Bab 1: Ulang Tahun

29 5 9
                                    

"Wah ini nggak bagus." Sahut Helene sambil menatap kuenya yang hangus.

Peleus menatap kue tart yang Helene pegang dengan hati-hati. "Pacar macam apa kamu, Kak."

Helene menatap adiknya sambil membuang kuenya. Sudah tiga kali dia mencoba, namun cewek 15 tahun itu rupanya tidak punya tangan  terampil.

Helene mengambil helmnya dari meja serta kunci.

"Kakak mau kemana?" Tanya Peleus penasaran.

"Mau beli kue. Mau ikut?" Ajakan Helene membuat Peleus cekikikan.

"Ikut!"

▪▪▪

Paris menatap Dio yang sedang menyesap rokok yang mengepulkan asap-asap yang menganggu permainan caturnya dengan Christ.

"Woi, rokoknya matiin dong! Entar gue kanker lu yang tanggung ya!" Gerutu Paris sambil menjalankan pionnya.

"Lu pada nggak mau?" Tawar Dio sambil menyerahkan sebatang rokok ke arah Christ.

"Kagak! Gue 'udah tobat!" Tolak Christ.

"Skak!" Seru Paris sambil menunjuk pionnya yang berdiri di samping depan raja.

Christ mengerucutkan bibirnya kemudian dia menepis biji catur di papan. "Males gue."

"Males gara-gara kalah ya?" Canda Paris sambil merapikan biji catur.

Sesaat, yang terdengar hanya embusan rokok Dio.

"Lu besok ulang tahun ya, Di?" Tanya Christ sambil memajukan tubuhnya. "Traktiran dong!"

Dio acuh-tak acuh dan mengeluarkan sebatang rokok lagi. "Iya iya."

Tiba-tiba, terdengar suara lagu 'Happy Birthday' yang membuat mereka semua menoleh.

Helene, pacar Dio dengan adiknya.

"Happy birthday to you," nyanyi Helene sambil menyerahkan sebuah kue tart berlapis krim putih.

"Eh, Helene." Sahut Dio sambil tersenyum geli. "Gue ulang tahunnya itu besok."

Helene berhenti bernyanyi juga Peleus. "Bukannya 5 Oktober ya?"

Lelaki berambut kecoklatan itu menggeleng. "Bukan. Enam Oktober."

"Waduh. Gimana dong?" Tanya Helene kepada Peleus.

"Ya, itu mah nasib Kakak." Jawab Peleus santai.

Dio tertawa dan meniup lilinnya. "Udah nggak papa. Makasih ya."

Helene tersenyum manis dan duduk di sebelah Dio. "Potong dong kuenya."

Peleus menyerahkan pisau plastik ke tangan Dio yang segera memotong kuenya.

"Makannya pake apa?"

"Udah pake tangan aja. Kayak makan martabak." Ujar Christ sambil meraup kue yang sudah dipotong Dio.

Helene menatap seorang cowok yang tidak dikenalnya.

"Ini siapa Di?" Tanya Helene sambil menyenggol Dio. "Kok gue baru liat?"

"Nama gue Paris." Cowok itu tersenyum manis. "Lu cantik."

"Woy, cewek gue jangan direbut!" Sahut Dio bercanda. "Eh beneran jangan direbut ya!"

"Santai sih." Sahut Paris sambil ikutan makan kue pakai tangan. "Tapi emang cantik lho. Lu sekolah dimana?"

Helene tidak mau menjawab, tatapan Paris membuatnya agak canggung namun jika tak dijawab maka dia dikira sombong.

"Nanti di SMA Nusantara."

Paris kembali tersenyum sementara mukanya cemong-cemong dengan krim. "Oh ya? Sama dong. Gue sih 'udah kelas 11."

Peleus menarik kaus Helene. "Kak, Mama nanyain lu dimana nih. Balik aja yuk."

"Yaudah deh. Dio gue balik dulu ya. Christ, Paris duluan ya."

Ketiga cowok itu melambaikan tangannya antusias.

Helene ya? Pikir Paris sambil tersenyum.

"Lu 'udah berapa bulan sama Helene?" Tanya Paris penasaran. Maklum, baru beberapa hari ini dia berteman dengan Dio setelah dikenalkan oleh ibunya.

"Baru dua bulan sih." Jawab Dio sambil menjilat jarinya. "Tapi sumpah. Pacar gue itu 'udah pysche di sekolahnya."

Paris mengangguk-angguk. "Kalo putus buat gue ya?"

Repeat the Trojan WarWhere stories live. Discover now