3

5.7K 253 5
                                    

Oh astaga, masalah apa lagi ini? -batin ku kesal.

Apa yang harus aku lakukan saat ini?

Memulai  rumah tangga namun diawali dengan sebuah perjanjian? Pernikahan macam apa ini?

"Silahkan keluar, anda di terima bekerja di sini." Rio berucap dengan senyum. Masih dengan nada formal pada ku layaknya karyawan dan bos.

Aku pun berdiri dan tersenyum. "Baiklah pak, saya permisi."

Aku berjalan lalu menarik kenop pintu dan membukanya, namun tiba-tiba saja aku di kejutkan dengan seorang wanita cantik tadi yang membawa ku kemari.

Ia menatap mata ku dengan sangat tajam. "Apa urusan mu dengan pak Rio?" ketusnya.

Aku menunduk, tak berani menatap kedua matanya saat ini.

"Ku peringatkan sekali lagi pada mu, jangan pernah mendekati pak Rio selain aku, dia itu milik saya. Paham!"

Aku mendongak dan menatap nya tak percaya, dia gila? Bahkan saat ini ia sudah mempunyai kekasih?
Jadi ini wanita itu?

Begitu sempurnanya wanita ini dan berbanding terbalik dengan ku.

Aku menghela nafas. "Maaf saya tak bermaksud mendekati pak Rio." ucap ku getir.

"Perkenalkan saya Sinta sekretaris pak Rio sekaligus pacar dari beliau, awas saja kau dekat dengannya, tak akan segan aku membuat mu menderita, paham!"

Aku diam sedangkan ia tertawa kecil pada ku lalu ia masuk ke dalam ruangan Rio.

* * *

Langit telah di tutupi awan gelap yang mendandakan bahwa ini sudah malam, namun aku enggan untuk balik kerumah. Rasanya ada yang aneh.

"Sumpah aku senang banget deh Karin."

Lena berucap girang pada ku, sedangkan aku hanya tiduran di atas kasur milik Lena dan menatap langit-langit kamarnya saat ini. Memikirkan itu dan hal itu lagi.

Tempat yang paling membuat ku tenang jika ada masalah adalah berbagi masalah tersebut dengan sahabat. Namun, kali ini sulit untuk ku ceritakan. Bibir ku terasa berat untuk mengucapkan sepatah kalimat pada Lena.

"Senang kenapa?" tanya ku santai.

"Akhirnya kita bisa kerja di tempat yang sama juga." Lena menyengir lagi pada ku.

Aku tersenyum walaupun aku tak tau ia melihat ku atau tidak tersenyum saat ini.

Bosan, akhirnya aku membangkitkan tubuh ku dan mengecek ponsel.

"Tadi kau ada urusan apa dengan si Sinta nenek sihir itu?"

"Kenapa?" aku mengalihkan pandangan ku dari ponsel terhadapnya.

"Tadi satu kantor heboh akan suara dia yang cetar, duh amit-amit deh berurusan sama wanita sepertinya." Lena berucap sebal dan menyilangkan kedua tangannya.

Aku tertawa dan menatap Lena. "Hus, gak boleh ngatain orang loh."

"Kamu sih gak tau aja gimana kelakuannya bila sudah dengan pak Rio, semakin centil dan manja."

"Oh ya? Jadi dari kapan mereka pacaran?" tanya ku kembali.

"Entah kapan aku kurang tau, tapi yang jelas kedekatan mereka itu seperti tak ada batasnya."

Apa? Tak ada batasnya? Apa aku beritahu saja pada Lena bahwa aku ini sudah menikah dan Rio adalah suami ku?

Ahh jangan, kau akan melanggar perjanjian itu bukan?

My (not) Perfect Wedding [completed] Telah Terbit Di Dreame.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang