PROLOG

166 34 34
                                        

"Jadi sebenarnya apa, Ken? Lo mencintainya atau tidak?" tanya perempuan tersebut.

"I never do, sekarang rasa benciku lebih besar daripada rasa cintaku padanya," jawab pria itu.

"Itu artinya lo cinta sama dia, Ken. Karena dia berhasil membuat lo bingung sama perasaan diri lo sendiri," balasnya.

"Dia membuat gue benar-benar marah saat ini. Menurut lo gue harus melakukan apa kalo kenyataannya kayak gini?" kata pria itu.

"Just keep your self calm, Ken. Gue yakin Sean juga cinta sama lo," kata wanita itu.

"Tidak, dia tidak akan membuat gue seperti ini kalau dia mencintai gue," ucap Kenn yang kini memejamkan matanya sambil berbaring di ayunan tali tambang yang ada di halaman rumahnya sendiri.

Saat ini dirinya tahu kalau ia memang sudah tidak bisa lagi berpikir.
Wanita itu membuatnya benar-benar marah. Wanita yang ia tidak tahu apakah ia lebih mencintainya atau lebih membencinya.

Kedua hal itu memang tidak bisa di satukan. Lantas apa yang akan dirinya lakukan jika mengetahui kedua fakta itu? Ia membencinya dan ia juga mencintainya.

"Kenn, kalo lo ga cinta sama dia, lo ga bakal kaya orang gila seperti sekarang," ucap wanita itu yang juga tengah berbaring di ayunan tali tambang satu lagi.

"Lalu lo apa, Eli? Apa lo juga mencintai Gion?" tanyanya.

"Tidak, tidak lagi. Lo tahu kalo gue cuma cinta sama lo, kan? Tapi suami gue sekarang malah mencintai wanita lain. Dan gue gabisa berbuat apa-apa kalo begitu, kan?" jawab Elii sambil tertawa pelan.

"Eli, lo nggak mencintai gue. Gue bisa yakini itu, walaupun kita telah menikah,"

"Lo tahu perasaan gue ini dari mana, Kenn? Awalnya gue memang gak tertarik sama lo, sama sekali. But, it can change anytime, right?" ucap wanita itu sambil menatap langit-langit malam.

"Dan bagaimana kalo gue ngga cinta sama lo, Nathaline Elii?" tanya Kenn.

"It's okay. Karena gue suka sama rasa sakit hati. Sering-sering buat gue sakit hati ya, Ken. Karena bagi gue rasa sakit hati sangat berharga di mata gue untuk saat ini," ucap Elii yang kini membuat pria itu bingung dengan jawabannya.

"And you like that?" tanya Kenn yang kini mengubah posisinya ke samping menghadap perempuan tersebut.

"Sangat. Hidup kalau gaada rasa sakit-sakitnya, lebih sakit tahu gak?"

"Gue sama sekali nggak ngerti jalan pikiran lo, tahu?" ucap Kenn kepadanya.

"So, apa lo bersedia buat gue sakit hati? You just need to love Sean, and it's enough for makes me happy. Do it to me as your wife, Ken," jelas Elii.

"Kalau lo gabisa mencintai gue sebagai istri lo, cukup cintai Sean. Dan gue akan bahagia karena gue bisa merasakan rasa sakit lagi setelah sekian lama," ucap wanita itu.

"Karena Ken, Gion sama sekali tidak bisa melakukan itu semua untuk gue. Dan gue sangat membencinya," sambungnya.

"So, cintailah Sean. Dan otomatis itu bisa membuat istri lo ini bahagia. Just do that to me, okay?"

"Oke, jika itu kemauan lo, Eli. Gue akan membuat lo sakit hati, dengan cara mencintai Sean. Walaupun gue sangat membenci wanita itu saat ini. Dan ini akan membuat lo senang kan?" ucap Kenn.

"Yap, dengan begini gue tambah cinta sama lo, gue terlihat sinting ya sekarang?" kata wanita itu lalu tertawa.

"Ketika orang mencari kebahagiaan, kenapa lo malah berpikir sebaliknya? Gue heran sama lo,"

"Karena, mantan suami gue, Gion, telah membuat gue lupa sama yang namanya -sakit hati. Gue selalu bahagia ketika selalu bersamanya," ucap Elii yang kini memejamkan matanya.

"Lalu apa yang salah dengan itu, Elii?"
tanya pria itu yang begitu heran.

"Dia tidak pernah merasa sakit hati ketika gue bersama pria lain, dia selalu membuat gue bahagia dengan cara apapun. Dia tidak pernah marah sama gue atau apapun itu, dan dia juga tidak pernah membuat gue sakit hati," jelas Elii.

"Which means, dia tidak mencintai gue, Ken. Tidak sama sekali. He didn't care about me at all. Dan lo tahu? Kenyataan pahit yang gue rasakan itu, nomor 2 lebih kejam dari apapun ," ucap perempuan itu.

"Lalu hal kejam apa yang berada di urutan nomor 1 itu, Elii?" tanyanya.

Kini Elii membuka matanya dan juga mengubah posisi baringnya menghadap ke arah Kenn, sehingga mereka saling berhadapan satu sama lain di masing-masing ayunan tersebut.

"Lo mau tahu, Kenn?"

"Karena ini kisah tentang lo."

CAULE Where stories live. Discover now