Extra Part : Hamil?

Start from the beginning
                                    

"Iya, suamiku sayang," balas Andin mengecup pipi sang suami dengan gemas. "Sana berangkat. Nanti telat."

"Oke, aku berangkat ya." Gilang mengecup kening Andin cukup lama. "Hati-hati di rumah," pesannya sebelum berangkat ke kantor.

O0O

"Andin nggak berangkat, Lang?"

Rahang Gilang mengeras mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Tio, sang mantan saingan. "Kenapa nanyain bini gue?"

"Santai, bung!" Tio tertawa, agar Gilang lebih santai menanggapinya. "Gue penasaran aja, kan biasanya kalian berangkat barengan," kata Tio mengklarifikasi agar Gilang tidak lagi mencurigainya.

"Dia sakit," jawab Gilang singkat.

"Sakit apa?"

"Sumpah, lo mau tahu banget, Yo?" Gilang melemparkan pertanyaan retorik pada rekan kerjanya itu.

"Aelah, Lang," Galih menginterupsi percakapan Gilang dengan Tio. "Dia nanya doang. Nggak usah cemburu gitu. Tio udah move on, kok. Udah ada gebetan dia."

Gilang mendengus, masih merasa kesal. Namun, dia akui bahwa merasa cemburu pada Tio hanya membuang tenaga percuma. Lagi pula bisa saja itu hanya pertanyaan basa-basi tanda bersimpati. "Kayaknya Andin masuk angin. Pusing sama mual-mual gitu."

"Mual?" Galih terlihat mengerutkan kening. Gilang hanya mengangguk untuk menegaskannya. Dan seketika itu juga Galih menepuk telapak tangannya sembari berdiri dari kursi yang ditempatinya.

"Woh, gol juga akhirnya, Lang!"

"Gol apaan?" Gilang bertanya, tidak mengerti.

"Mual, bro. Mual!"

"Iya, gue tahu. Kenapa emang?"

"Itu kan tanda-tanda hamil," jawab Galih membuat Gilang nyaris menjatuhkan rahangnya.

"Ha—hamil?"

Galih mengangguk. "Selamat, ya bro!"

Gilang tidak menanggapi ucapan selamat Galih, juga ucapan selamat dari Tio setelahnya. Pikirannya masih dipenuhi dengan dugaan Galih barusan. Andin hamil?

Setelah setengah tahun menyandang status sebagai suami Andin, akhirnya perempuan itu memberikan kebahagian lagi untuk Gilang. Benar, kan menikah itu enak?

O0O

Andin cukup terkejut dengan banyaknya balon warna-warni yang dibawa Gilang setibanya suaminya itu di rumah. Belum lagi dekapan kelewat erat serta kecupan di seluruh wajah Andin. Padahal tadi pagi, Gilamg mengkhawatirkan dirinya. Mengapa sekarang lelaki itu sesenang ini?

"Ada perayaan apa, Mas? Aku nggak inget kalau hari ini aku atau kamu ulang tahun." Bukannya menjawab pertanyaan Andin, Gilang justru menasang senyuman kelewat lebarnya.

"Mas?" Andin mendengus kesal karena merasa tidak ditanggapi. "Kok malah cengar-cengir gitu? Kamu kesambet?"

Gilang menggeleng. "Ini itu perayaan kehamilan kamu!" Gilang berseru senang. Saking senangnya, lelaki itu sudah mengangkat tubuh Andin, memutarnya hingga membuat Andin sedikit pusing.

Oh ... perayaan kehamilannya. Rasa penasaran Andin akhirnya terjawab.

Hamil?

"Hah?" Andin segera melepaskan diri dari Gilang. "Siapa yang hamil?"

"Kamu, Andin!" Gilang mencubit hidung Andin yang melongo setelah mendengar jawabannya. "Kamu pusing sama mual, kan? Kata Galih kamu hamil! Yeaaay!" Gilang mengangkat kedua tangannya, bersorak riang.

PretendWhere stories live. Discover now