2

13.4K 1K 62
                                    

Hinata terbangun dari tidur nyenyaknya. Dia meregangkan tubuhnya yang masih setengah sadar dengan keberadaannya saat itu.
Hinata mengusap matanya untuk menghilangkan sisa air mata semalam.

Dia menemukan jubah berwarna hitam menyelimuti tubuhnya.

Dan dia juga tersadar bahwa semalam dia tertidur di tepi sungai, di atas rumput tebal yang sekarang sudah basah oleh embun pagi.

Mata amethyst-nya melotot, seakan ingin menelan jubah hitam itu, pikirannya diselimuti berjuta pertanyaan akan siapa ? mengapa ? kapan ? Sang empunya jubah menyelimuti tubuhnya.

Kepalanya terasa sangat sakit akibat tertidur di atas rumput tanpa beralaskan apapun. Dia berdiri dan mencoba mengumpulkan seluruh kekuatannya untuk berjalan, tak lupa dia juga membawa jubah itu pulang bersamanya.

💮💮💮

Sore hari...

Matahari sudah tergelincir di barat, menyihir langit menjadi lembayung raksasa yang bergantung di atas kepala. Gadis lavender itu bersiap untuk keluar dari rumah menuju surga kecil di pinggir sungai. Jujur saja sebenarnya dia merasa takut setelah kejadian kemarin malam, saat dia tertidur disana seorang diri, lalu ketika dia bangun, dia mendapati dirinya sudah berselimut jubah berwarna hitam.

Tapi, hari ini dia harus kembali kesana, karena dia harus mengembalikan jubah itu.

Alasan lain kenapa Hinata pergi kesana pada malam hari adalah, agar dia dapat merenung sendirian lagi. Saat ini, dia merasa tak ada seorangpun yang dapat menghibur dirinya. Dia hanya ingin sendirian disana, dengan ketenangan bersama semesta.

Akhirnya dia sampai di tepi sungai itu, irisnya menelanjangi segala Sesuatu yang dapat dia lihat. Mencoba menemukan orang yang telah menyelimuti tubuhnya saat dia tertidur disana.

Tak ada seorang pun.

Angin membelai lembut wajah serta rambutnya.

Hinata duduk di atas rumput yang kemarin dia tiduri.

Dia memeluk jubah hitam itu, memeluknya tanpa bermaksud apapun. Karena memang, dia butuh sesuatu untuk dipeluk. Dia butuh sesuatu atau seseorang untuk berbagi rasa sakit ini. Rasa sakit yang sudah membayanginya selama dua tahun setelah pria blonde bermata biru itu menolak cintanya. Pria itu menganggapnya hanya sebagai adik kecil yang harus selalu dilindungi.

Byakugan no Hime itu membenamkan wajahnya di atas jubah hitam itu. Air mata terus mengalir tanpa bisa dicegahnya. Bahkan sekarang dia tak ingin lagi menahan tangisannya. Dia menangis dengan keras, dia berteriak menumpahkan segala yang menghimpit dadanya selama ini.

Dari atas pohon yang sama, keturunan terakhir Uchiha sedang memperhatikannya, wajahnya datar tanpa ekspresi. Tatapan matanya dingin. Cih. Dia sangat lemah. Dan Sasuke tahu betul, bahwa dirinya membenci orang yang lemah.

"Oy, jangan mengotori jubahku dengan airmata-mu itu"

Secepat kilat, tubuh tegap itu sudah berada tepat di sebelah Hinata. Tatapan matanya sangat menakutkan. Hinata mendongakkan kepalanya menuju asal suara itu. Dia sangat terkejut mendapati siapa yang berbicara. Satu detik kemudian, Hinata beranjak dari rumput dan berdiri. Gadis itu ketakutan setengah mati.

"Su-Sumimasen Uchiha-san." Hinata menundukkan kepalanya dan kalau dia tak salah dengar tadi, Sasuke mengatakan sesuatu tentang jubahnya ?

"Jubah ini adalah milikmu ?" Hinata melihat jubah yang sekarang sudah basah oleh airmatanya. Itu berarti, orang yang menyelimutinya malam itu adalah Uchiha Sasuke. Hinata mematung, masih tak mempercayai apa yang sedang terjadi.

Will You Ever Look at Me ?Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz