[10] Crazy Over You (Author)

Start from the beginning
                                    

Joana dan Juwita memang saudara kembar. Wajah mereka tidak ada bedanya sedikitpun. Terlebih kedua gadis itu memiliki sifat tertutup dan tidak mudah bergaul membuat mereka berdua terkesan sombong dan misterius.

Hanya saja, setiap berdekatan dengan Joana, Sam merasa sesak. Ia merasa ketakutan yang tidak jelas penyebabnya. Bahkan ia merasa sangat takut sampai-sampai hatinya terus saja berdebar lebih cepat saat berdua dengan gadis itu. Sungguh berbeda ketika ia bersama Juwita. Gadis itu membuatnya merasa nyaman, merasakan ketentraman yang tidak bisa ia dapatkan selama hidupnya.

"Yes, Sir."

Jawaban itu cukum membuat Sam mendesahkan napas lelah. Misinya kali ini bukanlah misi menyelamatkan Joana tapi menculik gadis itu dan membawanya kembali ke kelompoknya.

Jelas saja ia berkeringat dingin. Joana adalah salah satu pembunuh bayaran yang amat terkenal di dunianya. Terlebih gadis itu tidak memiliki empati sedikitpun. Tua-muda, laki-perempuan, bahkan bayi sekalipun bisa ia bunun tanpa rasa kasihan sedikitpun. Namun, bukan hanya itu kelebihan yang ia miliki.

Menurut Sam, Joana merupakan titisan tuhan. Gadis itu bisa membunuh dengan kecepatan cahaya, tapi juga bisa menghidupkan orang mati sekalipun. Ini benar, Sam tidak melebih-lebihkan.

Diusianya yang ke 14 tahun, Joana sudah menjadi seorang spesialis bedah thorax kardiovaskuler. Ayahnyalah bukti nyata kemampuan briliant gadis itu dibidang medis. Ayahnya memiliki kelainan jantung yang diperkirakan tidak mampu bertahan lama. Hanya 6 bulan. Namun, semenjak ditangani gadis itu sudah 14 tahun berlalu dan ayahnya masih hidup sampai saat ini. Tidak satupun pasiennya yang meninggal di meja operasi. Kecuali...kecuali orang-orang yang ia curi jantungnya.

"Jadi aku harus menculik iblis itu?" Sam masih berusaha menolak perintah ayahnya.

"Yes, Sir. Gadis itu harus berada di depan ayah anda besok pagi." Hans mengangguk menatap, "Dalam keadaan hidup dan tidak kurang satupun. Bila perlu...anda harus mengorbankan nyawa anda untuk menyelamatkan Nona Joana."

"Ck...siapa sebenarnya anak kandung laki-laki brengsek itu. Selalu saja Joana menjadi prioritas utama...baiklah persiapkan nanti malam. Kita hancurkan kepolisian Indonesia."

-----

"Ughh...fuck...hhh!" Agni menahan desahan yang memaksa keluar dari bibirnya. Berusaha mengalihkan perhatiannya dari payudara Jiwita yang bergoncang naik turun seirama dengan gerakan pinggul gadis itu. Memompa kejantanan Agni agar keluar masuk dari miliknya. Memberi kenikmatan baik untuk Agni maupun dirinya sendiri.

Shit! Shit! Sialan! Mengapa Juwita sangat mahir? batin Agni berkecamuk. Menahan agar ia tidak keluar terlebih dahulu. Ia tidak ingin kalah dari wanita satu itu.

Agni menahan pinggul Juwita agar gadis itu berhenti bergerak. Mengeram kesal saat melihat seringai menyebalkan yang dipamerkan oleh gadis itu.

"Kenapa tuan perjaka? Apakah kau akan segera keluar? Ini baru beberapa menit." ejek Juwita.

"Diam!" bentak Agni sambil membalik posisinya. Kini ia yang berada diatas menggantikan Juwita.

"Kau terlalu percaya diri dengan pengalamanmu yang tidak seberapa. Akan kutunjukan yang lebih hebat lagi." janji Agni sebelum melumat bibir Juwita. Saat gadis itu terlena, Agni menggigitnya keras. Membuat Juwita menjerit kesakitan.

"Suaramu woman! Kau tidak ingin semua orang tahu apa yang kita lakukan bukan?"

Juwita mengerang saat lagi-lagi Agni menggigit lehernya, bahunya, bahkan payudaranya keras. Beberapa diantara gigitannya membuat Juwita berdarah. Juwita menutup mulutnya dengan kedua tangan. Menahan diri agar tidak menjerit...nikmat.

Nikmat?

Iya... Juwita tahu ia memiliki kelainan seksual. Dimana ia akan lebih merasa bergairah saat pasangannya memperlakukan ia dengan kasar. Semakin kasar pasangannya semakin ia merasakan kenikmatan yang tidak bisa ia gambarkan dengan kata-kata.

"Kau semakin rapat, woman!" Agni ikut mengerang dan mempercrpat gerakannya. Sementara Juwita menggerakan pinggulnya mencari kepuasannya sendiri. Juwita dan Agni...sama-sama lupa bahwa mereka sedang bertaruh.

"Ughh....shit!" maki Agni saat merasakan milik Juwita semakin rapat mencengkram miliknya. Menandakan gadis itu akan keluar sebentar lagi.

"Bersamaan Juwita!" perintah Agni yang hanya dijawab anggukan oleh Juwita. Agni meraih tengkuk gadis itu melumat penuh nafsu sementara ia semakin mempercepat gerakannya.

"Panggil namaku Juwita," perintah Agni saat merasakan milik gadis itu mulai berkedut bersamaan dengan miliknya

"Agni....hhh!" Juwita mengikuti perintah Agni saat mereka sampai pada puncaknya.

Juwita jatuh tertidur sementara, Agni mengatur napasnya. Ia tidak ingin menjadi laki-laki brengsek dengan meninggalkan gadis itu tidur di lantai. Agni memunguti satu persatu pakaian Juwita kemudian memakaikannya pada gadis itu. Setelah selesai ia memakai bajunya sendiri.

Ia mencoba membangunkan Juwita dengan beberapa kali lumatan pada bibir dan leher gadis itu tapi Juwita tidak kunjung sadar.

Agni mendesah lelah sebelum memindahkan Juwita keatas sofa didekat meja kerjanya.

"S~am..." Agni mengepalkan kedua tangannya merasakan amarah yang tidak jelas asal usulnya. Ia tidak mencintai Juwita, menyukainya saja tidak pernah terbayangkan oleh Agni. Tapi, ia merasa kesal saat selalu saja nama laki-laki itu yang Juwita panggil dalam tidurnya. Tidak peduli baru saja Agni memberikan kepuasan pada gadis itu.

TBC

Stuck In Lust [On Going]Where stories live. Discover now