Chapter 6

2K 331 16
                                    

Happy Reading!

-0-0-0-


GUE gak ngerti dengan otak yang ada di dalam kepala Chika. Kenapa bisa-bisanya dia berteriak "Siap!" dengan lantang disaat yang lain kompak menoleh ke kanan untuk menghitung? Ketulalitan dia bertambah drastis. Tentu, para senior dan alumni ganas kompak meneriaki namanya.

Terutama Kak Meta. Alumni dengan mata bulat dan berwajah sangar, di tambah dia adalah tangan kanan Kang Acho. Lengkaplah kekuasaan dia di sini.

Gue sebenernya kasian harus melihat cewek manja kaya Chika harus dibentak-bentak kaya gitu. Tapi, emang itu kesalahan dia. Siapa suruh dia selalu gak fokus dan selalu memasang ketololannya di waktu yang sangat-sangat tidak tepat seperti ini?

"Kurang dari dua bulan kita lomba Chika, dan lo masih kaya gitu. Lo itu niat lomba gak sih?!" bentak Kak Meta, wajahnya merah menahan amarah. Udah berkali-kali Chika melakukan kesalahan. Dan cewek itu emang bener-bener fatal. Gue yakin, ketidak fokusan dia bisa berpotensi mengacaukan perlombaan nanti.

Dan sebenernya, di sini gue gak bisa menyalahkan Chika terus-terusan. Karena gak bisa gue elak, sumber ketidak fokusan dia itu gue. Atau kegantengan gue? Hah, oke, gue mulai kepedean. Intinya, gue harus turun tangan. Seenggaknya, bisakan gue berharap Chika bisa meminimilasir ketidak fokusannya? Atau mungkin, bisa menghilangkannya? Ya, semoga saja.

-0-0-0-

Udah gue duga, Chika pasti nangis sendirian di pojok kelas. Cewek itu cengeng, banget. Tapi satu hal yang membuat gue salut; dia sama sekali gak merengek minta keluar disaat mantan Paskibra lain berlari pergi. Dia masih bertahan, ya walaupun gue tau, dia bertahan karena ada gue. Seandainya gue bukan anggota Paskibra, gue gak yakin Cewek sejenis Chika mau menyentuhkan kakinya di eskul Paskibra.

"Chika."

Dia mengangkat kepala, lalu dua detik berikutnya kembali menelungkupkan kepalanya di lipatan tangan. Kembali melanjutkan aktivitasnya; menangis.

"Gue minta maaf Kak, gue emang bego banget."

Gue refleks mendengus, "Lo emang bego, bagus lo nyadar. Dan gue harap, seterusnya lo buang jauh-jauh kebegoan lo itu."

Gue tersentak kaget saat Chika tiba-tiba menggebrak meja, kedua matanya yang merah melotot lebar, menatap gue tajam. "Gue bego juga gara-gara lo!" Gue mengernyit dalam, gak terima. "Kalo aja muka lo jelek, gue pasti fokus dan gak akan kenal omel Kak Meta!"

Idiot. Kenapa jadi gue yang salah di sini? Seandainya kami gak kekurangan anggota untuk perlombaan nanti, gue udah ngamuk-ngamuk ke Chika. Jujur aja, anggota lain yang seangakatan dengan Chika pada  ngundurin diri dan hanya tersisa Chika seorang. Yang artinya, dia junior gue satu-satunya. Miris!

Tapi lebih baik seperti ini kan? Dari pada anggota Paskibra banyak, tapi satupun gak ada yang serius. Yah ... walaupun Chika gak bisa juga dibilang serius, tapi seenggaknya dia masih bertahan di sini. 

Gue menghela napas panjang. Niat awal gue nyamperin Chika harus tersampaikan; meminta dia fokus untuk lomba. Dan bagaimanapun caranya, gue harus bisa. Karena ke gak fokusan dia berbahaya. Berpeluang besar membuat tim kami kalah karena banyak melakukan kesalahan.

-0-0-0-

Ini terlalu menyebalkan sih menurut aku, maafkan ya. Yang ada di otak cuma itu soalnya.

Love, Vanillopa

geran & chika Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang