[03] Bertekuk Lutut

291K 21.8K 867
                                    

[03] Bertekuk Lutut

🔒🔒🔒

Kali ini, kedatangan Tisa sangat disyukuri oleh mereka. Karena ucapan cewek itu, Agam jadi berhenti memukuli Adit. Dan juga karena ucapan cewek itu, mereka mulai bisa menarik napas lega. Kemungkinan mereka ikut kena getah, jadi bertambah kecil.

Tapi tentu mereka semua tahu apa yang membuat Agam berhenti. Jelas bukan karena Tisa, tapi karena nama yang dibawa cewek itu.

Lamia.

Menyebut nama Lamia saja bisa mengendalikan Agam seperti ini. Sangat mereka sayangkan karena sang dewi sedang 'terlelap' ketika si monster mengamuk. Beruntung ada 'tangan kanan' si dewi yang datang tepat waktu.

"Agam, kalo lo gak mau buat Lamia marah, lo bisa lepasin Adit sekarang," ucap Tisa hati-hati.

Tisa sebenarnya masih mengatur napasnya yang ngos-ngosan lantaran dipaksa berlari tadi. Astaga, duo sejoli ini bisa banget bikin suasana gempar. Dia itu baru keluar dari ruang guru, tapi langsung dihadapkan dengan berita pingsannya Lamia.

Saat Lamia kena tendang sepak bola tadi, dia memang tidak berada di lokasi. Tisa mengejar salah satu guru karena bermasalah di pengumpulan tugas. Tisa segera menuju UKS, dan langsung mempercepat langkah saat dilihatnya kerumunan orang berkelahi.

Agam melirik Tisa sekilas, lalu mendengus. Detik setelahnya, ia pun menurut. Dilepasnya cengkeraman kerah Adit dengan kasar.

Adit langsung menghela napas lega. Namun baru saja merasa bebas, tangannya ditarik paksa. Agam menarik Adit agar mengikutinya masuk ke ruang UKS.

Lagi, suasana kembali mencengkam bagi mereka.

Sang dokter tidak terlihat ketika pintu terbuka. Jelas saja. Agam tahu kalau si dokter tadi menghilang ke kamar mandi sebelum ia membuat keributan di luar.

Reno, Tisa, dan lainnya mengekori mereka masuk. Namun tetap dalam jarak aman. Hanya Tisa saja yang berani langsung menghampiri brankar tempat Lamia berbaring.

"Berlutut," titah Agam yang membuat semua mata di sana melongo.

Adit menoleh bingung. Siksaan apa lagi yang mau Agam berikan?

Astaga! Dia itu cuma tidak sengaja menendang bola ke kepala Lamia. Tidak sengaja! Bukan maunya juga 'menyentuh' tuan putrinya si pentolan sekolah. Kenapa Agam memperlakukannya seolah ia menghunuskan pisau dengan sengaja ke Lamia?! Memangnya belum cukup dengan dua tonjokan di muka?!

"Maksudnya apa?" Adit memberanikan diri bertanya.

"Gue bakal lepasin lo. Tapi nyatanya, sekarang Lamia masih belum sadar, kan? Dan lo mau enak-enakan bebas sementara Lamia masih pingsan?" ujar Agam sarkas.

"Gam, kami masih ada jam olahraga sekarang." Lagi-lagi Reno berusaha melerai.

Agam menoleh. "Lo pikir gue peduli?"

Reno langsung kicep lagi. Berat, Jendral, jadi ketua kelas di mana ada Lamia. Setiap keributan yang dibuat Agam menyangkut Lamia, Reno bertanggung jawab untuk menanganinya.

Bukannya ia tidak suka pada Lamia. Oh ayolah, Lamia adalah si bintang sekolah, tidak mungkin sosok menyenangkan seperti itu tidak disukai nyaris semua orang. Ya, nyaris. Karena nyatanya masih ada saja si pembenci yang iri. Yang tidak disukai dari Lamia adalah bodyguard-nya. Aneh sekali sosok manis seperti Lamia mempunyai penjaga kampret  seperti Agam.

"Kalo kalian emang masih jam olahraga sekarang, kenapa masih di sini?!" bentak Agam yang membuat mereka berjengit kaget.

Ya karena lo ganteng! Keren! Kece abis! Marah-marah begini aja gantengnya gak luntur.

Bad Boy on My BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang