[6] Lie to you (Juwita)

4.3K 316 26
                                    

"Kau diam saja dirumah. Tidak usah ikut kali ini," Agni berujar singkat. Pagi setelah kami melakukan hubungan seksual itu ia menghindariku.

Hm...tidak masalah. Malah aku senang tidak harus melihat wajah menyebalkannya lagi.

"Kau mau kemana?" tanyaku. Jelas basa-basi. Mau dia kemana itu bukan urusanku. Dia kenerakapun aku tidak peduli...ah tidak! Aku peduli, sangat. Apalagi kalau dia sampai mati, bukan karena aku menyukainya. Hanya saja aku masih membutuhkannya.

Semua ini sesuai rencanaku. Menyelamatkan Sisi, sebagai penghubung antara aku dan keluarga Pratama. Khususnya si sulung Pratama ini. Laki-laki yang melenyapkan kebahagiaan kami.

Sebuah pesan masuk membuatku mengalihkan pandanganku dari Agni.

Cafe Oliver

Pesan singkat, yang aku tahu pasti siapa pengirimnya.

"Bukan urusanmu!" ujarnya ketus. Sakit hati? Tidak akan, lebih baik seperti itu. Aku sudah memutuskan untuk melenyapkan laki-laki itu sejak lama. Akan lebih mudah jika ia bersikap kejam, aku tidak harus merasa bersalah.

"Hati-hati," tidak susah untuk berbohong. Berpura-pura menjadi wanita polos yang mengikuti perintah seorang laki-laki.

Apalagi laki-laki seperti Agni yang terbiasa bersikap seenaknya. Cukup dengan berpura-pura menurut maka ia akan menurunkan tingkat kewaspadaannya. Kali ini aku akan membunuhnya. Tanpa banyak drama seperti kedua saudaraku.

Aku berpura-pura mengantarnya keluar rumah, berperan sebagai seorang wanita yang sudah takluk di kakinya. Setelah mobil yang ia naiki tidak terlihat. Aku kembali ke kamarku meraih tas, dompet dan handphoneku. Bergegas menemui orang itu.

Aku tidak tahu harus memaki atau berterimakasih pada Agatha. Kepergian gadis itu benar-benar menyita seluruh perhatian keluarga Pratama, sehingga mereka tidak sempat mencurigaiku. Lagi pula dengan menipu Sisi aku memperoleh kepercayaan gadis itu sekaligus kepercayaan 'otak' keluarga Pratama.

Abisena Pratama, musuh yang harus kuhindari. Entah kenapa ia seperri mengetahui segalanya. Lihat saja rencana yang telah disusun rapi oleh Joana dan Windu, bisa ia baca sejak awal. Bahkan ia hampir saja menghancurkan rencana mereka dengan mudah jika saja aku tidak membawa Sisi kembali untuk merusak konsentrasi Abisena dalam menyelamatkan adiknya.

Walaupun pada akhirnya rencana Windu dan Joana gagal, karena Agatha masih hidup sampai sekarang. Tapi, kematian Windu tidak sia-sia. Agatha kehilangan bayinya.

"Mau kemana?" langkahku terhenti saat pak tua Baskhara itu mengeluarkan suara. Benar, laki-laki tua ini belum bisa mempercayaiku. Yah... memang mereka seharusnya tidak percaya padaku sih.

"Saya mau menemui teman saya," ucapku tidak lupa dengan senyum lebar ala gadis polos.

"Cucuku mungkin saja bisa memaafkan kesalahanmu, tapi aku tidak akan pernah melupakan semua itu. Lagi pula, tidak ada jaminan kau telah berubah. Apapun yang kau rencanakan saat ini, sebaiknya kau batalkan sebelum kau menyesal!" Fatan Baskhara, diusiannya yang menginjak pertengahan 70 tahun itu ia masih terlihat gagah dan mampu membuatku ciut seketika.

Tapi, jangan sebut aku Juwita jika dengan ancaman itu aku membatalkan niatku, "Dengan anda mencurigai saya, anda juga telah meremehkan kemampuan cucu anda dalam menilai kepribadian seseorang," ucapku penuh makna.

"Hahaha.... cucu-cucuku memang bodoh. Mereka selalu melihat Sisi positif seseorang, seburuk apapun orang tersebut sebelumnya. Kau mungkin sudah mendapat kepercayaan mereka saat ini, maka dari itu Girl! Percayalah padaku bahwa kau tidak ingin kehilangannya." Laki-laki tua itu berdiri kemudian berjalan kekamarnya. Meninggalkan aku yang masih tidak mengerti apa yang ia maksudkan.

Stuck In Lust [On Going]Where stories live. Discover now