[Past] 28 - Here I Am

87 4 0
                                    

Hal itu terus berada dalam benak Wisha belakangan ini. Bahkan ketika dia mengajar Reide belajar terbang. Sudah berhari-hari, tapi tetap saja murid dadakannya itu tidak bisa terbang dengan baik. Ya, setidaknya dia sudah bisa melayang selama beberapa detik di udara dengan ketinggian 1 meter dari tanah. Tidak buruk juga.

"Hhh..." Wisha menghela napas untuk yang kesekian kalinya. "Jangan mengepakan sayapmu terus saat kamu sedang diam di atas udara. Itu akan membuatmu cepat lelah."

"Baik."

Perkembangan Reide memang termasuk sangat cepat untuk orang yang tadinya phobia dengan ketinggian. Sebentar lagi, dia pasti akan belajar menggunakan energi malaikat. Kemudian dia bisa turun ke bumi dan membantu menjaga manusia dari makhluk kegelapan, atau sekedar membantu rutinitas malaikat kematian.

-----

"Elementaler?" ulang Reide.

"Ya," jawab Isseiru. Terkadang Isseiru memberi bimbingan khusus pada Reide bila dia sudah mencapai tahap tertentu. "Kekuatan yang tersimpan dalam dirimu adalah kekuatan untuk menggunakan elemen yang ada. Sebutan lainnya, elementaler. Itu kekuatan yang jarang ada lho. Hanya sedikit malaikat yang memilikinya."

"Bagaimana aku mempelajarinya?"

"Untuk awalnya, kupikir kamu bisa belajar menggunakan energi malaikat dulu. Kemudian, kamu baru belajar mengontrol elemen menggunakan energi itu. Belajarlah dengan Wisha."

"Wisha bukan elementaler, 'kan?"

"Bukan. Xeo, Lucieve, maupun aku, tidak satu pun dari kami yang punya kekuatan elementaler. Aku memang bisa minta bantuan kerubim untuk mengajari, tapi aku tidak yakin mereka punya waktu. Sepertinya akan sulit bagimu mempelajari kekuatan itu."

"Apa tidak ada seorang pun malaikat kematian yag punya kekuatan itu?"

"Hanya ada satu orang. Tapi, sangat sulit menemuinya."

"Siapa?"

Isseiru menghela napas pelan, "Chera. Dia satu-satunya malaikat kematian yang punya kekuatan elementaler dan berhasil menguasai elemen kegelapan. Karena itu, dia menjadi lebih kuat di malam hari. Kamu pernah mendengar julukan Chera? Chera, the night angel."

Reide sedikit tidak menyangka. Ternyata Chera sekuat itu toh. Satu-satunya malaikat kematian berkekuatan elementaler yang ada. Yah, sekalipun nanti tidak akan jadi satu-satunya lagi kalau dia juga mempelajarinya. Tapi, di mana Chera?

-----

"Apa yang kamu tahu tentang Chera?" Reide menayakan hal itu pada Wisha. Segala pertanyaan yang sempat terpendam dalam benaknya, kini mencuat lagi. Dia memang ingin menanyakan hal yang sama pada Reide. Rupanya Reide juga menanyakan hal yang sama duluan.

"Tidak banyak," jawab Wisha. "Dia salah satu malaikat kematian terkuat. Biasanya bertugas malam hari dan baru kembali saat subuh, seperti kelelawar saja. Pengguna pedang yang cukup handal dan pengguna kapak yang luar biasa. Sangat senang bergerak sendiri. Karena itu, jarang sekali dia bertugas berkelompok."

Memang tidak jauh beda dengan yang diketahui Reide. "Pengguna kapak? Kupikir kapak hanya digunakan sebagai senjata dalam game."

"Kita juga hidup dalam game. Permainan yang kita mainkan namanya kehidupan."

"Aku tidak pernah melihatnya menggunakan kapak."

"Tentu saja tidak. Yang namanya senjata rahasia itu hanya digunakan saat genting lho," jawab Wisha santai sambil melayang naik ke atas pohon besar dan duduk di salah satu dahannya yang besar juga. "Setiap malaikat dianugerahi dengan sebuah senjata khusus yang diberi kekuatan oleh archangel. Senjata itu biasanya hanya digunakan pada saat penting saja. Atau ada juga yang menyimpannya sebagai hadiah."

Angel of Death (2011)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang