"Ah iya, maaf. Ya udah besok hati-hati ya. Jangan sakit lagi ya Len. See you."

"Iya mas. See you."

Elena mematikan teleponnya kemudian merebahkan tubuhnya. Dari kemarin kata-kata ibunya masih terus terngiang.
"Mana mungkin aku suka mas Hendra." Batin Elena.

Keesokkan harinya pukul 06.00 Elena sudah rapih dengan pakaian kerjanya. Ibunya nampak bingung karena tidak biasanya Elena sudah rapih sepagi itu.

"Len? Kamu kuat kerja hari ini?"

"Kuat bu, tenang aja. Kan sudah makan sup ibu."

"Ya udah hati-hati ya sayang. Kamu berangkat kerja naik apa hari ini?"

"Naik kereta bu."

"Duh duh, jangan-jangan. Kamu naik taksi online aja ya."

"Ongkosnya mahal bu."
Ujar Elena dengan nada manjanya.

"Hei ibu lebih sayang kamu daripada uangmu."
Ibunya mencubit pipi Elena dengan gemasnya.

"Baiklah ibuku yang bawel hahaha."
Elena kemudian mencium pipi ibunya.

"Dasar anak nakal. Kamu udah sarapan?"

"Belum bu, gak nafsu ah. Nanti aja di kantor."

"Sarapan dulu! Jangan ngeyel. Abis itu baru pesan taksinya ya. Ibu yakin Hendra paham kalau kamu telat hari ini."

"Iya bu."
Elenapun menuju meja makan bersama ibunya. Di sana sudah tersaji roti tawar dengan selai stroberi kesukaan Elena. Namun tidak lama kemudian terdengar suara klakson mobil di depan rumahnya.

"Kamu udah pesan taksinya?"

"Belum bu."

"Kamu habiskan sarapanmu. Ibu yang lihat keluar."

Elena kemudian asik melahap rotinya. Kemudian ia menoleh ketika mendengar suara ibunya yang sedang menuju meja makan sambil mengobrol bersama seseorang.

"Loh mas Hendra?"

"Maaf ya aku ingkar janji."
Hendra tersenyum manis sekali. Sampai-sampai jantung Elena bekerja ekstra.

"Loh kamu janji apa sama Elena?"

"Oh itu kemarin aku udah janji gak jemput Elena, tapi gak tau kenapa gak tega aja kalau Elena harus berangkat ke kantor sendiri bu. Makanya aku sengaja datang pagi supaya Elena gak bisa menolak hehehe."

"Ah seharusnya kamu bilang ibu ndra. Tadi hampir saja dia berangkat."

"Sepertinya aku harus punya nomer handphone ibu deh."
Hendra mengedipkan matanya pada ibunya Elena.

"Oke nanti ibu telepon kamu duluan deh. Kamu ikut sarapan sama Elena sana."

Hendrapun mengangguk dan duduk di samping Elena. Sedangkan Elena masih asik dengan rotinya.

"Len? Kamu marah ya?"

"Gak kok mas. Aku cuma ngerasa gak enak aja sama mas."

"Sudah-sudah jangan ngobrol kalau lagi makan."
Ibunya kini sudah bergabung di meja makan. Mereka pun makan dalam keheningan.

Hendra melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 07.00. Ia pun mengisyaratkan pada Elena untuk perpamitan pada ibunya. Mereka pun keluar menuju mobil dan segera berangkat.

"Len, jangan diam aja dong."

"Masih lemas nih mas."

"Loh ya udah kita pulang aja yuk. Belum terlalu jauh."
Hendra segera memasang lampu seinnya untuk memutar balik.

White BalloonМесто, где живут истории. Откройте их для себя