💨 [PROLOG] 💨

Start from the beginning
                                        

Emosi terpancar jelas di mata Qiana. Kavin hanya terdiam. Karna benar apa yang dikatakan Qiana. Dia adalah lelaki brengsek yang tidak pantas di cintai oleh wanita sebaik Sesa.

"Maafkan aku"

"Maaf katamu? Setelah Kakak melakukan ini hanya kata maaf yang bisa Kakak ucapkan! Astaga benar-benar orang ini!!"

"Lalu aku harus bagaimana!!!! Katakan padaku"

Kavin kembali menatap batu nisan itu. Tiada yang dapat ia pikirkan saat ini. Semuanya memang sudah terlambat. Bahkan untuk mengatakan perasaannya dia tidak bisa. Sang wanita sudah lebih dulu pergi dan tak akan pernah kembali.

"Aku ingin memutar kembali waktu, tapi aku tidak bisa. Aku... Tidak bisa...."

"Bukankah memang Kakak tidak pernah perduli dengannya? Kakak bahkan pergi tanpa meninggalkan pesan. Dan ku rasa Sesa juga melakukan hal yang sama padamu, Kak. Pergi tanpa meninggalkan pesan"

"Tak bisakah kau memberiku waktu bersamanya, Ana?"

"Aku selalu memberikan kesempatan tapi nyatanya tak pernah kau gunakan dengan baik, Kak Kavin"

"Aku tau!!! Aku menyesal sekarang!! Apa kau puas!!! Aku tau aku sudah jatuh... Jatuh begitu dalam hingga rasanya aku ingin mati bersamanya. Aku tidak bisa seperti ini... Aku juga merasakan sakit seperti dia. Dia yang kucintai... Yang kusayangi... Pergi bahkan sebelum mendengar pernyataan cintaku. Apalagi yang lebih sakit dari ini. Katakan padaku!!!!"

Qiana wanita yang berdiri tak jauh dari Kavin hanya terdiam. Tak pernah dia sangka bahwa lelaki incaran sahabatnya itu akan benar-benar mencintainya seperti yang selalu sahabatnya katakan bahwa ia percaya suatu saat nanti Kavin akan mencintai dirinya sebesar dia mencintai pria itu.

Qiana pun tersenyum tipis kemudian mendekati Kavin.

"Pulanglah, Kak. Tidak ada gunanya kau disini, aku yakin Sesa sudah bahagia sekarang. Kita yang harus ikhlas melepasnya. Agar dia tenang"

Kavin hanya menatap kosong ke makam dengan air mata yang seakan tak mau berhenti.

"Aku... Ingin pulang bersamanya"

Qiana pun menepuk punggung Kavin sambil tetap memandang makam sahabat yang ia sayangi itu.

"Sesa... Seharusnya kau hadir disini. Mendengarkan semuanya, ini kan yang kau inginkan sejak lama. Sampai kau bermimpi betapa inginnya kau bersama dengan Kak Kavin. Lalu mengapa disaat itu terjadi kau justru sudah pergi. Pergi tanpa membawa apapun"

Kavin mendengarkan Qiana dengan diam. Sesekali ia mengusap ukiran nama yang masih begitu nyata ia rasakan kehadirannya. Sesa. Sesa. Sesa.

"Kau ingin aku merasakan hal yang sama? Mencintai sendirian. Mengejar sesuatu yang tak bisa ku dapatkan. Karna ku tau kau tidak akan pernah bisa ku miliki lagi. Kau membuatku begitu tak berdaya karna perasaan ini, Sesa. Kau benar-benar membuatku gila"

"Sebenarnya ada yang ingin aku katakan padamu Kak. Mengenai, Sesa"

"Ada apa?"

"Sebelum kematiannya dia... Sempat berkata "Cinta itu tidak pernah salah. Tapi pada siapakah kita mencintai itulah yang salah. Aku tidak pernah mengatakan cintaku padanya sebuah kesalahan, aku tetap bahagia meski dia tidak membalas cintaku. Begini saja sudah lebih dari cukup" dia mengatakannya dengan begitu mudah. Bahkan aku sampai tak berkedip. Sepertinya Sesa sudah ikhlas akan semuanya, Kak"

"Kalau saja... Kalau saja aku lebih cepat menyadari arti ini... Sesa pasti akan sangat bahagia.... Tapi..."

"Semua yang terjadi sudah atas kehendak-Nya. Tiada satupun manusia yang bisa mencegah atau meminta, semua sudah berjalan sesuai dengan kitab nya. Kisah kita telah di gariskan dalam suratan takdir dan tidak bisa di ubah selain atas kuasa-Nya"

"Kau benar, Ana"

Kavin berdiri dari duduknya kemudian memasang kacamata hitam yang kini bertengger manis di hidung mancungnya. Qiana pun bangkit dan pergi bersama Kavin keluar area pemakaman.

"Kau harus bangkit, Kak. Setidaknya lakukan itu untuk dirimu sendiri. Seperti Sesa yang berjuang walau tau semuanya takkan menghasilkan apapun dia tetap berusaha. Lakukan seperti dia, Kak. Dia hanya ingin Kakak bahagia"

"Aku akan berusaha, Ana. Terimakasih"

Kavin bergerak memasuki mobilnya dan perlahan menghilang di ujung sana. Qiana sendiri pun segera menaiki mobilnya dan melaju membelah ibu kota dengan perasaan sedikit lega.

"Aku sudah sampaikan... Semuanya padanya, Sesa. Tenang lah kau disana. Dan berbahagialah"ujar gadis berambut sebahu itu.

Selepas gadis berambut sebahu itu pergi munculah seorang wanita lain yang berdiri tak jauh dari makam Sesa. Wanita itu tersenyum tipis kemudian duduk berjongkok di depan makam tersebut.

"Bukankah sudah aku katakan padamu agar kau berhenti?"

Jemari wanita itu meraba foto di atas makam tersebut. Tatapan matanya berubah untuk beberapa saat hingga wanita itu kembali berkata...

"Cintamu padanya tidak cukup kuat untuk melawanku, sayang. Sudah aku katakan juga bahwa jangan pernah melawanku kan? Tapi kau justru mengabaikanku. Sayang sekali Sesa, tapi langkahmu harus berhenti saat ini. Langkah kaki yang kau jaga selama ini dia juga akan terhenti, kau tau kenapa? Itu semua karna keputusan bodohmu"

Wanita itu tersenyum miring sambil membenarkan letak kacamata hitamnya. Matanya menyipit lalu berkata dengan cukup tegas.

"Selamat tinggal, Sesa"ucap wanita itu.

💨💨💨

Buat readers lama bisa dibaca dari awal ya. Karna aku mengubah cerita ini. Seperti yg sudah aku bilang sebelumnya, cerita ini berdasarkan kisah nyata. Beliau sendiri yg meminta di buat kan khusus cerita ini.

Semoga terciptanya cerita ini bisa memberikan hal positif untuk kita. Ambil baiknya dan buang buruknya ❤️

Don't forget to like, comment, and follow me 💋


Big love for my readers ❤️❤️❤️

💨💨💨

PUBLISH : 05 Juni 2017
REPOST : 02 April 2018

.
.
.

KOLABORASI PENULIS

CINDYLAN98 & ALVAROSHA99

STUCK In LOVE - (SLOW UPDATE)Where stories live. Discover now