Lima

122 18 3
                                    

"Bagaimana denganmu? Kuharap kau juga mencintaiku.. "

Rona merah muncul di kedua sisi wajah gadisnya. Namun tak dipungkiri ada curahan kekecewaan dalam raut wajah itu.

"Aku.. Aku tidak tahu bagaimana perasaanku.. Maafkan aku. "

Tangannya terulur merengkuh gadis itu dalam dekapan erat. Mencoba memberikan ketenangan bahwa semuanya akan baik baik saja.

"Sst.. Uljima.. Seiring berjalannya waktu kau pasti akan-"

"Aku masih mencintai Sehun. Maafkan aku. "

***

Jisung Pov

"Aku masih mencintai Sehun. Maafkan aku. "

Dua kalimat singkat itu membuatku terpaku. Seolah sekujur tubuh ini beku terselimut lapisan es. Dingin, hingga menembus menyentuh hati terdalam.

Harapanku akan cintanya pupus sudah. Lalu aku harus bagaimana jika ia memang tak pernah bisa memberiku cinta?

"Tidak. Jangan katakan itu, noona. Suatu saat pasti kau akan mencintaiku. Aku akan melakukan segalanya untukmu. Kumohon, jangan pernah kau berfikir untuk meninggalkanku. Jebal.. "

Tapi aku harus menahannya. Tak bisa kubayangkan bagaimana hidupku nantinya jika ia pergi dari jangkauan pandangku.

Jika aku membiarkannya pergi, sama saja menyetorkan diriku untuk mati perlahan.

Aku tahu pepatah yang mengatakan, Cinta itu seperti pasir. Jika kau menggenggamnya terlalu kuat, ia akan pergi melalui celah jarimu. Sebaliknya, jika kau menggenggamnya dengan baik, ia akan tetap berada dalam jangkauanmu.

Persetan dengan itu. Biarkan aku egois untuk kali ini. Aku benar benar tak bisa jika harus kehilangannya..

Mataku terbelalak saat ia mendorong dadaku menjauh.

"Tidak. Maafkan aku, Jisung. Aku benar benar tak bisa mencintaimu. Aku sangat sangat mencintai Sehun. Aku akan bahagia hanya jika bersamanya. Maafkan aku."

Aku menatapnya nanar. Sama sekali tak percaya semua ucapannya yang tak pernah sekalipun hadir dalam bayangan terburukku.

Mataku menangkap sepasang lengan melingkar di pinggang rampingnya. Kemudian sesosok wajah penuh kelicikan itu muncul perlahan dari balik punggung gadisku.

Tidak.

Aku tidak mau melihatnya. Itu terlalu menyakitkan.

Sosok itu meraih sisi wajah gadisku dengan telapak tangan besarnya, membuat wajah cantik itu menengok dan mereka berciuman.

Sesuatu dalam diriku bergejolak. Darahku berdesir cepat mengalirkan panas. Otot otot lenganku memerintah untuk mengepalkan tangan begitu kuat melampiaskan segala amarah yang meluap.

Aku ingin memisahkan mereka. Aku ingin menghentikan mereka. Tapi sekujur tubuhku kaku tak terkendali. Lidahku kelu tak mampu melontarkan beribu umpatan yang mendesak ingin keluar.

Kepalan tanganku terasa kebas saat aku ingin menghujam sosok itu dengan pukulan.

"Kami akan menikah. "

Aku suka Noona! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang