7. Asal Muasal Paha Squad

29.7K 4.3K 375
                                    


Chapter 7

"Asal Muasal Paha Squad"
_____

Gue berada di dapur sedang memindahkan makanan delivery ke dalam piring, dibantu dengan Jovan dan Sonho. Ralat deh, Sonho mah bukan bantuin tapi nyomotin satu-satu dan dimakan di situ juga.

"Jangan dicomot dulu napa sih" Gue berdecak ketika tangan Sonho mengambil paha ayam yang sudah sengaja dipisahkan untuk gue, Jovan, Sonho dan Samuel. Soalnya paha tuh paling enak daripada dada, pokoknya kita mah paha squad.

"He anjir! Dasar predator!" Omel Jovan. Gue menghela nafas panjang melihat kedua tangan Sonho yang sudah terisi paha ayam. Dia tuh memang tipikal anak bocah yang nggak mau kehilangan jatah, makanya diambil duluan. Dasar paud.

"Bacot ah, kan gue ini yang pesen" Kesel aja gue, padahal yang bawa pesenan segini banyak ke dapur itu si Daniel, sedangkan dia leha-leha di lantai.

Selesai memindahkan semuanya, gue menarik nafas panjang. "MAU MAKAN DISINI APA DI RUANG TV?!" Teriak gue kepada anak-anak lucknut di ruang tv.

"KATA DANIEL DISINI AJA" Balas Fidelis sambil berteriak juga. Samar samar gue mendengar Daniel protes. "Apasih lo ye anjing"

"Sini aja Sen!" Kini Samuel yang membalas. Gue mengangguk pelan dan membawa beberapa piring ke depan dibantu dengan Jovan dan Sonho dari belakang. Memang laknat banget, makanan segini banyak yang bawain cuma tiga orang belum minumannya. Untung gue lagi baik. Setelah berjuang membawa makanan ke ruang tv, gue menempatkan diri duduk di antara Samuel dan Jovan. Kami duduk melingkar di atas karpet dan mau tak mau membuat gue dan Daniel berhadapan.

"Eits! Nggak boleh! Ini buat paha squad" Samuel memukul pelan tangan Darrel yang hendak mengambil paha ayam.

"Apaan dah alay banget"

"Nggak boleh!" Samuel menarik sepiring berisi banyak paha ayam ke depan gue dan Jovan. "Minta ih" Darrel masih bersikeras mau mengambil paha ayam. "Ih maksa ih" kali ini Jovan yang bersuara.

Gue hanya menghela nafas dan mulai makan dengan tenang. Menahan jiwa-jiwa predator dalam diri agar nggak keluar untuk saat ini. Katakan saja gue sedang jaim untuk saat ini. Bukan karena Daniel! Tapi untuk berjaga diri aja gitu. Gue melirik Sonho yang makan dengan cepat, dan sudah memasuki ronde makan burger. Gila, itu perut karet apa ban mobil.

Gue asik menocolek saos yang tanpa sadar justru ayam gue kena tangan orang lain. Gue mendengus, yah terkontaminasi deh ayam gue.

"Sorry" Ucap gue sekenanya, kemudian menarik kembali tangan gue dan memutuskan memakan ayam tanpa saos.

"Modus lo"

Gue memutar bola mata malas, lalu menatap Daniel tajam. "Bacot"

Terdengar desisan Jovan di sebelah gue. "Heh, itu mulut apa sampah" Celetuknya. Gue mendengus, kenapa sih ya si Jovan tuh ribet banget. Kalau gue ngomong kasar dia langsung julid gitu, padahal dia sendiri omongannya lebih buas dari gue.

Jadi, gue hanya bisa mencibir dan mengalihkan fokus pada hal lain, karena perut gue sudah tidak merasa lapar lagi.

"Lah, kok lo nggak makan?" Gue baru nyadar kalau dari tadi ternyata Ethel ikutan duduk doang elah sedih banget liatnya. Dia menggeleng. "Nggak suka"

Gue agak syok gitu, gila siapa yang nggak suka sama ayam coba? Maksudnya, gue tuh baru nemu aja gitu. Disisi lain Sonho menepuk dahinya pelan ala anak lupa. "Oh iya si Tetelan nggak suka nih makanan beginian"

Yaelah Jarjit! Sepupunya sendiri padahal. "Ye Kutil! Gimana sih lo" Celetuk Handaru.

"Dia dirumah sendiri juga belom makan" Kali ini Waras menyahut. Samuel yang cepat tanggap segera menunjuk rak dapur dan kulkas. "Ada mie rebus sama campuran tetek bengek lainnya"

Jagoan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang