Part 1

6.5K 524 4
                                    

Promise
( Still Remember You.)

Sudah bertahun-tahun berlalu...
Dan aku masih tidak percaya bisa melaluinya tanpa kehadiranmu...

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Author POV

3 Tahun Kemudian...

"Aaron, apa aku boleh bersandar di bahumu?" tanya Alana pelan.

Aaron hanya diam..Dia tidak menoleh pada Alana dan tetap fokus menatap danau yang ada didepannya, tapi setelah beberapa saat kemudian akhirnya sebuah anggukan samar diberikan olehnya sebagai jawaban.

Senyum Alana mengembang. Dengan segera dia bersandar dibahu pria yang 3 tahun belakangan ini sudah mati-matian menjaga dirinya dari dunia luar tersebut. Ia senang, setelah Alan mengangkatnya sebagai puteri dari pria itu, semuanya perlahan jadi semakin membaik. Dan diantara banyak hal yang sudah membaik itu, kehadiran Aaron lah yang paling sering Alana syukuri.

Aaron masih tetap fokus pada danau yang ada didepannya. Semburat jingga yang sudah mulai terbentuk di angkasa menandakan bahwa sebentar lagi senja akan berubah menjadi malam. Pria itu bisa merasakan Alana yang secara hati-hati mukai melingkarkan kedua tangan di lengannya dengan lembut, tapi bukannya merasa nyaman, untuk yang kesekian kalinya Aaron malah semakin merasa kosong.

3 tahun belakangan dia mendapat banyak penjelasan dari orang-orang disekitarnya, tentang Aarti, tentang sebab dia tidak ada dan kenapa mereka tidak bisa mencarinya. Sungguh, Aaron sangat ingin mencoba mengerti itu semua, tapi semakin keras dia berusaha untuk itu, semakin besar pula keinginannya untuk menentang perkataan mereka dan pergi mencari Aarti.

"Aaron, terimakasih untuk semua perhatianmu selama ini. Kamu sudah menjagaku dengan sangat baik," ucap Alana.

Tapi, setelah beberapa saat dia tidak mendengar jawaban dari Aaron akhirnya Alana memutuskan untuk menoleh pada pria itu.

"Aaron..." panggilnya pelan, tapi pria itu masih tetap diam. Seakan melihat langit senja yang sudah mulai pudar memang lebih menarik daripada mendengarkan Alana bicara.

Alana mendesah pelan sambil kembali menyandarkan kepalanya dibahu Aaron. Kadang ia merasa bahwa keberadaannya barangkali tidak sepenting itu bagi Aaron. Bukan karena pria itu lebih banyak diam ketika sedang bersamanya, pada dasarnya Alana sudah tahu bahwa karakter Aaron memang seperti itu, tapi semua perasaan tidak nyaman yang ia rasakan tersebut muncul lebih karena Alana sadar akan kehampaan yang ada di mata pria itu setiap kali ia melihat ke dalamnya. Seperti Alana bukanlah seseorang yang Aaron harap bisa ia tatap.

"Mulai gelap. Aku akan mengantarmu pulang Alana," ucap Aaron pelan sambil berdiri dari duduknya.

Alana ikut bangkit lalu tanpa kata langsung menggenggam tangan Aaron seperti yang ia biasa lakukan. Mungkin memang tidak ada pengaruhnya pada pria itu tapi setidaknya dengan begini mereka takkan terlihat se-kaku kenyataannya.

Sepanjang perjalanan menuju rumah  masing-masing, mereka berdua hanya diam. Sebenarnya Alana ingin mengajak Aaron bicara, tapi bagaimana dia harus memulai? Ia tidak tahu banyak tentang Aaron. Fakta nya meskipun pria itu sudah sangat melindunginya selama ini tetap saja sesekali ada saatnya Alana merasa bahwa Aaron melakukan itu semua bukan karena dia memang ingin, tapi karena dengan begitu dia bisa menutupi kesendiriannya.

Mengapa Alana bisa berpikir seperti itu? Well, jawabannya sangat sederhana, karena seberapa kerasnya pun Alana mencoba mencari bayangan dirinya didalam mata Aaron tetap saja dia tidak pernah bisa menemukannya. Itu mungkin karena dia memang tidak pernah ada disana.

"Kita sudah sampai Alana. Masuklah!" ucap Aaron.

Alana mengerjap beberapa kali sambil menatap sekelilingnya. Benar, mereka sudah sampai. Ia terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri hingga tidak menyadari hal itu.

Alana membuka pagar rumahnya yang rendah, sebelum benar-benar masuk kedalamnya, sekali lagi ia kembali menatap wajah Aaron. Pria itu selalu ada di dekatnya tapi kenapa ya Alana selalu merasa bahwa mereka sangat jauh.

"Ada apa?" tanya Aaron.

Alana tersenyum kecil lalu menggeleng pelan.

"Tidak ada. Aku masuk dulu, sampai jumpa besok, ya," jawabnya sambil melambai kearah Aaron dan segera berjalan pergi meninggalkannya diluar.

Diam-diam gadis itu menghela nafas lelah. Sayang sekali, ternyata tidak mudah untuk mendapatkan hati seseorang seperti Aaron Grey. Ahh, mungkin teori "Cinta datang karena terbiasa" tidak berlaku pada pria itu.

Tiba-tiba Alana jadi merasa sangat bodoh karena disaat Aaron masih sibuk mengacuhkannya secara halus, ia malah sudah jatuh-sejatuh-jatuhnya pada pria itu.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

BRAAKK!!!

Aaron menepuk keningnya pelan, dia membuka jendela balkon terlalu keras hingga menimbulkan suara yang cukup nyaring. Syukurlah sepertinya tidak ada siapapun di sekitar ruangan tersebut.

Secara perlahan Aaron menekan tombol lampu, ketika seluruh ruangan sudah menjadi terang, ia langsung melangkahkan kakinya untuk duduk diatas tempat tidur berwarna putih yang berada tepat ditengah-tengah ruangan.

Benar! Sekarang Aaron sedang berada di kamar Aarti. Dia tidak pulang dan malah secara diam-diam memutar arah agar bisa menyelinap kemari. Ahh, bahkan ketika gadis itu sudah tidak ada lagipun Aaron masih tetap melakukan rutinitas nya sejak dulu itu.

Jangan tanya kenapa, karena ia sendiri tak mengerti kenapa ia masih setia melakukannya. Padahal sudah jelas-jelas itu menyakitkan, tapi Aaron tetap tidak bisa berhenti walaupun dia mau.

"Ara, aku sudah ada disini. Lihat! Aku menepati janji ku untuk selalu datang kemari. Aku bahkan tidak bisa berhenti walau aku ingin," ucap Aaron pelan sambil menatap nanar foto Aarti yang digantung tepat didepan tempat tidurnya,"...sekarang sudah 3 tahun, Ara. Aku bahkan sudah mulai masuk kuliah. Kapan kau akan pulang?"

Aaron mendesah lirih sambil secara perlahan merebahkan diri diatas kasur. Jujur dia sangat bersyukur Alan tidak mengizinkan Alana menempati kamar Aarti, karena dia tahu jika hal itu sampai terjadi maka kenangan yang masih tersisa tentang gadis-nya itu akan benar-benar hilang sepenuhnya.

Aaron masih tidak percaya dia bisa bertahan selama ini dengan kenyataan bahwa Aarti tidak ada bersamanya. Kadang tanpa sengaja dia masih sering memanggil nama gadis itu ketika akan masuk lewat jendela balkon, kemudian ketika dia sadar bahwa yang ia panggil sudah tidak ada disana, rasa sesak akan langsung memenuhi hatinya.

Aaron tersenyum pahit. Dia benci saat-saat seperti ini, ketika untuk kesekian kalinya ia merasa begitu hampa. Kehadiran Alana sama sekali tidak membantu, bahkan meskipun Aaron selalu merasa bahwa Ara-nya dan Alana punya mata yang persis sama, mereka berdua tetap terlihat berbeda.

Sialnya lagi Aaron selalu merasa menjadi pria yang paling berengsek di dunia tiap kali menatap kedalam mata Alana dan malah berharap kalau Aarti lah yang sedang berada di depannya.

Ahh, sulit dipercaya aku masih bisa bertahan bahkan ketika kau sudah tidak ada bersamaku lagi, Ara.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

TBC. 😀😘
So, readers... What do you think about "Promise"?

Promise (Mate Series #3)Where stories live. Discover now