Survive

23 5 0
                                    

Di hari itu, dimana semuanya terlihat normal tidak ada sedikitpun yang merasa aneh, semua halnya terlihat begitu normal.
Veno sama sekali tak pernah membayangkan dunia tempat ia tinggal saat ini akan menjadi seperti ini, kekejaman yang terjadi didepan matanya seolah olah hal biasa, darah yang menjadi ketakutannya sejak dulu menjadi terlihat biasa, Trauma itu hilang begitu saja.
Veno bertahan hidup sendirian diapartemennya di lantai 38. Dibawah apartemennya di lantai dasar adalah sebuah mall, ia selalu melihat dari kejauhan kekejaman yang selalu ia lihat siang dan malam, tak sedikit teriakan dari makhluk yang sudah mati maupun yang masih hidup terus mengiang-iang di dalam pendengarannya.

Untuk orang seusiaku aku sama sekali tak dapat berbuat apapun, beruntungnya aku ketika semua ini terjadi, aku sedang demam dan tidak melalukan apapun, kejadiannya amat singkat hingga aku tak sadar disaat aku bangun, semua kekacauan ini sudah menyebar keseluruh penjuru negri.
Dipemberitaan penuh dengan pemberitahuan himbauan mayat hidup yang memangsa manusia lainnya, tak ku sangka dunia akan menjadi seperti di film film dengan cara seperti ini.
Dihari itu aku mencoba menghubungi siapapun yang bisa ku hubungi, keluarga, kerabat, teman terdekatku bahkan pacarku. Ia bersekolah di SMA harapan indah. namun mereka semua tidak ada yang menjawab panggilan telephoneku. kegelisahan terus menghantuiku serta pikiran jahat terus-terus membisikkan ungkapan yang sama sekali tak ingin terfikirkan olehku, bahwa mereka semua telah menjadi monster seperti mereka semua yang telah tergigit.

semua hal yang terjadi ini aku sama sekali tak mengetahuinya persis kapan hal ini mulai terjadi, karena dalam 3 hari terakhir, aku hanya berada didalam apartementku seorang diri. namun disaat aku membaik, kenyataan yang harus ku terima seperti ini. ini seperti hari kiamat, namun tidak seperti kiamat yang terfikirkan oleh kebanyakan ilmuan atau science. jika benar, dunia ini sudah berubah menjadi seperti ini dalam 3 hari.

apa yang harus ku lakukan, ini hanya menunggu waktu hingga persediaan makanan di kamarku ini habis, walau bagaimana pun manusia harus mengkonsumsi sesuatu. dapatkah seseorang hidup diluar sana, semakin lama semakin banyak monster yang berada dibawah apartement. sedangkan persediaanku hampir habis, jika menghitung hari disaat ini terjadi, ini sudah terjadi 7 hari dan persediaan makananku hanya tinggal 1 bungkus indomie instant.

akhirnya makanan terakhir pun habis, di hari kedelapan Veno hanya meminum air yang masih tersisa di dispenser miliknya, baik nasi ataupun snack sudah habis tak tersisa. pilihannya hanya ada 2, diam disini menunggu team rescue datang menyelamatkannya, namun mungkin Veno hanya memiliki waktu kurang lebih 2 hari sebelum tubuhnya dehidrasi karena kekurangan asupan makanan, karena sejak awal terjadinya teragedi ini, Veno sudah mulai mengurangi jatah makanannya lebih dari yang biasanya.

pilihan keduanya adalah keluar dari kamar ini dan mendobrak kamar sebelah, namun bagaimana jika disekitar lantai sini terdapat monster itu, jika terkena sedikit gigitannya, aku akan menjadi seperti dirinya. dunia ini sudah berakhir.

Pada malam hari. Veno memandang kebawah memperhatikan mayat hidup itu kebingungan dan berjalan-jalan tanpa tujuan selama berhari-hari. tubuhnya sama sekali tidak melemah, namun semakin mengkerut, mereka tidak memangsa sesama mereka tetapi memangsa yang belum seperti mereka. ia terus memandang kebawah sambil menghirup udara segar dilantai 38 miliknya.

"besok aku akan mencari sesuatu di kamar sebelah, jika perlu menghancurkan pintunya, akan ku lakukan" mengangkat wajahnya dan mulai memandang kedepan. sesaat suara jeritan terdengar diatas, tepat diatas balkon Veno.

seseorang jatuh dari lantai 39 lebih, dia seorang perempuan, jatuh dengan kepala terlebih dahulu, sudah jelas tengkoraknya pecah dan isinya berhamburan kemana-mana. itu terjadi tepat didepan matanya, yang membuatnya terkejut adalah seseorang menghampirinya dengan sangat cepat, sedangkan zombie yang lain hanya berjalan mendekati makan malam mereka.

ia tampak menyeramkan, matanya bersinar seperti mata kucing dikegelapan, lampu yang redup dan nyala kembali menjadikan pemandangan yang disaksikan oleh Veno semakin membuatnya tak dapat berkata-kata. monster itu tampak begitu berbeda dengan yang lain, walaupun penampilannya tidak berbeda dibandingkan yang lain, hanya saja firasat mengatakan hal yang demikian.

ia begitu serakah dan tidak membiarkan kawanannya menghampirinya dan makan bersama dengannya. apa yang sebenarnya terjadi, apa apaan dengan monster itu. matanya tetap terlihat terang dan berbeda dengan kawanannya yang lain serta responnya lebih cepat dibandingkan yang lain. apa yang akan terjadi jika ia sedang mengejar seseorang, apakah orang itu dapat kabur darinya.

Veno memandanginya terus menerus, memperhatikan setiap gerak geriknya, ia tetap rakus memakan mangsanya. namun sesaat setelah itu matanya yang menyeramkan memandang Veno dari kejauhan, ia sendiri pun menyadarinya bahwa monster ganas itu memandangnya sesaat. kemudian terlintas firasat buruknya mulai keluar, ia menjauh dari balkon dan menutup jendela apartemennya rapat-rapat.

"apa itu, dia memandangiku barusan, matanya jelas-jelas memandangiku"

detak jantungnya terus berdetak dengan cepat, detakannya membuat seluruh tubuhnya berkeringat seketika, kegelisahan terus menerus menerornya. namun kegelisahan itu begitu cepat terjawab, suara menyeramkan dibelakang kaca transparant tepat dihadapannya, kaca itu membatasinya antara luar dan dalam. untuk kedua kalinya Veno berpapasan kembali, namun ini begitu berbeda, karena ia tampak lebih menyeramkan jika dilihat dari dekat, dengan tetesan darah yang masih menetes melewati jari-jemarinya dan wajahnya yang sudah penuh dengan bercikan darah.

Veno mundur beberapa langkah kebelakang, perlahan dan perlahan, berharap ia tak menyadari keberadaan Veno. matanya melirik kesana dan kemari, sambil mengeluarkan ringkikkan anehnya serta ditambah suara benturan antara gigi atas dan gigi bawah, membuat Veno ketakutan setengah mati, Ia tak bisa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari monster yang tepat berada didepannya.

selagi monster itu tak menyadari keberadaan Veno, ia memanfaatkannya untuk melarikan diri dari tempat ini, dimanapun asalkan aman dan jauh dari jangkauannya. disaat Veno bersiap untuk kabur, dibelakangnya percis ranjang tidurnya, diatas ranjangnya terdapat pulpen, sejenak karena panik Veno tidak sengaja menggeser selimutnya dan membuat pulpennya terjatuh dari atas kasurnya.

suara dari pulpen yang terjatuh ini menarik perhatian dari sang monster, ia langsung mendekati sumber suara dengan agresif, ia berkali-kali mencoba menerobos masuk kamar yang terhalang oleh kaca transparant ini. tangannya yang berwarna merah kehitaman itu menapakkan telapak tangannya kedinding kaca, darah masih bercucuran diseitar tangannya, perlahan darah itu turun dan turun hingga mencapai ubin.

Veno masih tertolong karena dinding kaca ini dan kebetulan juga monster ini tidak menyadari keberadaan Veno, ia masih memegangi mulutnya, mencegah agar ia tidak mengigil. keringatnya sudah bercucuran kemana-mana seolah-olah ia sudah melihat bahwa kematiannya hanya berjarak beberapa centimeters saja, tangan dan kakinya pun tak henti-hentinya bergetar tatkala melihat wajahnya dari dekat, tampak amat dekat sambil berharap bahwa ia tak menyadari keberadaan Veno.

Monster itu menggedorkan pintunya berkali-kali, awalnya hanya gedoran kecil, namun semakin lama semakin keras. sontak Veno langsung berlari keluar dari apartement, langkahnya yang begitu meggebu-gebu membuat monster itu menyadari bahwa ada kehidupan di sekitarnya. kemudian mereka berdua berpapasan secara langsung, monster itu begitu melihat Veno, gedorannya semakin keras dan dengan mudahnya ia memecahkan kaca pembatas balkon.

Veno lari sekencang-kencangnya tanpa melihat kebelakang dan langsung keluar dari apartementnya, tidak lama setelah Veno menutup pintunya dari dalam kamarnya monster itu mendobrak dengan keras. suasana yang amat menyeramkan di lorong apartementnya, hanya lorong kosong tanpa sebuah lampu yang meneranginya, hanya diarea ujung lampunya menyala dan sesekali lampu di dekatnya berkedip, karena gelap semakin mendekati sumber cahaya aroma busuk semakin menyengat dari tempat itu, melihat ada yang bergerak dari sumber cahaya di lorong itu, perlahan Veno mundur beberapa langkah kebelang tanpa menoleh sedikitpun dari sumber cahaya itu.

"apa itu sebenarnya.." apapun itu, aku sama sekali tak tertarik mengetahuinya. aku tak ingin mati dengan cara menyedihkan seperti ini.

stay AliveWhere stories live. Discover now