6

10.2K 752 30
                                    

Delapan jam telah berlalu sejak kepulangan empat shinobi yang gagal dalam misi mereka.

Sinar matahari pagi membelai kulit mulus Hinata. Pagi yang indah dan sangat cerah untuk memulai hari. Namun apa daya, kegagalan dalam misi kali ini sangat berdampak buruk bagi keempat shinobi Konoha yang sekarang sudah berkumpul di persimpangan jalan. Mereka secara tak sengaja bertemu dan berjalan bersama dalam atmosfer yang canggung menuju kantor Hokage untuk melaporkan misi mereka.

Hinata memperhatikan ketiga temannya dengan seksama, wajah ketiganya sangat tak bersemangat. Ada lingkaran hitam di bawah mata mereka. Sama persis seperti yang Hinata miliki saat itu. Mana mungkin mereka bisa tertidur dengan nyenyak setelah semua yang mereka lewati beberapa hari yang lalu, membayangkan tubuh hangus yang dibakar hidup-hidup oleh Sasuke saja cukup membuat perutmu bergejolak. Selain itu, mereka juga tak tahu harus bersikap bagaimana di hadapan Rokudaime Hokage. Misi yang gagal kali ini benar-benar suatu aib bagi Shikamaru, sang kapten tim. Masalahnya, ini menyangkut dua Negara besar, Konohagakure dan Sunagakure.

Mereka berempat menyeret kakinya dengan sangat pelan. Semuanya bungkam, larut dalam pikiran masing-masing. Hinata menundukkan kepalanya sepanjang perjalanan. Shikamaru menenggelamkan kedua tangannya di dalam kantung celananya sambil mengamati awan di atas kepalanya, sesekali dia menarik napas dan mengembuskannya dengan suara yang cukup menyebalkan, terasa menambah beban bagi orang yang mendengarnya. Sai mulai iritasi mendengar embusan napas Shikamaru entah sudah yang keberapa ratus kali.

Sasuke, seperti biasa hanya diam. Dia berjalan tepat di sebelah Hinata. Sesekali dia mencuri pandang pada gadis di sebelahnya. Tubuhnya sangat mungil jika dibandingkan dengan tubuhnya sendiri. Dia bisa melihat bahwa tinggi kunoichi itu hanya sebatas pundaknya. Tidak, lebih tinggi sedikit, mungkin sekitar perpotongan lehernya. Gadis itu terlihat semakin kecil karena dia selalu menundukkan kepalanya. Padahal, jika dia memiliki sedikit rasa percaya diri, Hinata benar-benar akan menjadi gadis yang sangat menarik dan populer di kalangan pria.

Dari kejauhan Sasuke melihat dua orang bodoh sedang berargumen. Sepertinya mereka sedang melakukan suit 'batu gunting kertas'. Rombongan Shikamaru pun semakin mendekati keduanya.

"Bajingan kau Kiba ! Kau curang ! Tadi tanganmu membentuk batu, kenapa mendadak berubah jadi kertas-ttebayo ?!" Si pirang blonde itu berteriak sambil memegang kerah baju si gigi taring, Kiba.

"Kau saja yang buta ! Jelas-jelas dari tadi tanganku membentuk kertas !"

"Tidak, tidak ! Aku ingin ulang lagi !"

"Kau benar-benar cari mati ya ! Akamaru, gigit bokongnya !"

"HUWAAAAAA!" Si blonde bermata biru itu sudah berlarian mengelilingi alun-alun desa dengan ketakutan, Akamaru mengunci target pada bokongnya dan siap menggigitnya kapan saja.

Akamaru malah menubruk Shikamaru yang tak siap menghindar, dia terlalu fokus melihat awan dan melamun sampai tak menyadari suara berisik dari dua teman bodohnya itu.

"Sakk-kit..." Shikamaru meringis memegangi kepalanya yang terbentur aspal. Posisinya tiduran, tapi dia malah menjadi semakin malas mengangkat tubuhnya, karena dalam posisi itu dia lebih leluasa melihat awan.

Hinata membantu Shikamaru berdiri dan sekarang giliran dia yang menjadi sasaran empuk Akamaru. Anjing besar itu menubruk tubuhnya dan menjilati pipinya. Akamaru memang sangat dekat dengan Hinata. Dia merasa senang bertemu dengan seorang dewi setelah selama ini hanya berurusan dengan pria-pria bodoh yang payah.

"Hihihi geli Akamaru." Hinata cekikikan.

"Apa yang kalian lakukan disini ? Misi kalian sudah selesai yaa ?" Kiba menghampiri mereka.

Will You Ever Look at Me ?Donde viven las historias. Descúbrelo ahora