Red Flavor

7.1K 786 176
                                    

"Kamu saya pecat!"

BLAM

Kim Jisoo refleks memejamkan kedua matanya kala pintu kayu mahoni di hadapannya tertutup dengan keras.

Tangan gadis itu terkepal kuat. Seluruh tubuhnya gemetar. Matanya terasa perih menahan sesuatu yang sedari tadi ia tahan agar tidak tumpah. Perlahan, tungkai kakinya terasa seperti tidak dapat menopang berat badannya lagi. Tubuh gadis itu terjatuh ke lantai.

Jisoo dipecat, lagi.

Terhitung sudah kali kelima dirinya dipecat sejak lulus dari universitas dan mulai bekerja tujuh bulan yang lalu. Jisoo bukannya tidak berkompeten. Ia merupakan salah satu lulusan terbaik di angkatannya. Sebagai seorang sarjana lulusan sastra Inggris, kemampuan berbahasa Inggrisnya itu patut diacungi jempol.

Masalahnya ada pada phobia gadis itu.

Jisoo menderita micro-phobia. Aneh memang. Tapi begitulah kenyataannya. Bukan. Bukan glossophobia atau ketakutan yang berkaitan dengan public speaking. Gadis itu benar-benar takut pada microphone. Ia tidak ingat sejak kapan, yang jelas ia menyadarinya saat berusia lima belas tahun. Jisoo merasa ingin muntah saat berdiri di depan microphone. Ia bahkan pingsan sesaat setelah mendengar suaranya sendiri dari microphone sekolahnya.

Sialnya, phobia-nya ini berpengaruh besar terhadap hidup termasuk karirnya. Sejak dulu Jisoo selalu berkeinginan untuk menjadi seorang translator di perusahaan besar. Namun, phobia sialannya itu selalu menghambat pekerjaan gadis itu. Seperti sekarang saja contohnya.

"Emang kenapa sih kalau tadi nggak pakai mic? Gue bisa kok terjemahin presentasi Pak Jung sambil teriak," gumam Jisoo sambil terisak.

Setelah merasa kondisinya lebih baik, gadis itu bangkit berdiri. Menatap pintu ruangan mantan atasannya dengan keki sebelum beranjak dari tempatnya.

Ia butuh secangkir matcha tea latte.

~~~§§§~~~

Siang ini matahari terasa lebih terik dari biasanya. Jisoo memutuskan untuk duduk dan mengistirahatkan tubuhnya sejenak di kafe yang letaknya tak jauh dari gedung apartment-nya.

"Jen, matcha tea latte satu. Less ice, less sugar." Jisoo mengatakan pesanannya pada seorang pelayan ber-name tag Kim Jennie sebelum mendudukkan bokongnya di sudut kafe.

Gadis itu langsung membuka situs lowongan pekerjaan dari ponselnya. Ia harus dapat pekerjaan baru sebelum uang tabungan dan stok makanan di kulkasnya habis.

"Serius banget, sih."

Jennie, pelayan sekaligus anak dari pemilik kafe itu ikut duduk di hadapan Jisoo setelah meletakkan pesanan Jisoo di atas meja.

"Kak Jisoo hari ini jelek banget deh," kata Jennie lagi dengan sengaja. Ia merasa jengkel karena diacuhkan oleh gadis yang hanya setahun lebih tua darinya itu.

"Gue jelek kalau dipecat dari kerjaan gue, Jen."

Mata Jennie langsung membulat mendengar ucapan Jisoo yang dilontarkan dengan nada datar itu.

"Lagi kak? Sama yang ini udah lima kali, kan? Masalahnya masih sama? Gara-gara phobia kakak?"

Jisoo menghembuskan napasnya kasar sebelum menggeleng pelan. "Nggak Jen. Yang keempat gara-gara gue gak sengaja numpahin kopi panas ke rok atasan gue."

A-Z in Love || VSooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang