Sebelas

85 14 4
                                    

Bagian Sebelas : Inikah akhir?

***

Jisung pov

Aku tersenyum senang menatap paper bag yang berisi cokelat berbagai rasa. Noona pasti akan senang dengan hadiah ini.

Ugh, rasanya pipiku pegal karena terlalu lama tersenyum.

Paper bag itu kuletakkan di jok depan mobil yang biasa diduduki noona ketika kami pergi bersama. Aku juga meletakkan sebuket bunga mawar merah muda di sebelahnya.

Aku sempat meminjam sepeda milik Mark hyung yang kuambil di apartemennya tak jauh dari gedung MusicBank.

Jam setengah sembilan lebih sepuluh. Mungkin cukup waktu untuk menjemput noona di taman.

Aku memasang seatbelt sebelum menghidupkan mesin mobil, berlalu dari parkiran gedung ini.

Jalanan masih ramai dengan kendaraan yang berlalu lalang melintas. Nasib baik aku tak bertemu lampu merah yang mengharuskan berhenti. Well, ini akan menyingkat waktu.

Ah, membayangkan reaksi yang mungkin noona berikan membuat jantungku berdebar. Ia pasti akan tersenyum lebar, bahkan tertawa hingga kedua matanya menyipit, lalu ia akan memelukku dengan erat.

Noona, aku ingin segera bertemu denganmu.

Aku memutar stir, berbelok ke area taman yang cukup lengang. Hanya ada beberapa mobil yang melintas dengan kecepatan sedang.

Dari kejauhan dapat kulihat sosok noona yang tengah melambaikan tangannya sambil meloncat girang dan sesekali berteriak memanggil namaku.

Aku tertawa kecil melihat tingkah menggemaskannya itu.

Lebih cepat lebih baik, bukan? Aku menginjak pedal gas membuat mobil ini melaju cepat. Tunggu aku disana, noona. Aku akan datang padamu sebentar lagi.

"Yyak kenapa remnya tidak berfungsi?! "

Kakiku berkali kali menginjak rem namun nihil. Mobil ini tak kunjung berhenti bahkan melaju semakin cepat. Sial! Ada apa dengan mobil ini? Bukankah tadi siang masih baik baik saja?

Bunyi klakson terdengar nyaring berkali kali. Membuatku mengangkat wajah melihat jalanan.

Pandanganku silau, terlampau silau terkena cahaya putih yang berada beberapa meter di depan sana.

Astaga, aku harus menghindar.

Noona, tolong tunggu aku sebentar lagi. Aku akan menyelesaikan ini. Aku akan baik baik saja. Aku janji.

Tak ada pilihan lain. Aku membanting stir ke kanan jalan berharap akan berhenti walau kemungkinan besar mobil ini akan menabrak pepohonan.

Aku terbelalak.

Mobil ini malah berbelok ke kiri dan berputar tak tentu arah begitu cepat hingga deritan beberapa mesin terdengar ngilu dan nyaring. Decitan ban mobil terdengar keras menimbulkan percikan api sebelum kaca depan mobil membentur bagian depan mobil lain yang berada di depanku.

Aku suka Noona! ✔Where stories live. Discover now