"Sudah ada Vani yang mewakili ku."

Zee mengangguk mengerti. Situasi diantara mereka masih canggung.

"Bukankah tadi kau bersama si Anderson?"

"Dia menemui teman-temannya." Ucap Zee sekenanya.

"Ckk. Mana ada pria yang meninggalkan kekasihnya sendiri."

Entah kenapa Verdi kesal saat menyebut 'kekasihnya'

"Dia bukan kekasihku. Kami hanya teman." Bantah Zee

Tanpa disadari Verdi tersenyum mendengarnya.

Mereka kembali dalam diam. Dengan pikiran yang terus berkecamuk dipikiran masing-masing.

Melihat penampilan Zee, membuat Verdi ingin menerkamnya saat ini.

Shit. Pekik Verdi dalam hati.

"Aku akan kembali. Kurasa Mark sedang mencariku." Ucap Zee yang segera berbalik pergi.

Tapi Verdi mencekal tangannya dan menarik Zee hingga menubruk dada Verdi.

Tidak ingin gadis itu pergi.

Mata mereka bertemu. Saat ini tangan Verdi memegang pinggang Zee.

Zee mencoba memberontak ingin lepas dari pelukan Verdi. Tapi Verdi mencegahnya.

Keponakanku, Selingkuhanku, Cintaku!Where stories live. Discover now