BAB 9 : Give You A Happy Ending

2.3K 318 34
                                    

Baca kembali bila sudah lupa seluruhnya. Thanks

.
.

Jeonghan berusaha menahan diri untuk tidak mengepak barang-barangnya dan meninggalkan rumah Seungcheol pada malam yang telah sangat larut. Hatinya penuh dengan kekacauan sedangkan akalnya sedang tidak dapat bekerja dengan baik.

Jeonghan terduduk di ranjang sambil menggenggam seluruh uang yang dia punya. Jeonghan menangis. Seberapa sering dia menghitung semua won miliknya, mereka tidak pernah bertambah banyak seperti apa yang dia harapkan.

Tubuhnya telah didera kelelahan cukup parah, namun Jeonghan masih punya waktu untuk menangis. Pada hidupnya dan pada kebencian Seungcheol padanya. Dia tidak memiliki sesuatu untuk di raih, tidak ada teman, tidak ada harapan hidup. Seolah dunia telah muak padanya sehingga dia tidak mendapatkan sedikitpun pertolongan. Jeonghan tahu bahwa Tuhan tidak pernah tidur, tapi dirinya mungkin telah banyak berdosa sehingga dia tidak mau memberinya bantuan.

Jeonghan mengusap matanya, meneguhkan segenap asa yang tersisa dan perlahan-lahan menguatkan dirinya sendiri. Jeonghan berpikir kalau mustahil pergi keluar negeri walaupun itu adalah wilayah terdekat. Dulu dia sangat naif berpikir dapat mengatasi tanda pengenal maupun paspor dengan mudah. Jeonghan akhirnya sampai pada keputusan bahwa dia tidak dapat pergi terlalu jauh dalam keadaannya yang sekarang. Jeonghan akan tetap pergi. Meskipun itu tidak ke negara lain, setidaknya Jeonghan akan mencari dimanapun tempat di semenanjung Korea yang sangat terpencil, atau sebuah tempat yang sangat tradisional sehingga keberadaannya akan tersembunyi.

Jeonghan meletakkan kumpulan uangnya yang berharga di sebuah toples bekas kue. Menyimpan mereka di balik tumpukan pakaiannya yang hanya sedikit.

Jeonghan tidak pergi untuk membersihkan tubuhnya, airnya pasti sangat dingin dan dia masih tidak berani berkeliaran untuk menyiapkan air panas dari dapur. Jeonghan meraba permukaan ranjang yang sebeku es, merebahkan tubuhnya dan mendesis sakit di akhir.

"Tidak apa-apa. Kau bisa melewati ini Jeonghan. Kau sangat kuat." Jeonghan terisak.

"Kau akan berusaha menjadi kuat."

-----------------------------------------------------------
Give You A Happy Ending
Turn The Pain
----------------------------------------------------------

Seharian sangat ramai, Jeonghan bekerja penuh pada hari Minggu di sebuah restoran keluarga. Itu dimulai dari jam 7 pagi sampai saat ini, sembilan malam. Jeonghan sudah menggosok semua meja, menaikkan kursi dan menyapa manajer yang sedang menghitung uang. Dia mengangkut piring-piring kotor lalu membawanya ke dapur. Jeonghan tersenyum pada sekumpulan bibi juru masak yang sudah bersiap untuk pulang, mereka sangat sibuk tapi mereka baik sekali padanya.

"Aku menyimpan makan malammu di dekat penggorengan. Selamat malam nak." Salah satu dari mereka, Bibi Song menepuk pundaknya dengan sebuah senyum diakhir.

"Terima kasih ahjumoni." Jeonghan menempatkan senyuman manis sambil membungkuk pada wanita itu.

Bibi Song mencubit pipinya sekali, "Ingat, jangan pulang terlalu malam. Aku pergi dulu."

Jeonghan tersenyum sekali lagi sambil mengantarkan Bibi Song sampai ke pintu belakang, bahkan lupa untuk meletakkan tumpukkan piring kotor ditangannya. Setelah bayangan para wanita itu hilang, Jeonghan bergegas menuju bak cuci. Kumpulan barang pecah belah menumpuk didalamnya seperti gunungan bau.

Jeonghan membersihkan semuanya, itu dimulai dari membuang sisa makanan, membilas peralatan dengan air, menggosok mereka dengan spons penuh sabun, kemudian membilas lagi, lalu mengeringkannya dengan serbet, dan terakhir adalah menata mereka kembali dalam lemari sesuai ukuran dan warna. Tepat tiga puluh menit kemudian, Jeonghan melepaskan apron hitam yang dikenakannya dan mengembalikan benda itu kedalam loker miliknya. Jeonghan menghapus keringat di keningnya dengan puas karena dia telah menyelesaikan pekerjaan hari ini.

Turn The Pain [JeongCheol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang