2

6.3K 278 5
                                    

Berkali-kali Karin menghela nafas panjang lalu membuangnya dari mulut, menatap segelintir air hujan yang masih deras. Padahal dini hari sudah sangat malam namun ia masih saja tak mampu menutup kedua bola matanya.

Semua itu begitu sulit ketika ia merasa seperti ini, sangat tak nyaman.

Karin membalikkan tubuhnya. Menatap seorang pria yang sedang tertidur dengan dunianya. Dia Rio.

Lihatlah pria itu. Bahkan wajah nya saat ini tak menggambarkan rasa bersalah sedikit pun akan pernikahan ini.

Menyebalkan!

Karin membalikkan tubuhnya dan menatap lagi air itu dari balik jendela kamar milik mereka saat ini, biasanya Karin akan tenang jika sudah melihat atau pun mencium aroma air yang jatuh pada tanah, namun untuk saat ini ia benci akan hujan.

Karena hujan datang tepat ketika ia sedang merasakan kesedihan. Ketenangan itu berubah begitu saja.

Ia menyesap cappucino hangat dengan satu tegukan yang ia genggam pada tangan kanannya, hal yang paling Karina sukai selain hujan adalah secangkir cappucino hangat dan bintang salah satunya.

Ia berfikir sejenak, apa ia menerima tawaran Rio saja untuk melakukan perceraian?

Bukankah ini menjadi jalan yang terbaik bagi kedua belah pihak?

Pusing.

Ahh apa yang mesti di pusingkan?, tak perlu memikirkan hal konyol dan nekat Karin, suatu saat kau akan menerima hal yang baik juga nantinya.

Percayalah, karena semua itu akan indah pada waktunya.

* * *

Aku menatap langit-langit atap kamar, kedua mata ku agak sulit untuk di buka saat ini, mungkin ini adalah efek dari tidur ku yang susah tadi malam. Pukul dua pagi aku baru dapat tidur dengan nyenyak hanya karena memikirkan pernikahan ini.

Sinar mentari menebus gorden dan berhasil mengena pada mata ku hingga kesilauan. Aku menatap ke arah jendela kamar, pantas saja aku merasa silau saat ini, bahkan ini sudah siang.

Apa? Siang?

Secepat kilat aku bangkit dari tempat tidur ku, mengambil handuk kimono pink milik ku, dan mengecek pemberitahuan ponsel.

Lena: kau dimana? Bukankah kau hari ini harus mengurus lamaran pekerjaan mu?

Astaga, aku lupa hari ini aku harus ke kantor untuk mengurus lamaran ku, bodoh.

Secepat kilat aku pun berlari menuju kamar mandi untuk segera membersihkan tubuh ku, tapi tunggu? Kemana Rio?

Mungkin ia sudah lebih dulu tadi pagi untuk bekerja, pikir ku sejenak lalu bergegas menuju kamar mandi.

Hanya butuh tiga puluh menit bagi ku untuk mandi dan berganti pakaian, aku melirik jam ponsel. Masih ada setengah jam lagi.

Setelah itu aku pun turun dan mengendarai mobil sedan hitam milik ku. Mobil yang baru diantar kemarin oleh sepupu ku.

Hanya butuh lima belas menit aku membelah jalan raya tak begitu padat. Gawat. Baru hari pertama sudah seperti ini.

Sesampai di depan halaman perusahaan, aku memarkirkan mobil ku dan langsung saja bergegas menuju ruangan kantor. Lena telah menunggu ku di sana.

My (not) Perfect Wedding [completed] Telah Terbit Di Dreame.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang