Mannequin 2

109 15 0
                                    

Lucy terdiam dikamar, keringat dingin, mematung, pucat, seperti orang sakit.
Astaga Tuhan, apa itu tadi? batin Lucy.

tok tok tok suara ketukan pintu kamar Lucy.

tok tok tok lagi, lagi, dan lagi.

Lucy semakin gemetar, dia mengendap ke arah pintu.
Tuhan lindungilah aku. Batin Lucy.

Lucy membuka pintu dan ternyata itu Aucy, dia heran melihat Lucy.
"Ma, kenapa? Sakit? Kok ga bilang-bilang."

"Engga kok." Jawab singkat Lucy, dan tiba-tiba memeluk Aucy.

Tiba-tiba Lucy spontan mendorong Aucy, dia melihat Aucy seolah-olah ada mannequin yang tadi ada di gudang, tapi kali ini mukanya terdapat darah dan pisau di bagian lehernya.
"AAA AAA AAA" teriak Lucy.

Gibran datang ke lantai atas, dan melihat Lucy teriak-teriak ketakutan melihat Aucy.
"Ma, mama kenapa? Heh! Ma, diam!" Gibran menggoyangkan badan Lucy.

"I-i-itu, mannequin itu, dia jahat"

"Kenapa? Itu Aucy bukan mannequin, mah"

"Hah? Mana dia? Sudah pergi kan?" Lucy menangis di pundak Gibran, Aucy sedih dan kebingungan.

******

Suatu hari, Gibran dan Aucy membuang mannequin itu jauh dari rumah, sekitar 850 meter dari rumah.
"Mama kenapa si?" tanya Gibran sambil menyetir mobil.

"Gak tau, semenjak ada mannequin jadi aneh, ada arwah di dalemnya kali"

"Aneh, aneh aja lo bego"

"Gausah ngatain bego, tolol"

Gibran kaget melihat mannequin itu ada di kursi belakang mobil, dia akhirnya kehilangan kendali, dan mobilnya menabrak pohon. Untungnya tidak ada korban.

Tetapi, setelah di cek, mannequin itu tidak ada di kursi belakang mobil, Aucy takut dan gemetaran mengajak Gibran cepat pulang.

"Itu dahi kamu kenapa?" tanya Lucy yang sedang duduk diruang tamu.

"Ma, tadi tau ga si, ak-" omongan Gibran dipotong.

"A-anu, si abang kejedot pintu mobil"

"Lain kali hati-hati, mama udah siapin makanan, makan tuh"

Gibran dan Aucy tidak langsung pergi ke meja makan, melainkan beda arah. Aucy ke kamarnya, Gibran ke toilet.

Saat Aucy ingin masuk kamar, teihat dipojok sudut rumahnya, ada mannequin yang tadi sudah dibuang.
Astaga, ke-kenapa itu disini? Ya Tuhan, lindungilah aku batin Aucy.

Sama dengan Gibran, saat ia membersihkan darah luka di dahinya, ia melihat dari bayangan cermin, tepat dibelakangnya ada mannequin yang barusan ia buang. Ia kaget dan gemetar.

Secara barengan, Aucy dan Gibran mengatakan hal yang sama,
"Mannequinnya ada disini"

"Sekarang dia ada disitu" ucap Lucy sambil menunjuk ke arah tangga yang membuat Aucy dan Gibran spontan menengok ke arahnya.

Tiba-tiba semua pintu tertutup, lampu padam, kecuali ruang tamu. Barang-barang berterbangan.

Vas bunga terlempar ke arah Aucy, tepat! Mengenai wajahnya.

"Aucy, lu gak apa-apa?" tanya Gibran.

"Awas!" teriak Aucy melihat sofa menuju ke arah mereka berdua.

Syukur, mereka tidak kena kursi itu. Aucy memanggil polisi kota. Tiba-tiba Gibran menjerit karena kepalanya terbentur tembok.

Lucy menghampiri mereka berdua, dan menangis.
"Kalian tidak apa-apa? Ini semua karena mama, maafin mama ya"

"Bukan, ini takdir Tuhan, Gibran sama Aucy harus terima takdir" jelas Gibran sambil menghapus air mata Lucy.

Tiba-tiba cahaya lampu goyang, sepertinya lampu raksasa dirumah mereka akan jatuh.
"Aucy awas lampunya pengen jatoh" teriak Lucy. Padahal Lucy ada disampingnya.

"Mah, ini Aucy, itu mannequin bukan Aucy" Aucy menarik tangan Lucy mencoba menyelamatkan mamanya dari lampu raksasa.

Tapi, apa boleh buat, takdir adalah takdir, Lucy dibuat melihat mannequin itu adalah anaknya, dia melepaskan pegangan Aucy dan menghampiri mannequin itu, dan memeluknya.

Ya, lampu raksasa itu mendarat tepat di mana Lucy memeluk mannequin itu.

Aucy menjerit ketakutan, Gibran mematung. Ya, mannequin itu mencari korban. Tapi, mannequin itu tidak hancur.

Polisi datang dan terkejut atas apa yang telah terjadi. Mereka menenangkan Aucy dan Gibran.

THE END

Thanks udah baca sampe Mannequin pt.2
Jangan lupa vote dan rekomendasi-kan akun ini keteman kalian.

Thankies

beberapa kisah tentang merekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang