Before We Start....

7.5K 859 3.4K
                                    

Let me ask you.

Asik.

Bab ini adalah bab paling rame di COOLYAH sejak pertama gue publish tahun 2017 lalu (lama banget ga si??! Sekarang udah 2022 lol). But yea, gue merasa bab ini adalah salah satu bab yang penting dan jangan sampai kalian lewatkan.

Di sini gue akan kasih kalian beberapa pertanyaan, dan gue harap sih kalian jawab sejujur-jujurnya. Bukan buat kepentingan gue, tapi buat bantu kalian juga refleksi gimana minat dan kesiapan kalian untuk masuk ke jenjang selanjutnya. 

Jangan ragu buat jawab yang panjaaaaang. Gue bakal seneng banget baca sharing dari kalian. And yes, mungkin gue bisa bantuin mendoakan dan/atau kita bisa sharing-sharing bersama? Hehe.

Oke, mari mulai.

---

1. Nama kamu siapa? Kenalan yuuuk!.

2. Kamu SMA/SMK/Sekolah kejuruan lainnya? Terus jurusannya apa (IPA/IPS/Bahasa/lainnya)?

3. Kamu mau masuk jurusan apa? Dan kenapa?

4. Maunya di universitas/institut/politeknik/sekolah tinggi apa? Dan kenapa?

5. Sudah yakin sama pilihan kamu? Atau masih bingung nih?

6. Apakah kamu berharap buat dapet SNMPTN? Atau bahkan kamu udah siap-siap buat belajar SBMPTN?

7. Dari skala 1 sampai 10, seberapa siap kamu buat menghadapi hunger games perguruan tinggi tahun ini/tahun depan (hehe)

8. Optimis enggak? Kalau iya, kenapa? Kalau enggak, kenapa?

9. Jawab dong wkwkw kalau jawab kan jadi bisa didoain :)

---

Biar adil, gimana kalau gue kenalan juga? Hehe.

Di masa lalu (baca, di tahun 2017, karena ini gue edit lagi di tahun 2022) gue agak malu-malu buat cerita HAHA. Tapi sekarang, gue lebih pede buat kenalan nih sama kalian. Oke, tanpa berbasa-basi lagi, selamat kenalan sama gue.


.
.
.
.
.




Oke, halo semuanya! Kenalin nama gue Regia, kalian bisa panggil gue Reg, Ree, Kareg, suka-suka kalian deh. Gue lulus SMA tahun 2017—dan ya, kalau kalian pembaca baru, gue pertama kali nulis COOLYAH ini pas gue baru lulus SMA.

Dulu di SMA, gue jurusan IPS, dan Puji Tuhan, gue diterima di Psikologi UI lewat jalur SNMPTN.

Yes. Gue masuk lewat jalur undangan di universitas ternama yang pakai nama negara ini. Seneng? Oh jelas. Tapi iya, gue mengakui perjalanan buat bisa masuk ke Psikologi UI lewat undangan nggak semudah itu. Gue nggak ngomongin soal nilai aja ya biar bisa tembus, tapi juga soal pilihan. Karena walau dulu baru 17 tahun, gue merasa ambil jurusan di kuliah tuh merupakan salah satu keputusan terbesar yang bisa mempengaruhi hidup gue sampai tua nanti. Jadi memang sangat sangat sangat perlu pertimbangan yang matang dan berhati-hati (asik).

Gue inget banget, awal-awal masuk SMA, gue pengen banget masuk Hubungan Internasional. Tapi, menjelang naik kelas XII, gue mulai ragu sama pilihan gua.

Kenapa? Karena gue enggak menemukan alasan kenapa gue mau masuk HI. Gue jadi bertanya-tanya, dulu gue mau milih HI itu karena gue pengen, atau karena gue gengsi, atau karena gua gaada pilihan sama sekali dan ikutan aja temen-temen banyak yang mau HI, jadi gue mau HI juga? Pas kelas XII kan mulai dijurus-jurusin tuh, nah gue saat itu galau banget apalagi mulai ditanyain orangtua, ditanyain temen sekolah, ditanyain guru-guru mau masuk mana. 

Gue sendiri orangnya introvert, tapi gue suka belajar bahasa. Lama-lama gue merasa makin galau dengan pilihan gue. Bokap gue sendiri kan orang ekonomi, beliau pengen gue masuk STAN atau jurusan ekonomi gitu. Walaupun ya, gue rasa gue cukup mampu buat masuk jurusan-jurusan berbau ekonomi, gue rasa gue nggak bener-bener suka dan passionate about economy. Jadi, ya. Gue mencoret pilihan-pilihan yang berbau ekonomi dari list gue.

Lalu pokoknya, setelah diskusi alot dengan orangtua, sempat muncul keinginan gue buat milih manajemen, antropologi, FSRD, komunikasi, bahkan sampe sastra. Dan ya, tiga pilihan diatas nggak direstui sama orangtua gue. Menurut mereka, jurusan-jurusan itu nggak cocok sama gue dan prospek kerjanya kurang (it's not! Kalau kalian mau masuk jurusan-jurusan itu, go ahead! Cuma gue aja yang waktu itu memang nggak bisa memberi argumen balik yang bagus dan meyakinkan mereka buat membolehkan gue masuk ke sana).

Waktu itu gua belum kepikiran sama psikologi, pernah terlintas sih, tapi ada beberapa hal yang ... yah bikin gue gabisa milih itu awalnya. Tersisa komunikasi dan sastra, orangtua gue udah oke untuk dua pilihan itu. Dan iya, gue awalnya pilihan pertamanya ilmu komunikasi, dan keduanya sastra Jepang. Sayangnya, karena satu dan lain hal, gue nggak bisa pilih komunikasi. Jadiii, yap. Pilihan pertama gue kosong lagi, dan gue harus mikir lagi jurusan apa yang bisa mengisi pilihan pertama gue di SNMPTN dulu.

Dan ya, mungkin ada yang bertanya-tanya, kenapa gue nggak jadiin sastra Jepang sebagai pilihan pertama? Ada dua alasan sebenernya, yang pertama, orangtua gue cuma setuju kalau sastra jadi pilihan kedua, pilihan 1 gue harus jurusan lain. Dan kedua, walaupun gue suka belajar bahasa, gue lebih suka belajar banyak hal, jadi kalau belajar sastra, gue belum merasa passion gue bener-bener di situ. Kayak istilahnya, it's not enough buat membuat gue jadi menomorsatukan sastra gitu deh.

Setelah diskusi (lagi) dengan orang tua, akhirnya gue dengan agak nekat memilih Psikologi UI. Which by the way, merupakan jurusan yang dinilai paling win-win solution gitudeh buat gue. Dari guenya tertarik, dari orangtua gue merestui, dan secara peluang pas SNM dulu, gue punya peluang buat tembus. Dan Puji Tuhan, gue akhirnya bener-bener menemukan jalan gua di Psikologi UI.

Puji Tuhan (lagi) di Oktober 2021 kemarin, gue udah sidang skripsi dan gue akan wisuda akhir bulan Februari 2022 nanti. Jadi iya! Gue sekarang sudah lulus dari Psikologi UI!

Gue berharap agar pengalaman gue selama 4 tahun kuliah di sini bisa jadi bahan pembelajaran juga buat kalian ya.

Sekian cerita gue. Jangan lupa jawab pertanyaan yang di atas ya!

***

Ditulis Juli 2017
Diedit Januari, 2022

COOLYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang