Volume 11 - Shattered

2.4K 367 66
                                    

Author's side

"Irene kau tidak apa-apa?" tanya Sehun seraya berjongkok, mencoba untuk mensejajarkan wajahnya dengan wajah Irene. Irene tak menjawab, ia masih seperti semula. Pandangan kosong dengan tubuh bergetar hebat. Persis seperti orang yang sedang melihat hantu.

"Irene, jangan membuatku cemas!" Sehun menepuk-nepuk kedua pipi Irene dengan pelan, mana tahu perbuatannya tersebut bisa kembali merenggut atensi Irene.

"A-aku... ma-maksudku ja-jantung-ku ber-berdetak sa-sangat cepat..." vokal Irene terputus-putus, meski pandangannya masih kosong paling tidak dia sudah mengeluarkan suaranya. Sehun mengulum senyum, ingin rasanya ia kembali menghujami wajah Irene dengan kecupan-kecupannya jika ia tidak mengingat status diantara keduanya. Oh, ayolah, mereka hanya sebatas tetangga.

"Sungguh?" Sehun bertanya lembut, memperhatikan wajah Irene yang terlihat semakin cantik dalam jarak dekat. Ia mengulurkan tangan kanannya untuk mengusap sisa air mata yang masih menggenang di wajah Irene. Irene mengalihkan matanya pada pria itu lalu mengangguk pelan.

"A-aku sa-sangat gu-gup, sa-sampai a-aku ke-kesulitan be-bernafas...rasanya seperti aku akan mati.." lirih Irene pelan, lagi-lagi Sehun mengulum senyum. Ia berdehem pelan untuk mengurangi rasa kram di pipinya karena mencoba menahankan senyum yang ingin mengembang saat ini juga.

"Sudahlah, ayo, kita ke flat, aku sudah lapar."

Tiba-tiba Sehun mengangkat tubuh mungil Irene ala bridal kemudian membawanya menuju flat Irene. Irene kaget bukan main, tapi gadis itu memilih untuk diam dan mengalungkan kedua tangannya di leher Sehun. Namun, saat tiba di depan pintu, dengan berat hati Sehun harus menurunkan tubuh Irene karena ia tak bisa membuka pintu.

"Biar aku saja." tawar Irene masih dengan suaranya yang pelan namun lembut. Sehun mengangguk mengiyakan kemudian berdiri di belakang Irene. Memperhatikan gerak-gerik gadis yang tengah mengeluarkan kunci flat dari sakunya itu dengan seksama. Perlahan namun pasti ia melangkahkan kakinya mendekati Irene yang kesulitan membuka kunci pintu karena tangannya yang gemetar.

Kali ini Sehun benar-benar tersenyum, senyum yang sudah lama pudar dari wajah tampan nan dinginnya. Ia meletakkan dahinya di atas pundak Irene membuat gadis bermarga Bae itu tersentak kaget. Irene benar-benar membeku, jantungnya melompat-lompat riang di dalam sana. Perlakuan Sehun hari ini begitu manis namun justru membuat Irene jadi ketakutan. Takut jika Sehun bersikap manis hanya untuk saat ini saja.

"A-apa ya-yang ka-kau lakukan?" Irene tak bergerak, hanya mulutnya saja yang berkomat-kamit untuk menanyakan pertanyaan itu.

"Aku mengantuk," jawab Sehun berbohong, jelas-jelas perbuatannya ini adalah modus untuk berkontak fisik dengan Irene. Ia juga tak paham kenapa ia menginginkan hal ini namun satu hal yang ia sadari ia bahagia. Ia bahagia melihat Irene jadi gugup karena dirinya. Ia sangat bahagia.

"Sehun! Jantungku rasanya mau copot tahu!"

Irene tak lagi bersuara, gadis itu memutuskan untuk membuka pintu dengan cepat karena dia sangat membutuhkan air saat ini juga.

L♡DK

"Jadi, kalau x-nya dikalikan ke dalam maka hasilnya—hoi, Bae Irene, kau mendengarkanku atau tidak, sih?" Sehun mendumel, menokok kepala Irene yang sedang melamun dengan pulpen yang ada ditangannya. Gadis itu lantas meringis pelan seraya mengelus bagian kepalanya yang baru saja mendapat ciuman dari pulpen Sehun.

Irene tak berani menatap Sehun, dugaannya tepat. Sehun hanya bersikap manis dan lembut hanya untuk siang tadi. Lihat, saat ini Sehun sudah berubah kembali ke wujud asalnya. Pria itu sama sekali tidak merasa canggung. Hanya Irene saja yang masih dugeun-dugeun tidak jelas.

L♡DK: Living With YouWhere stories live. Discover now