Chapter 12

130 15 2
                                    

Saat malam hari, Book baru saja sampai didepan kediamannya bersama dengan Vin yang mengemudikan mobilnya. Nampak sekali Vin masih merasa kesal dengan Book hingga membuat mereka tidak saling berbicara sama sekali diperjalanannya. Book pun tak kunjung turun karena ia ingin meminta maaf tapi ia tidak berani.

"Book." Ucapnya Vin tetapi tidak menengok sama sekali, Book sedikit menolehkan kepalanya. "Aku punya satu pertanyaan untukmu." Ujarnya Vin dan Book terdiam menanti pertanyaan itu. "Apa kau masih menyayanginya?" Vin menanyakan tentang Frame.

"Uh ... tentang kejadian itu. Aku hanya ingin memberitahunya mengenai masalah uang itu. Aku hanya ingin ia tidak bertengkar lagi dengan ayahnya. Jadi, dia berterima kasih padaku karena aku sudah memberitahu semuanya." Jelasnya Book yang sedikit bergemetar.

Vin tersenyum tengil karena sepertinya ia tidak percaya pada Book. "Kau tahu, aku hanya ingin kau menjawabnya "iya" atau "tidak". Aku tidak menyuruhmu menjelaskan."

Book pun lantas tak tahu lagi apa yang harus ia katakan agar Vin mau memaafkannya. "Maafkan aku, Vin. Kau bisa percaya padaku, aku tidak mempunyai perasaan pada Frame lagi. Dia ...." Book yang mulai bimbang. "Dia hanya masa lalu bagiku." Book menyelesaikan ucapannya.

Vin pun menengok padanya dan kembali bertanya "Jika aku mempercayaimu, apa kau akan mematahkan kepercayaanku?"

"A-aku berjanji tidak akan mematahkan kepercayaanmu."

"Baiklah." Jawabnya Vin. "Masuklah, besok aku akan menjemputmu." Ujarnya Vin kepada Book.

"Ok." Jawabnya Book.

Book pun melepaskan sabuk pengaman yang melingkar ditubuhnya itu dan kemudian membuka pintu mobil, ia melangkah keluar dan menutup kembali pintunya setelah itu ia berjalan masuk kedalam rumahnya. Terlihat pandangan mata Vin mulai membenci Frame saat itu juga atas apa yang terjadi hari ini. Vin pun lantas menjalankan mobilnya dan pergi dari kediaman Book.

Suara dering ponsel Book berdering saat Book sudah berada didalam rumahnya. Book pun lantas mengambil ponsel didalam saku seragamnya dan melihat bahwa sebuah nomor yang tidak dikenal menelfonnya. Book sangat mengetahui nomor siapa itu, tidak lain dan tidak bukan bahwa nomor tersebut adalah nomor telfon ayahnya Frame.

Entah apa yang akan dilakukannya dengan panggilan telfon yang diterimanya itu, yang jelas Book diam begitu saja memegang ponselnya.

.
.
.
.

Sebelum ayahnya Frame menelfon Book, terjadi permintaan maaf Frame kepada sang ayah yang telah menuduhnya menundukan Book agar semakin menjauh darinya. Sang ayah sepertinya tidak memerhatikannya karena ia sedang membaca sebuah buku bibliografi namun ia mendengarkan permintaa maaf putranya.

"Aku minta maaf, karena telah menuduhmu tentang Book." Sesalnya Frame meminta maaf.

"Tidak usah kau membicarakannya didepanku." Jawabnya sang ayah yang acuh.

Frame terdiam dan tidak berbicara lagi. Sang ayah menutup bukunya dan kembali bertanya pada Frame.

"Kau harus menepati janjimu, Frame." Ujarnya sang ayah mengingatkan janji Frame bahwa ia harus bisa menjadi lelaki sejati.

"Aku akan berusaha, ayah." Jawabnya Frame yang menahan bingung. "Aku hanya bisa berjalan dikegelapan malam tanpa ada seorang penuntun. Aku membutuhkan seorang pemandu untuk Frame melewati kegelapan itu." Ucapnya Frame yang meminta waktu kepada sang ayah untuk melakukannya.

"Ayah tahu, hal itu tidak mudah bagimu. Tetapi ayah harap kau tidak akan mengecewakan ayahmu ini, Frame." Ujarnya sang ayah.

"Iya ayah." Jawabnya Frame.

Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang