1© Penyesalan

2.1K 91 9
                                    

Ini Fanfiction yang sudah aku publish di FFNet dengan judul yang sama. Aku meremake-nya ke sini supaya bisa mengingatkan kalau aku punya hutang di FFNet 😂😂 *abaikan alasan itu.

Have enjoy 😊😊

...

Pair : Naruto-Hinata
Rate: M
Genre: Romance & hurt, drama
NARUTO © MASASHI KISHIMOTO
WARNING: AU, OOC, OC (sedikit) typo (mungkin banyak), alur GaJe, (masih perlu banyak belajar)
Senja di Penghujung Tahun © Mickey_Miki
.
.
.

“Maaf Hinata, aku tidak bisa melakukannya. Aku belum siap menjadi seorang ayah.”

"Eh?" Hinata terkesiap saat pernyataan itu meluncur dari bibir Naruto. Jantungnya bagai dihantam gemuruh. Mata Almetish-nya melebar dan terus menatap Naruto dengan pedih. "A-apa maksudmu?" suara hinata tercekat kala kalimat itu terlontar dari mulut laki-lakinya.

“Aku tidak bisa Hinata. Aku dan kau, kita masih muda. Aku masih mau mengejar impianku, kau kan tahu, aku harus belajar untuk bisa menggantikan tou-san memimpin perusahaan.”

Hinata menunduk berusaha menyembunyikan tetes air mata yang siap tumpah, "Mengapa?" tanyanya lirih. Suaranya bergetar. Ia ingin menangis─ menumpahkan seluruh emosi yang sedari tadi berkelana dalam benak. “Apa selama ini kau tidak pernah mencintaiku?” lanjutnya tak berani menatap mata Naruto.

“Aku mencintaimu Hinata. Selalu. Tapi aku belum siap menjadi seorang ayah. Umur kita masih delapan belas tahun, terlalu muda untuk menikah, lagi pula kita baru saja lulus senior high. Kau tentu juga punya impian, kan?” tutur Naruto membujuk Hinata. Sejujurnya Naruto juga tak ingin melakukan ini. Tak pernah sekali pun dalam hidupnya untuk menyakiti gadis yang dicintainya itu.

“Tapi─”

“Maaf Hinata...” potong Naruto cepat, tak mau mendengar kalimat-kalimat yang akan dituturkan oleh wanita yang dicintainya itu, karena akan membuat batinnya semakin perih. Menarik nafas dalam-dalam kemudian melanjutkan ucapannya. “Kumohon gugurkan bayi itu Hinata.” lanjutnya seraya memejamkan kedua matanya. “Kumohon Hinata. Mengertilah!”

Mata Hinata melebar sesaat setelah mendengarkan penuturan kekasihnya itu. Di detik berikutnya tetes air mata yang sedari tadi dia tahan akhirnya tumpah ruah membasahi gaun ungu yang dia gunakan.

Perih, jantungnya serasa diremas kuat hingga membuatnya sulit bernafas. Sungguh, dia tak sanggup menerima itu semua. Tetapi, dia juga tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan agar Naruto mau menerima dan bertanggung jawab untuk anak yang dikandungnya.

Jika memang Naruto tak mau bertanggung jawab, maka dia sendirilah yang akan melahirkan dan membesarkan anak itu.

Hinata meremas kuat gaun yang dia gunakan guna meredakan sesak yang menghimpitnya. Menarik nafas dalam-dalam seraya menguatkan hatinya. Hinata menatap Naruto lalu tersenyum miris. Ia yakin keputusan ini akan membuat segalanya menjadi lebih baik. Ia pun mulai membuka mulut dan memandang Naruto nanar, “Baiklah. jika itu adalah keinginanmu. Aku akan melakukannya, Naruto.” ucapnya, ‘aku akan pergi dari hidupmu Naruto bersama anak ini.’

Naruto tersenyum lebar mendengar kalimat Hinata. “Terima kasih Hinata.” ucap Naruto seraya menggenggam erat tangan Hinata. “Aku mencintaimu.”

🍂🍂

Kompleks Pemakaman Konoha, satu bulan kemudian

Angin sepoi berhembus menerbangkan dedaunan kering dan mengotori di sepanjang jalan setapak kompleks pemakaman. Aroma bunga kirisan tersebar di udara oleh angin, memyebabkan bebauan yang menggelitik hidung. Langit tampak mendung dengan awan kelabu yang bergulung-gulung, semendung perasaan semua orang yang hadir di tempat itu.

Usai semua orang pergi. Naruto datang bersama ribuan penyesalan yang membuncah dalam dada. Memberikan bunga terakhir untuk sang kekasih yang telah meninggalkannya.

Naruto memejamkan mata, berusaha memupuk kekuatan agar ia bisa menahan gejolak dalam dada agar tak tumpah dan semakin menunjukkan keterpurukannya.

Sejujurnya, peristiwa ini terlalu tiba-tiba untuknya, dia masih tidak rela ditinggal pergi oleh Hinata. Pemuda itu masih sangat mencintai wanita itu.

Dan Naruto sangat menyesal karena pergi setelah pembicaraan terakhir mereka yang berakhir dengan tidak begitu baik untuk wanita itu. Seandainya dulu dia tidak melakukan itu, seandainya ia bisa berfikir dengan lebih dewasa dan mau menerima kesalahannya, seandainya dia tidak meninggalkan Hinata semua ini tidak akan terjadi.

“Kau adalah manusia paling hina Naruto. Tega-teganya kau menghamili Hinata dan menyuruhnya untuk menggugurkan bayi itu.”

Sejenak Naruto menghela, menengadahkan kepala menantang langit. Pikirannya dipenuhi dengan sosok Hinata dan perlahan membuat hatinya kembali teriris sakit. Jantung pemuda berusia 18 tahun itu berdegup lebih kencang dari biasanya. Dia mulai merasa lemah. Mencoba untuk tak terjatuh, dengan tangan yang bergetar dia mencengkeram kuat batu nisan yang ada di depannya. Safirnya kini menerawang, menatap batu nisan itu. Sementara cairan bening tampak mengalir membasahi pipinya. Sesuatu yang tak biasa dia lakukan. Pemuda itu menangis. Menyesal dengan perbuatan yang dia lakukan dulu pada Hinata.

"Kau sendiri seharusnya tahu jika menggugurkan kandungan juga punya resiko dan kau malah menyuruh Hinata untuk menggugurkan kandungannya. Apa kau tahu setelah melakukannya, Hinata jadi tidak bisa Hamil dan karena itu... dia... dia... bunuh diri. Aku benar-benar sangat membencimu."

Kata-kata Neji kembali terngiang di kepalanya, membuat dirinya semakin sesak oleh rasa bersalah. Dia menekan dadanya semakin keras bahkan dipukul untuk meredakan rasa sesaknya sementara air mata terus mengalir.

Benar kata Neji, dia adalah lelaki paling buruk di dunia ini. Lebih hina dari pada sampah yang paling buruk sekali pun. Apa yang ia lakukan dulu tidak pernah sekali pun dia pikirkan akan berakibat seperti ini. Hinata, gadis yang amat dicintainya pergi meninggalkan dirinya dengan beribu penyesalan akibat kesalahan dan keegoisannya.

"Hinata... Hinata... Aku minta maaf. Tidak seharusnya aku melakukan itu. Seharusnya aku tidak menyuruhmu menggugurkan anak kita. Seharusnya sekarang kita bisa bersama dan kita tidak berpisah seperti ini. Seharusnya....." air mata lelaki itu semakin deras, jatuh dan membasahi makam yang masih baru itu.

"Kenapa? Kenapa kau melakukan itu, Hinata? Kenapa kau meninggalkanku seperti ini, Hinata?"

Dan apapun yang dikatakan lelaki itu, tidak akan merubah apa-apa. Hinata sudah pergi meninggalkan dunia dan tidak akan mungkin kembali lagi. Walau sebesar apapun rasa penyesalannya, dia tidak akan pernah lagi bertemu dengan Hinata.

Penyesalan bagi Naruto adalah sesuatu yang sangat menyakitkan yang─ mungkin─ bahkan dengan waktu pun tak akan bisa mengobati...

Tbc.

ClintinClive
Mickey139 16.07.17

Senja Di Penghujung TahunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang