0.2 Malam minggu

12.2K 1K 18
                                    


Aku yang baru mendudukan tubuh di ranjang kamar apartemen dan menyalakan laptop untuk marathon menonton drama, terhenti begitu mendengar suara kunci pintu apartemenku terbuka. Mataku langsung mengarah ke jam yang menggantung di dinding. Pukul setengah sembilan malam di tengah hujan deras musim dingin, siapa yang berani mempertaruhkan kesehatannya untuk datang bertamu? Malam minggu memang, tapi aku sudah merencanakan malam ini akan ku lalui sendiri tanpa siapapun. Bahkan kekasihku sekalipun. Jadi siapa yang mungkin akan nekat datang malam-malam seperti ini?

Dan baru aku ingat, yang tahu kode kunci apartemenku dan sering datang malam-malam seperti ini hanya kekasih tercintaku.

"Yang..."

Aku buru-buru beranjak dan menghampiri suara berat pria tadi. Sudah ku duga, memang benar itu Mark Tuan-kekasihku. Hanya dia yang memanggilku 'sayang' di seluruh muka bumi saat ini. Tapi aku langsung panik begitu melihatnya masuk ke dalam apartemen dengan keadaan yang benar-benar mengkhawatirkan. Seluruh pakaian dan tubuhnya basah kuyup, termasuk sebuah kantung plastik kecil yang ia jinjing. Bibirnya sedikit pucat dan bergetar begitu pula tubuhnya.

"Astaga! Kamu ngapain ke sini hujan-hujanan? Ngga bawa mobil? Nekat banget sih ke sini sampai basah kuyup begini. Ntar kalo kamu sakit gimana?" Omelku sambil mengusap pipi dan tangannya, mencoba menghangatkan kulitnya yang sudah sedingin es.

Tahu es batu yang biasanya tersimpan di dalam lemari pendingin? Seperti itulah kiranya suhu tubuh pria ini sekarang.

Dia tersenyum kecil lalu menunjuk-nunjuk pipiku dengan jarinya. Senyumnya itu seperti menunjukkan kalau dia sangat tidak apa-apa. "Siapa yang dari tadi pagi misuh-misuh minta dibawain pizza sampai ngode terus di sosmed?" Katanya sambil tersenyum kecil dan mengangkat kantung plastik yang dibawanya tadi. Demi Tuhan, aku betul-betul sudah lupa tadi pagi meminta dia belikan makanan untuk cemilan malam. Kalau tahu akhirnya dia akan nekat menerobos hujan seperti ini, aku tidak akan pernah meminta macam-macam seperti itu. Sungguh!

Sepertinya aku juga harus menghilangkan kebiasaan mengode di sosmed. Ternyata itu memang tidak baik.

"Aku tadi pake motor dan lupa bawa mantel. Lagipula aku kangen sudah dua hari ngga ketemu pacar. Maaf ya aku sibuk terus." Mark berjalan mendekat. Tubuhnya merunduk dan kepalanya bersandar pada lipatan pundakku. Nafasnya berhembus berat di sana, membuatku merengkuh tubuh di depanku ini. Untuk setiap saat seperti ini, seorang pengusaha muda yang sukses Mark Tuan terasa benar-benar lemah dan rapuh seperti bayi yang harus terus aku lindungi.

"Kenapa Sayang? Ada masalah?"

Dia kembali berdiri tegak menatapku lalu meringis. "Dingin."

Aku mencebik. Kalau tidak ingat dia itu pacar kesayangan setelah lebih dari tiga tahun menjalin hubungan, sudah aku mampus-mampusin dari tadi sambil ku omelin. Ya salah sendiri dia nekat menerobos hujan hanya untuk mengantar pizza. Aku tahu ini juga untukku, tapi tidak mungkin juga aku tega membiarkannya menuruti permintaanku sampai seperti ini. Dia ini pacarku! Bukan abang pengantar makanan maupun abang go-food! Aku juga tidak akan meminta berpisah darinya hanya karena tidak dibelikan pizza, sungguh!

Aku akhirnya hanya menyuruhnya mandi lalu mengganti pakaian dengan beberapa potong baju yang memang ia tinggalkan di sini, selagi aku membuatkan cokelat hangat. Mark memang sering menginap di sini. Hanya menginap, tidak melakukan hal yang melanggar norma. Hubungan kami termasuk sehat, kalau kau ingin tahu. Kadang dia menginap untuk menemaniku menonton drama semalaman, mengerjakan tugas kampus, atau hanya ingin menginap karena lelah dan penat bekerja di kantor serta butuh hiburan dariku.

Mark Tuan seorang CEO di perusahaan iklan terbesar di Indonesia. Dia masih muda, hanya terpaut beberapa tahun dariku yang kini kuliah memasuki semester lima akhir. Pria manis, romantis, perhatian, dan segala sifat yang mungkin memenuhi segala macam kriteria pria idaman setiap wanita termasuk diriku. Posisinya yang tinggi di tempatnya bekerja membuat dirinya sering sibuk dan kadang tidak ada waktu untukku. Kerjaannya hanya ke kantor, dinas ke luar kota, meeting, dan segala hal membosankan yang membuatnya sibuk bahkan di akhir pekan. Bisa dihitung berapa kali aku jalan dengannya keluar dalam sebulan.

imagine  °˖✧marktuan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang