[Past] 30 - Bloody Sunset

66 6 0
                                    

Lima menit berikutnya, Reide baru saja menemukan Wisha yang sedang berada di kuil Isseiru. "Akhirnya, ketemu juga!" katanya sambil terengah-engah. "Aku mencarimu dari tadi."

"Tidak sopan!" sahut Wisha. "Sudah masuk ke kamar Isseiru tanpa mengetuk... Hhh... Ada apa memangnya?"

"Bisa aku bicara berdua denganmu?" Tanya Reide karena di sana ada Isseiru, Xeo, dan Lucieve.

Wisha tersenyum, "Tentu saja... tidak!"

Lucieve tertawa kecil mendengar jawaban itu. "Ayolah, mungkin saja ada hal serius dan pribadi yang ingin dibicarakan denganmu, Wisha."

"Sebenarnya, ini tidak pribadi sih. Aku hanya malu saja mengutarakannya," jawab Reide pelan. Xeo menatapnya dengan curiga. "Seperti mau menyatakan cinta saja."

Isseiru pun angkat bicara, "Kalau memang bukan hal pribadi, kamu bisa mengatakannya di sini."

"Baiklah," kata Reide akhirnya. Dia mengeluarkan cermin picco yang diberi Chera. "Sebenarnya, benda ini berkilat-kilat sejak 5 menit yang lalu dan aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dengannya."

Wisha menghela napas. "Dasar bodoh! Itu artinya ada yang berusaha menghubungimu. Mudah saja. Letakkan telapak tanganmu ke atasnya lalu usap cerminnya."

"Oh, begitu..."

"Tunggu dulu!" sahut Xeo. "Darimana kamu mendapatkan cermin itu?"

"Dari Chera..." jawaban sederhana itu langsung memancing reaksi keempat malaikat lainnya. Bagaimana mungkin Reide tidak cerita soal itu?

"Kamu tidak pernah bercerita pada kami!" bentak Wisha yang langsung mengusap cermin itu dan melihat pemandangan ruangan museum dengan pesan Chera di sana.

"Chera berusaha memanggilnya," sahut Xeo.

"Kita," ralat Isseiru. "Chera berusaha memanggil kita."

"Bisa jadi ini semua jebakan, Isseiru," kata Lucieve.

"Chera tidak akan menjebak kita!" Reide membela Chera.

"Bukan Chera, bodoh!" tukas Wisha. "Tapi Sylvester. Kita tidak tahu apa yang terjadi beberapa hari ini. Bisa jadi, ini jebakan Sylvester."

"Kalau begitu, kita tidak punya pilihan lain selain masuk ke dalamnya," kata Isseiru.

Akhirnya mereka pun pergi. Xeo melarang Isseiru ikut karena kondisinya belum pulih. Jadi, Reide, Wisha, Lucieve, dan Xeo pergi berempat. Mereka tidak menyangka kalau apa yang telah menanti mereka jauh lebih merah dari matahari senja.

-----

Di sisi lain, Chera berhasil membuat Devoran dan Ghea pergi dari sana. Hanya dengan satu kalimat. "Isseiru ada di taman", ketiganya meninggalkan tempat itu. Semoga saja Reide berhasil mengambil kotak itu dengan aman. Semoga Devoran atau Ghea juga tidak tahu kalau kotak yang saat ini dibawa Chera itu palsu.

Tepat pukul 22.00.

Hati Chera berdebar makin kencang. Apa Reide sudah berhasil mengambil kotak itu, ya? Apa ini sudah saat baginya untuk mati di tangan pion neraka?

"Hei, ini sudah waktunya. Mana Isseiru? Jangan-jangan kamu memang hanya menipu kami!?" seru Devoran seraya keluar dari tempat persembunyiannya. "Kamu bilang di sini ada Isseiru, padahal tidak ada!"

"Dari awal, memang ada yang mencurigakan darinya," tambah Ghea. "Kupikir juga ada yang aneh dengan rencananya. Kupikir dia memang berusaha menipu kita. Mungkin dia sudah memberikan kotak itu pada malaikat yang lain."

"Mana kotak itu?" bentak Devoran.

Chera mengeluarkan kotak dari balik jubahnya. "Kalian memang benar-benar bodoh!" sahut Chera sambil tersenyum licik.

Angel of Death (2011)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang