Chapter 16 [END]

3.5K 392 103
                                    

Happy Reading!

-0-0-0-

INI memalukan!

Bagaimana bisa gue seceroboh itu? Kalo udah gini, terus apa? Semuanya udah kebongkar. Gak ada menarik-menariknya banget, serius. Gue jadi malu sendiri, dan gak tau mau ngapain dan harus ngomong apa. Semuanya buntu. Sialnya, kenapa Chika harus kaya gitu sih? Apa gak bisa, dia pura-pura gak tau? Gak harus diceplosin kaya gitu juga kan? Apa dia sengaja bikin gue mati kutu?

Ah cewek itu. Pengin gue makan rasanya.

"KAK GERAN!"

Gak tau maksudnya apa, tapi gue narik napas panjang. Mencoba memasang kulit badak lagi. "Kak Geran, ih!" Songongnya, tangan gue ditarik, keras banget. Gue jadi ragu, dia cewek?

"Apaan sih?" Gue berujar ketus.

"Kok kabur?!" Chika melotot, pipinya menggembung. Dan itu lucu, omong-omong.

Gue menaikan sebelah alis, "Salah?"

Chika memasang wajah sangar yang belum pernah gue liat sebelumnya, dan jujur aja, sama sekali gak cocok. Wajah dia terlalu polos untuk memasang wajah sangar kaya gitu. "JELAS LAH!!" Dia nyolot.

"Oh?"

Dua detik berikutnya, perasaan gue mendadak gak enak. Wajah cemberut Chika perlahan berubah menjadi senyum licik yang sialnya gak bisa gue baca, apa isi otaknya. Cewek ini selalu penuh kejutan memalukan.

Chika menoel dagu gue, jelas gue tersentak. Dia terlalu agresif menurut gue. Dan ini menambah tingkat keheranan gue, kenapa bisa gue suka sama makhluk kaya Chika? "Masih aja sih sok-sok cuek, udah ketauan suka juga." Gue tau, dia bermaksud meledek. Dan bodohnya, gue salting.

Gue berdecak, "Apaan sih?" Senyum Chika semakin lebar.

"Ah suka gitu deh." Lagi, dia menoel dagu gue. Agresif kan?

Beneran, gue jengkel. "Chika!"

"Tuh, yang kaya gitu diilangin nanti kalo udah jadi pacar." Gue memutar bola mata malas. Gimana bisa ilang? Dia aja nyebelin. Siapapun yang kenal Chika juga bawaannya marah-marah mulu.

"Bodo." Gue pengin cepet-cepet kabur dari sini. Kulit badak gue menipis saat semakin lama semakin banyak telinga yang mempertajam pendengarannya buat menguping.

Tapi lagi-lagi, Chika menahan. Menarik lebih tepatnya. "Apa lagi sih?!"

Chika tersenyum lebar, lalu berbisik pelan. "Lo ... gak ada niatan buat nembak gue ... gitu?" Alisnya naik turun dengan senyum masih setia bertengger di wajah.

Gue menghela napas, "Harus banget?"

Chika berdecak, "Iyalah, gue butuh status yang jelas."

"Yaudah, gue perjelas nih. Lo pacar gue, dan gue pacar lo. Jelas kan?" Sengaja sih, kali-kali bikin dia geregetan gapapakan? Jangan cuma gue terus.

"Ihh bukan gitu, masa lo bego banget sih?!"

See? Mana ada sih cewek yang begini ke gebetannya? Masa, minta ditembak. Dimana-mana, cewek itu menunggu ditembak, bukan minta ditembak. Chika lagi-lagi, antimainstream.

"Lo lebih bego."

Chika lagi-lagi berdecak, kali ini lengkap dengan memutar bola mata. "Cepetan kenapa Kak."

"Apa?"

"Tembak gue!" 

Alis gue naik sebelah. Mati-matian supaya gak melempar senyum. "Ntar lo mati, gue masuk penjara."

Chika mengeram gemas, "Apa susahnya sih Kak, cuma ngomong lo mau gak jadi--"

Gak seru urusannya kalo sampe Chika ngelanjutin ucapannyakan? Mendingan gue potong, tangan gue refleks membungkam bibirnya dan gak tau kenapa Chika melotot marah.

"Lo mau jadi pacar gue Chik?"

.TAMAT.

-0-0-0-

Hallo!

Akhirnya selesai juga, huft *elap keringet*


Dan makasih banget untuk yang mau baca cerita apaan banget ini.
Dan thankyou so much buat gheytaa yang sabar jawab berbagai macam pertanyaan yang sayangnya gak bisa dimuat di sini semua. Yang penting req nya ada ya git:))

Dah deh, gitu aja.

See you!

Love Vanillopa

geran & chika Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt